Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ibrahim al-Moussawi anggota parlemen Hizbullah pada Kamis, 7 November 2024, memastikan Hizbullah menyambut setiap upaya untuk menghentikan perang di Lebanon, namun saat yang sama Hizbullah juga tak mau muluk-muluk meletakkan harapan pada Amerika Serikat siapa pun pemimpinnya. Hal itu disampaikan al-Moussawi menanggapi terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu mungkin hanya perubahan kepemimpinan, namun kalau soal Israel – kebijakannya kurang-lebih sama. Kami ingin melihat langkah nyata, kami ingin melihat keputusan yang diambil,” kata al-Moussawi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon terlibat baku tembak dalam lebih dari setahun terakhir, sama seperti perang Gaza. Hanya saja intensitas meningkat pada September 2024, saat tentara Israel meningkatkan pengeboman ke Lebanon selatan dan timur hingga melakukan serangan darat ke desa-desa di perbatasan.
Israel mengklaim apa yang dilakukan adalah untuk menghantam infrastruktur-infrastruktur Hizbullah dan aset-aset militer sambil berusaha menghindari korban warga sipil. Sejak Oktober 2023, jumlah korban serangan Israel ke Lebanon sebanyak 3 ribu orang. Kerusakan di Lebanon pun saat ini mulai meluas sebagai bukti tembakan Israel tak pandang bulu.
Sejumlah upaya diplomatik dilakukan Amerika Serikat untuk menghentikan pertempuran antara Israel dan Hizbullah, termasuk proposal gencatan senjata selama 60 hari. Namun upaya ini tersendat seminggu menjelang pilpres AS pada Selasa, 5 November 2024, di mana Trump kembali berkuasa di Gedung Putih.
Moussawi menyadari jumlah korban jiwa berjatuhan dalam serangkaian serangan Israel yang telah meremukkan gedung-gedung, sebagian besar di Lebanon selatan dan timur yang didominasi pemeluk Muslim syiah serta dipinggiran Beirut wilayah selatan. Namun Moussawi meyakinkan Hizbullah masih kuat.
“Hati kami bersedih atas jatuhnya korban jiwa. Rasa sedih ini karena kehilangan orang tercinta dalam serangan Israel adalah hal yang tak bisa dibawa ke pengadilan internasional. Israel atas dukungan Amerika Serikat masih tetap imun dari pertanggung jawaban,” kata Moussawi.
Sumber: Reuters
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini