Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Elon Musk Minta Eksperimen AI Raksasa Disetop Dulu: Berisiko Bagi Manusia

Elon Musk meminta pengembangan kecerdasan buatan skala raksasa dihentikan sementara selama 6 bulan.

30 Maret 2023 | 09.32 WIB

Elon Musk. REUTERS/Dado Ruvic
Perbesar
Elon Musk. REUTERS/Dado Ruvic

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Miliarder Elon Musk dan sejumlah nama besar di bidang teknologi menyerukan agar eksperimen kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang paling kuat agar dihentikan lebih dulu sekitar enam bulan. Alasannya, kecerdasan buatan ini berisiko besar bagi masyarakat dan kemanusiaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Elon Musk yang juga pendiri Tesla dan SpaceX ini termasuk di antara lusinan pemimpin teknologi, profesor, dan peneliti yang menandatangani surat tersebut, yang diterbitkan oleh Future of Life Institute, sebuah organisasi nirlaba yang didukung oleh Musk. Surat itu datang dua pekan setelah OpenAI mengumumkan GPT-4, versi yang lebih kuat dari teknologi yang mendukung alat chatbot AI viral, ChatGPT. Dalam tes awal dan demo perusahaan, teknologi tersebut diperlihatkan menyusun tuntutan hukum, lulus ujian standar, dan membangun situs web yang berfungsi dari sketsa yang digambar tangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Di dalam suratnya, Elon Musk dan para pakar mengatakan jeda waktu itu harus diterapkan pada sistem AI yang lebih kuat dari GPT-4. Ia juga mengatakan para ahli independen harus menggunakan jeda yang diusulkan untuk bersama-sama mengembangkan dan mengimplementasikan seperangkat protokol untuk alat AI yang aman tanpa keraguan.

Menurut surat itu, kecerdasan buatan tingkat lanjut dapat mewakili perubahan besar dalam sejarah kehidupan di Bumi sehingga harus direncanakan dan dikelola dengan perawatan serta sumber daya yang sepadan. "Sayangnya, tingkat perencanaan dan manajemen ini tidak terjadi, meskipun beberapa bulan terakhir telah melihat laboratorium AI terkunci dalam perlombaan di luar kendali untuk mengembangkan dan menerapkan pikiran digital yang lebih kuat yang tidak seorang pun, bahkan pembuatnya, dapat memahaminya, memprediksi, atau mengontrol dengan andal." Jika jeda tidak diberlakukan, surat itu mengatakan pemerintah harus turun tangan dan membuat moratorium.

Perusahaan teknologi sedang berlomba mengembangkan kecerdasan buatan dalam produk mereka. OpenAI, Microsoft, dan Google berada di garis depan. Namun IBM, Amazon, Baidu, dan Tencent ada di urutan berikutnya yang mengerjakan teknologi serupa. Daftar panjang startup juga mengembangkan asisten penulisan AI dan generator gambar.

Pakar kecerdasan buatan menjadi semakin khawatir tentang potensi alat AI yang bisa menyebarkan informasi keliru serta berdampak terhadap privasi konsumen. Alat-alat ini juga menimbulkan pertanyaan seputar bagaimana AI dapat menjungkirbalikkan profesi, memungkinkan siswa untuk berbuat curang dan mengubah hubungan dengan teknologi.

Surat tersebut mengisyaratkan ketidaknyamanan yang lebih luas di dalam dan di luar industri dengan pesatnya kemajuan AI. Beberapa badan pengatur di Cina, Uni Eropa dan Singapura sebelumnya telah memperkenalkan versi awal kerangka kerja tata kelola AI.

Awal bulan ini, Elon Musk sempat mengatakan bahwa kecerdasan buatan membuatnya stres. Dia adalah salah satu pendiri pemimpin industri OpenAI dan pembuatan mobil Tesla menggunakan AI untuk sistem autopilot. Musk telah mencari otoritas regulasi untuk memastikan bahwa pengembangan AI melayani kepentingan publik.

OpenAI tidak segera menanggapi permintaan komentar atas surat terbuka yang mendesak jeda pengembangan AI tingkat lanjut. Surat itu ditandatangani oleh lebih dari 1.000 orang termasuk Musk. Sam Altman, kepala eksekutif di OpenAI, tidak termasuk di antara mereka yang menandatangani surat tersebut. Sundar Pichai dan Satya Nadella, CEO Alphabet dan Microsoft, juga tidak termasuk yang menandatangani.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus