Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Data yang dipublikasi COMEX mengungkap harga uranium dunia pada akhir Oktober 2023 menyentuh rekor tertinggi setelah lebih dari 15 tahun. Sejumlah analis mengkaitkan kenaikan tajam ini dengan sejumlah faktor, di antaranya ketegangan geopolitik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam laporan itu disebutkan pada Senin, 30 Oktober 2023, pengiriman Uranium untuk November 2023 mengalami kenaikan hingga USD 74.5 per pound (Rp1,1 juta) atau mengalami kenaikan sampai 55 persen sejak awal 2023. Uranium adalah logam radioaktif, yang secara luas digunakan untuk energi nuklir.
Meningkatnya permintaan terhadap Uranium, telah mendorong kenaikan harga terhadap bahan radioaktif tersebut, menyusul terbatasnya cadangan dunia. Sejumlah analis melaporkan adanya pembaharuan minat dunia terhadap energi nuklir di tengah menurunnya suplai energi dari Rusia.
Canadian miner Cameco yakni produsen uranium terbesar di dunia, sudah menurunkan proyeksi output mereka pada 2023. Sedangkan produsen uranium lainnya France’s Orano juga sedang menghadapi kesulitan karena kudeta yang baru-baru ini terjadi di Niger, di mana sekitar 4 persen uranium dunia dihasilkan dari sana. Niger telah menjadi supplier terbesar kedua Uranium untuk Uni Eropa pada 2022. Hal itu terjadi karena berkurangnya pasokan energi dari Rusia.
Badan Energi Internasional (IEA) sebelumnya memproyeksi bakal ada kenaikan permintaan dunia untuk sejumlah bahan mineral penting, di antaranya uranium karena adanya minat baru pada energi nuklir. Laporan World Nuclear Association belum lama ini mengungkap diperkirakan kapasitas nuklir tumbuh hamper 80 persense. Sedangkan permintaan untuk uranium secara kotor naik sampai dua kali lipat pada 2040.
Sumber: RT.com
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini