Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kedua mesin pesawat Jeju Air, pesawat yang jatuh bulan lalu di Korea Selatan, berisi sisa-sisa bebek, menurut laporan awal pada hari Senin, 27 Januari 2025. Pihak berwenang masih berusaha menentukan apa yang menyebabkan bencana udara paling mematikan di tanah Korea Selatan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, laporan itu tidak memberikan indikasi apa pun tentang apa yang mungkin menyebabkan pesawat mendarat jauh di landasan tanpa roda pendaratan terpasang. Laporan itu hanya menyoroti kurangnya petunjuk langsung setelah kotak hitam pesawat berhenti merekam empat menit sebelum benturan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam laporan setebal enam halaman yang dirilis oleh otoritas Korea Selatan sebulan setelah kecelakaan itu mengatakan bahwa kedua mesin Boeing Jet 737-800 berisi DNA dari Baikal Teals. Hewan ini adalah sejenis bebek migrasi yang terbang ke Korea Selatan untuk musim dingin dalam kawanan besar.
Para ahli mengatakan kecelakaan udara hampir selalu disebabkan oleh berbagai faktor. Penerbangan Jeju Air dari Bangkok pada 29 Desember 2024 melewati landasan pacu Bandara Muan saat melakukan pendaratan darurat. Akibatnya pesawat menabrak tanggul yang berisi peralatan navigasi, yang disebut lokaliser. Semua penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 179 orang tewas. Ada dua awak pesawat yang selamat.
"Setelah menabrak tanggul, terjadi kebakaran dan ledakan parsial. Kedua mesin terkubur di gundukan tanah tanggul, dan badan pesawat bagian depan terpencar hingga 30-200 meter dari tanggul," kata laporan itu, yang memberikan beberapa gambar baru dari lokasi kecelakaan.
Lokaliser membantu navigasi pesawat yang melakukan pendekatan ke landasan pacu. Struktur yang dibangun dari beton bertulang dan tanah di bandara Muan yang menopang antena sistem tersebut kemungkinan berkontribusi terhadap tingginya jumlah korban tewas.
Investigasi tersebut akan membongkar mesin, memeriksa komponen secara mendalam, menganalisis data kontrol lalu lintas udara dan penerbangan, serta menyelidiki tanggul, lokasi pendaratan dan bukti tabrakan burung, kata laporan tentang langkah selanjutnya. "Kegiatan investigasi menyeluruh ini bertujuan untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan tersebut," kata laporan tersebut.
Laporan menyoroti banyak temuan awal oleh para penyelidik Korea Selatan yang dibagikan kepada keluarga korban pada hari Sabtu. Di dalam laporan termasuk pula pilot yang mengatakan serangan burung saat pesawat akan mendarat.
Waktu pasti tabrakan dengan burung tersebut masih belum bisa dipastikan, kata laporan kecelakaan tersebut. Namun pesawat membuat pernyataan darurat Mayday sebanyak tiga kali karena tabrakan dengan burung saat berputar-putar.
Kecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216 yang paling mematikan di Korea Selatan itu masih diselidiki. Selain ada laporan tabrakan dengan burung, para ahli mengatakan tanggul besar yang menopang antena navigasi di ujung landasan kemungkinan membuat bencana itu lebih mematikan daripada yang seharusnya.