Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Ibu Kota Baghdad, Iraq, dikejutkan dengan salju yang turun hingga menutupi daerah itu pada Selasa, 11 Februari 2020. Beberapa warga langsung menyambutnya dengan perang bola salju atau sekadar mengambil foto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Turunnya salju yang menyelimuti wilayah kota itu merupakan kali kedua sejak satu dekade lalu. Salju terakhir turun di Bagdad pada 2008. Warga Irak mengatakan ini adalah pertama kalinya mereka melihat salju turun di kota dengan lebat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salju turun di Kota Baghdad, Irak untuk pertama kalinya dalam 12 tahun. Accuweather
Orang-orang yang sedang dalam perjalanan ke tempat kerja menghentikan mobil mereka untuk mengambil gambar bahkan melakukan perang bola salju dadakan.
"Hujan salju kemungkinan berlangsung sampai Rabu (12/02) mengingat cuaca yang sangat dingin," kata Amer al-Jaberi, kepala media dari Pusat Meteorologi Irak.
Masyarakat Baghdad cenderung terbiasa dengan cuaca panas daripada dingin. Suhu tertinggi di Ibu Kota itu pernah mencapai 51 derajat Celcius, yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Di wilayah selatan, hujan salju juga turun di kota suci Karbala, tempat makam kubah emas Abbas dan Imam Hussein, destinasi wisata bagi peziarah dari seluruh dunia. Hujan salju lebih sering terjadi di Irak utara, di mana salju menutupi kota Mosul yang dilanda perang, tetapi di bagian tengah dan selatan jarang terjadi salju.
Irak telah dilanda serangkaian peristiwa cuaca ekstrem dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2018, kelangkaan air yang parah telah memicu krisis kesehatan di pusat dan selatan kota, dan pada tahun berikutnya, hujan lebat menyebabkan banjir parah sampai membuat rusak rumah dan lingkungan.
Suhu panas kemudian melanda utara Irak hingga memicu kebakaran besar dan menyebabkan sejumlah tanaman hangus terbakar. Para ahli setempat mengatakan Irak kekurangan dana atau infrastruktur untuk mengatasi perubahan iklim dan penggurunan lahan produktif.
SAFIRA ANDINI | ASIAONE