Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perselisihan antara Airbus dan Qatar Airways atas cacat pada cat pelapis jet A350 berlanjut. Perusahaan pesawat Eropa ini menuduh maskapai di Teluk tersebut salah mengartikan kerusakan itu sebagai masalah keamanan dan bersiap menyelesaikannya secara hukum yaitu lewat badan arbitrase.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Airbus berselisih dengan salah satu pembeli terbesar itu selama berbulan-bulan karena kerusakan cat dan lapisan pelindung petir, yang menurut Qatar Airways menyebabkan larangan terbang 20 jet oleh regulator penerbangan domestik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Airbus mengatakan A350 telah dinyatakan aman untuk terbang oleh regulator Eropa meskipun ada beberapa "degradasi permukaan."
"Tindakan pelanggan yang salah mengartikan topik khusus ini sebagai masalah kelaikan udara merupakan ancaman terhadap protokol internasional tentang masalah keselamatan," demikian pernyataan Airbus seperti dikutip Reuters, Jumat, 10 Desember 2021.
Juru bicara Qatar Airways mengatakan tidak akan mengomentari pernyataan Airbus sebelum meninjaunya.
Sumber industri mengatakan tidak ada indikasi Qatar Airways siap untuk mundur dalam perselisihan, yang membuat mereka mencoret nama Airbus dari rencana peremajaan 35 pesawat.
Sebuah dokumen yang dilihat Reuters mengungkapkan setidaknya lima maskapai lain telah mengeluhkan cat atau cacat permukaan lain sejak akhir 2016. Delta Air Lines termasuk dalam daftar maskapai yang mengeluhkan masalah ini. Namun sejauh ini, hanya Qatar yang mengandangkan jetnya.
Foto-foto eksklusif yang diterbitkan oleh Reuters menunjukkan proteksi petir yang terbuka dan terkorosi di bawah cat yang retak.
Gambar tidak bertanggal menunjukkan apa yang tampak seperti cat terkelupas, retak, dan terekspos lapisan tembaga (ECF) pada badan pesawat Airbus A350 Qatar Airways yang dilarang terbang oleh regulator Qatar. Gambar diperoleh Reuters.
"Kami telah bekerja secara aktif dengan Qatar Airways untuk meminimalkan dampak degradasi permukaan dalam layanan ini pada pesawat mereka," Philippe Mhun, Wakil Presiden Eksekutif Program & Layanan Airbus, mengatakan kepada wartawan.
Mhun mengatakan Airbus telah menawarkan solusi kepada Qatar Airways mulai dari perbaikan, hingga perbaikan bahan anti-petir atau pengecatan ulang seluruh pesawat, tetapi Qatar Airways menolak tawaran tersebut.
Sumber industri mengatakan Qatar Airways enggan menerapkan perbaikan jangka pendek tanpa perincian penuh dari akar masalahnya.
Chief Executive Qatar Airways Akbar Al Baker mengatakan di London pekan lalu, "kami tidak tahu apakah ini masalah kelaikan udara. Kami juga tidak tahu bahwa ini bukan masalah kelaikan udara."
Selanjutnya Penyelesaian lewat badan arbitrase
Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) mengatakan "tidak ada potensi masalah kelaikan udara yang telah diidentifikasi hingga saat ini" dan mengesampingkan hubungan dengan cacat manufaktur terpisah yang mendorongnya untuk mengeluarkan rancangan arahan keselamatan untuk 13 A350.
Airbus mengatakan memahami penyebabnya, meskipun seorang sumber mengatakan diagnosis formal mungkin memerlukan tes lebih lanjut pada penuaan permukaan.
Langkah hukum yang diambil oleh Airbus berada di bawah klausul kontrak yang memungkinkan arbitrase, kata Mhun.
Biasanya arbitrase dilakukan jauh dari pandangan publik, tetapi Airbus mengatakan pihaknya bertindak untuk "mempertahankan posisi dan reputasinya" sambil menyerukan "dialog yang konstruktif".
Qatar Airways mengatakan nama mereka dipertaruhkan karena larangan terbang 20 jet A350-nya, kurang dari setahun sebelum negara Teluk itu menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA.
PesawatAirbus A350-900 merupakan jet berbadan lebar dengan jumlah penumpang 300-350. Pesawat ini bisa menempuh 15 ribu km non-stop.