PENGUSIRAN orang-orang Cina dari Vietnam dewasa ini agaknya
merupakan akibat dari suatu perubahan susunan ekonomi di
Selatan. Perubahan yang cukup lambat. Kota Ho Chi Minh masih
sama saja dengan Saigon dulu. Paling tidak itulah yang kelihatan
dari luar.
Pasar gelap malahan jauh lebih besar dan lebih menjadijadi dari
dulu. Ini disebabkan karena banyaknya rumah-rumah milik orang
Amerika dan para pembesar rejim lama yang ditinggalkan begitu
saja. Dan para pencuri merampok villa-villa itu. Hasil curian
beredar di pasar gelap Saigon yang juga diberi julukan "Pasar
Pencuri". Begitulah Kota Ho Chi Minh tiga tahun setelah
pembebasan menurut penglihatan seorang jurupotret Perancis, Jean
Claude Labbe, yang baru-baru ini berkunjung ke sana. Bahkan,
kata Labbe, "hampir semua orang yang saya temui masih senang
menyebut Saigon daripada namanya yang baru."
Kesalahan
Harga barang-barang sangat rendah. Kamera semurah di Hongkong.
Tapi alat stereo, tv dan sigaret Amerika bukan main mahalnya.
"Harga sigaret Amerika sekarang dua kali dari harga dulu, tapi
ini suatu kenikmatan masa lampau," ujar seorang bekas mayor
pemerintah Thieu. Alat stereo biasanya dicomot oleh orang-orang
yang datang dari Utara. Maklumlah mereka belum pernah merasakan
kenikmatan mendengarkan lagu lewat stereo. Sementara itu ada 2
juta pesawat tv di Selatan, terutama di sekitar Saigon, sedang
di Utara cuma tercatat 50.000.
Keadaan perekonomian seperti ini bisa terjadi menurut Labbe,
karena kaum komunis tak ingin mengulangi kesalahan yang terjadi
24 tahun yang silam ketika mereka menguasai Utara. Ketika itu,
segera setelah Republik Demokrasi Vietnam berdiri, diadakanlah
nasionalisasi dan kolektifikasi di segala bidang perdagangan dan
ekonomi. Program yang tak pandang bulu baik terhadap bisnis
kecil maupun besar, telah menyebabkan kekacauan ekonomi. Pada
masa itu, seorang petani yang cuma memiliki tanah beberapa
bidang saja dicap sebagai tuan tanah. Dan pedagang kecil
mendapat julukan "kapitalis". Ini terjadi di tahun 1954 dan
kesalahan ini tak akan diulangi di Selatan.
Karenanya pengawasan pemerintah pusat atas segala segi kehidupan
dilakukan secara halus, halus sekali. Lagi pula buat apa
dijalankan dengan keras, toh perusahaan-perusahaan besar dan
tuan-tuan tanah kaya sudah lama angkat kaki. Akibat
kebijaksanaan ini, para pedagang dan pengusaha yang tadinya
berukuran "teri", kini mendapat giliran makmur.
Di jalan-jalan Kota Ho Chi Minh seorang kolonel pemerintah lama
bisa ditemukan berkeliling kota mengendarai mobil sportnya.
Sebelum masuk kamp "pendidikan kembali" ia menyimpan uangnya
pada bank yang baru saja dinasionalisasikan. Keluar dari kamp ia
mendapat bunga uangnya yang jumlahnya setiap bulan jauh melebihi
gaji Perdana Menteri Pham Van Dong. Ia disertai wanita jelita
bergincu. "Ia bukan isteri, cuma gundik saja," katanya acuh.
Bensin bukan problim untuk dia. Setiap saat bisa didapat di
"pasar bebas". Di situ selalu ada perwira rendah yang menjual
jatah bahan bakar kendaraannya.
Korupsi memang jadi semacam hantu yang mengintip dan menggoda
terus para birokrat Vietkong maupun Vietnam Utara yang
ditugaskan ke Selatan. Kehidupan Selatan yang lebih liberal
merupakan barang baru bagi manusia-manusia Utara yang selamanya
hidup dalam kesederhanaan, puritanisme dan hidup monoton.
Seorang kader menengah partai atau pemerintah mendapat gaji 120
piaster sebulannya atau kira-kira Rp 18.000. Padahal seorang
pengendara beca yang bekerja dengan tenaganya saja bisa
mengumpulkan sekitar Rp 75.000.
Pembersihan
Karenanya godaan untuk "usaha bisnis" kecil-kecilan cukup besar.
Atau kadang-kadang juga sedikit melakukan pungli. Ketika
pemerintah beberapa waktu lalu mengadakan pembersihan atas
korupsi kecil dan pungli ini banyak sekali kader-kader yang
dipulangkan kembali ke Utara.
Tetapi, menurut Labbe, gejala kemakmuran macam ini tak kan lama
lagi bertahan. Jenderal Vo Nguyen Giap, menteri pertahanan dan
pahlawan pertempuran Dien Bien Phu itu mengatakan: "Kami mau
agar perubahan itu berjalan dengan perlahan-lahan tapi pasti.
Kami adalah orang-orang realis. Lambat laun Selatan pasti akan
berintegrasi secara penuh dengan Utara."
Bulan silam suatu rencana besar untuk menggantikan usaha-usaha
swasta yang berjumlah 30.000 itu dengan perusahaan dagang yang
dikendalikan negara mulai dilaksanakan. Dan golongan yang jadi
korban pertama tak lain dari para perantau Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini