Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap Jumat, taman Chaman-e-Huzori di Kabul berubah menjadi arena gulat. Para pria berkerumun di taman tersebut selepas salat Jumat. Mereka menonton pertandingan gulat tradisional yang disebut pahlawani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Debu mengepul di sekitar arena. Dua pria melingkari satu sama lain, waspada sebelum salah satu terjun ke lantai. Mereka saling meraih pakaian pesaingnya dan dengan cekatan menjatuhkan lawan ke tanah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sekitar pegulat itu, para pria yang menonton adu gulat berkerumun membentuk lingkaran. Beberapa duduk di tanah, yang lain berdiri sambil bersorak sorai.
Dikutip dari Associated Press, pemain yang menang maupun kalah saling berpelukan. Beberapa penonton mengangsurkan uang kertas ke tangan pemenang.
Taliban telah melarang sejumlah cabang olahraga di Afghanistan saat berkuasa pertama kali pada 1990-an. Namun adu gulat tradisional tetap diizinkan hingga kini. Segelintir polisi Taliban menghadiri pertandingan setiap Jumat untuk berjaga.
Menurut juri sekaligus wakil penyelenggara, Juma Khan, adu gulat adalah tradisi warisan leluhur. “Kami menyediakan fasilitas ini agar orang-orang dapat menikmatinya,” kata pria berusia 58 tahun itu.
Mantan atlet gulat yang merupakan seorang penjaga keamanan di pasar, ditunjuk menjadi juri kompetisi selama 12 tahun terakhir. Jabatan itu turun temurun dari ayah, kakek hingga kakek buyutnya. “Itu budaya kami.”
Sebagian besar atlet dan penonton tinggal di Kabul, Afghanistan selama dua hingga tiga bulan. Mereka bekerja sebagai pekerja kasar di hotel, restoran, dan pasar. Mereka biasanya kembali ke rumah selama beberapa minggu.
Pahlawani adalah hiburan yang sangat dinanti. Setiap hari Jumat siang hingga matahari terbenam, sekitar 10 hingga 20 pemuda maju untuk bertanding.
Saat matahari terbenam di balik bukit Tapai Maranjan, pertarungan pun usai. Dalam sekejap mata, saat debu mengepul berputar di sekitar becak yang melaju kencang dan klakson berbunyi kerumunan itu mencair hingga pertandingan kembali digelar pekan depan.
Baca: Indonesia Akan Buka Lagi KBRI Kabul, Akui Pemerintahan Taliban?
ASSOCIATED PRESS