"MENGAPA Anda menggambarkan saya seperti ini," ujar Juan Ponce Enrile marah, seraya menyodorkan TEMPO 29 November dengan gambar sampul bekas menteri pertahanan Filipina itu dalam gaya khas Rambo, lengkap dengan ikat kepala dan senjata di tangan. Pertanyaan itu dilontarkan pada menit-menit pertama wartawan TEMPO Ahmed Soeriawidjaja bertatap muka dengan Enrile, Sabtu pagi pekan lalu. Johnny, begitu nama panggilan Enrile, sedang duduk santai di ruang tamu rumahnya, didampingi istrinya yang cantik, Christina. Rumah itu dikelilingi tembok setinggi 5meter, penuh ditempeli sticker dan slogan menentang konstitusi. Terletak dalam lingkungan perumahan mewah-Dasmarinas Village, di pusat Kota Manila. Terhampar di atas tanah seluas 2.000 m2, rumah itu terdiri atas tiga bangunan (termasuk sebuah kapel), kolam renang, dan lapangan golf mini. Kediaman Enrile juga dikawal ketat oleh Satpam yang bersenjata lengkap. Pagi itu Enrile, yang berkemeja sport putih dan bercelana hitam, tampak cerah dan segar. Tidak terlihat tanda-tanda berangkat tua, padahal Johnny akan merayakan ulang tahunnya yang ke-63, 14 Februari mendatang. Suami-istri Enrile tampak akrab dengan gambaran Indonesia. Di zaman Marcos, Enrile - juga sebagai menteri pertahanan - pernah dianugerahi Bintang Mahaputra Adiprana dari pemerintah Indonesia, yang disematkan di Jakarta, 11 Maret 1975. Christina dengan bangga menunjukkan empat kulit macan Sumatera yang dihadiahkan padanya. "Ke mana Jenderal Panggabean sekarang? Apa jabatannya?" tanya Christina yang pagi itu masih mengenakan daster hijau kembang-kembang dengan gulungan rambut sepenuh kepala. Enrile pun masih berselop ketika wawancara berlangsung sekitar 20 menit. Di bawah ini petikannya: Bagaimana persepsi Anda tentang keadaan Filipina sekarang? Negara berada dalam krisis paling serius sepanjang sejarah Filipina. Hampir di semua lapisan masyarakat terjadi perpecahan, sementara perselisihan tajam terjadi di kalangan pemimpin dan politisi. Kondisi ekonomi benar-benar buruk. Dalam tubuh militer terjadi fragmentasi, walau pimpinan militer - ini sendiri merupakan masalah - berusaha keras menguasai keadaan. Dalam pada itu, pemberontakan komunis terus berkembang. Di puncak semuanya - ini kunci masalahnya - kepemimpinan nasional saat ini lemah skali. Kami sedang menuju ke suatu situasi yang sangat sulit. Anda tentu tidak setuju dengan cara Cory menghadapi komunis. Bukan cuma saya, tapi juga militer dan banyak orang di negara ini. Cory bersikap terlampau lemah pada komunis, tapi sebaliknya ketat pada militer. Selama setahun ini, misalnya, ia hanya membuang-buang waktu melayani komunis, yang penyelesaiannya mungkin memerlukan waktu 10 tahun. Cory cuma melihat satu sisi, menjaga citra baiknya di mata dunia. Anda lihat sendiri, NDF sudah menyatakan akan mengundurkan diri dari meja perundingan, sementara gencatan senjata masih berlangsung sampai 8 Februari nanti. Sesudah tanggal itu, perang akan berlangsung kembali, seperti semula. Kesalahan Cory, ia memberi waktu pada pemberontak komunis untuk berisitirahat dan membangun jaringan logistik berikut basis-basis di daerah pedesaan. Orang mencap saya "gila perang" dan gemar menciptakan peristiwa-peristiwa berdarah, tapi Cory masih akan menghadapi lebih banyak peristiwa berdarah. Semua ini akan berakibat mahal bagi pemerintah dan rakyat Filipina. Karena itulah saya menentang konstitusi baru. Apa pendapat Anda tentang konstitusi baru itu? Konstitusi itu tidak disukai banyak kelompok militer, karena mencantumkan satu keamanan sipil nonmiliter (CHDF - Civil Home Defence Force) dan juga satuan polisi khusus (Philippines Constabulary). Tentu saja, para perwira yang tergabung dalam dua kesatuan itu tidak menyukai rencana ini. Konstitusi baru juga memberikan hak pada senator dan anggota DPR untuk meneliti dan menyetujui promosi para perwira lewat sebuah komisi. Campur tangan ini jelas tidak disukai perwira muda. Apa itu bukan suatu usaha untuk menghindari "inflasi" jenderal seperti yang terjadi di masa Marcos? Ah, tak ada hubungannya dengan jumlah jenderal. Persoalannya, bagaimana membuat seleksi yang baik dalam jalur jenjang kepangkatan pada organisasi militer. Rupanya, ada semacam kegelisahan di kalangan angkatan bersenjata Seperti yang saya katakan, dalam tubuh angkatan bersenjata terjadi fraksi-fraksi yang tidak senang pada kebijaksanaan "mereka yang di atas." Banyak perwira muda menghubungi saya dan mengutarakan kegelisahan mereka. Selain soal konstitusi, mereka juga melihat presiden dengan penuh curiga. Di sisi lain, presiden dan para pemimpin lainnya tak mengerti persoalan anak buah ini. Jadi, dalam keadaan begini, tidak ada masalah yang bisa dipecahkan. Bagaimana kalau kita menyebut nama. Ramos, misalnya. Ramos sudah banyak kehilangan dukungan militer yang pernah didapatnya dulu. Ia mengambil langkah-langkah yang keliru dalam berbagai pemecahan masalah yang dihadapinya. Di mana posisi Anda pada rangkaian pemberontakan militer belakangan ini? Bagaimana hubungan Anda dengan Honasan, umpamanya? Dengan Honasan? Tentang apa? Saya tidak tahu menahu tentang apa yang telah terjadi. Ketika keributan itu berlangsung, saya sedang berada di luar kota menggerakkan kampanye no. Apa yang Anda lakukan dengan militer, bila Anda duduk di tempat presiden? Anggaran militer akan saya tingkatkan all out. Saya akan menyokong penumpasan pemberotakan. Yang kini harus dilakukan adalah menciptakan ketertiban dan memperbaiki keadaan yang berantakan. Anda tidak bisa memerintah suatu negara yang serba tidak teratur. Tapi bagaimana bila Cory mendapat "yes" dalam plebesit? Yah, kita harus menghormati keinginan orang banyak. Tapi saya tidak yakin bahwa ratifikasi itu akan dengan sendirinya membereskan berbagai persoalan. Untuk mengatasi keadaan ini, diperlukan keberanian, kekuatan, keterampilan, kapasitas dan imajinasi yang memadai dari seorang pemimpin. Jis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini