PERUBAHAN warna politik sebuah negara selalu menarik perhatian. Apalagi bila negara itu kini adalah satu-satunya superkuat di dunia. Perubahan itulah yang sampai akhir pekan lalu terbayang dalam pol-pol pendapat tentang para calon presiden Amerika Serikat. Bill Clinton, calon dari Partai Demokrat, Gubernur Arkansas, berada di peringkat atas pol-pol. Meski kemudian angka untuk George Bush dari Partai Republik meningkat, bahkan Sabtu pekan lalu perbedaan perolehan pol keduanya cuma satu persen, Clinton tetap di atas. Dari situlah bisa disimpulkan, kemungkinan besar Partai Demokrat bakal berkuasa di Amerika tahun 1993-1997, kecuali terjadi sesuatu yang luar biasa di awal pekan ini. Umpama saja, di hari Senin sampai hari pemilihan Selasa pekan ini Partai Republik menyelenggarakan acara yang menarik buat generasi muda dan acara itu diadakan di seluruh negeri, ada kemungkinan generasi muda itu akan lupa atau sengaja melupakan mendatangi tempat-tempat pemilihan. Dan ini akan merugikan Clinton karena, menurut para pengamat, sebagian pendukung Clinton adalah generasi muda. Kemungkinan Amerika dipimpin oleh seorang Demokrat itulah yang menjadikan pemilihan presiden Amerika ini diangkat sebagai Laporan Utama pekan ini. Politik Demokrat, bagaimanapun, akan mengaitkan banyak hal dengan hak asasi, lingkungan hidup, antara lain, dengan lebih keras dibandingkan dengan Partai Republik. Seorang Senator Demokratlah yang beberapa waktu lalu menggolkan agar Peristiwa Dili dibicaraan oleh Kongres Amerika. Kemungkinan perubahan itulah yang dicoba ditulis di bagian kedua Laporan ini, dilengkapi dengan sebuah boks tentang tanggapan Indonesia. Rupanya, Indonesia cepat mengantisipasi segalanya, sedia payung sebelum Demokrat benar-benar menang: Kedutaan Besar RI di Washington konon sudah melakukan lobi-lobi. Segala kemungkinan hasil pemilihan presiden yang ramai ini tentu saja diceritakan terlebih dulu di bagian pertama. Termasuk, kemungkinan Bill Clinton gagal, setelah sebuah maraton yang panjang. Lalu, kesempatan apa saja yang bisa membuat Bush tetap berkantor di Ruang Oval? Lalu faktor Ross Perot? Terbuka pula kemungkinan untuk keempat kalinya: pemilihan presiden AS tanpa pemenang. Lalu bagaimana? Ini cerita di bagian pertama. Terakhir adalah sebuah gambaran masalah ekonomi yang dipikul oleh Bush, dan akan dioperkan kepada presiden baru. Masalah ini sebenarnya baru menjadi fokus debat calon presiden dan kampanye, setelah masuk Ross Perot. Karena Perot, mungkin ia merasa tak memikul beban mental harus menang, melempar soal yang tak mudah dicarikan jalan keluarnya ini. Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini