BANYAK yang mengharapkan Presiden Republik Rusia, Boris Yel- tsin, duduk di kursi tertinggi Uni Soviet. Di antaranya, warga Lithuania, yang mengumumkan kemerdekaan negaranya 11 Maret lalu. Tak heran bila Presiden Lithuania, Vytautas Landsbergis, lebih menunggu langkah Yeltsin bagi negaranya, ketimbang menanti hasil pertemuan tingkat tinggi Presiden George Bush-Mikhail Gorbachev di Washington. Jumat pekan lalu, Landsbergis dan Wakil Ketua Parlemen Estonia, Marju Lauristins, buru-buru "merangkul" kepala negara Republik Rusia yang baru itu untuk mendiskusikan kerja sama antarrepublik di masa datang. Apalagi Yeltsin jauh-jauh hari sudah tampak mendukung Lithuania. "Saya menganggap bahwa pertama-tama Rusia harus bekerja sama dengan republik Baltik, dan setelah itu dengan mereka yang menginginkan sederajat, ujar Yeltsin pada hari pemilihan presiden. Lithuania kini memang dalam posisi terjepit. Sampai Jumat pekan lalu sudah sebulan dua belas hari republik ini meng- alami krisis energi. sejak Moskow menjatuhkan sanksi peng- hentian pasokan minyak dan gas atas "kelancangan" mereka menolak permintaan Gorbachev guna menangguhkan proklamasi kemerdekaan. Atas penolakan Lithuania itu, Moskow kemudian hanya memberi jatah bahan bakar 3,5 juta kubik per hari -- sebelumnya 18,5 juta kubik. Tanpa bahan bakar yang memadai, terpaksa energi hanya dipasok untuk konsumsi domestik, pelayanan darurat, dan sejumlah pabrik pengolahan bahan makanan. "Hampir semua pabrik tutup, sehingga pengangguran merajalela," kata Wakil Menteri Energi Lithuania, Alvidas Laukonis. Anggota Komite Antiblokade, Alexandrius Ambryazavicius, memastikan jumlah pengangguran itu mencapai 100 ribu orang. "Listrik untuk konsumsi dalam negeri bisa mengalir sepanjang stasiun nuklir Ignalina bekerja," ujarnya. Stasiun ini kemudian dipandang sebagai "senjata" baru bagi Lithuania. Tapi telegram Perdana Menteri Lithuania, Kazimiera Prunskiene, yang dikirimkan kepada Gorbachev Selasa pekan lalu, mengisyaratkan bakal terpaksa menutup stasiun energi bertenaga atom itu. "Untuk menghindari bencana yang sama dengan Chernobyl," tulisnya. Kekurangan bahan bakar akan menyebabkan sistem pengaman instalasi nuklir itu terhenti. Ini bisa membawa bahaya peledakan. Padahal, beberapa markas pangkalan militer besar dan armada Soviet di Baltik berada di kawasan stasiun nuklir Kaliningrad itu. Belum jelas jawaban Kremlin atas telegram ini. Tapi, sebelum terbang dari Ottawa menuju Washington, Gorbachev tetap pada pendirian akan mengatasi keadaan di Lithuania dengan cara tersendiri -- termasuk melakukan tindakan keras. Gorbachev menawarkan kemerdekaan bagi Lithuania 2 atau 3 tahun mendatang. Tampaknya, keinginan itu bakal ditentang rakyat Lithuania yang berjumlah 3,6 juta jiwa tersebut. Pengumpulan pendapat yang dilakukan Pusat Pengumpulan Pendapat Cabang Lithuania di Vilnius atas 1.000 responden menyatakan, lebih dari separuh menjawab tidak setuju parlemen mencabut deklarasi kemerdekaan. Diharapkan, pertemuan antara Landsbergis dan Yeltsin akan membawa angin segar terhadap Lithuania. Apaiagi Wakil Ketua Parlemen Estonia telah mendorong Yeltsin agar Republik Rusia menyatakan kedaulatan penuh. "Jangan takut untuk melangkah," kata Marju Lauristins. Diduga, usul Marju itu akan dibahas parlemen setelah Yeltsin mengumumkan kabinet minggu depan. Yeltsin memang sudah membuat program yang disebutnya sebagai "otonomi penuh dalam bidang ekonomi" agar punya hak untuk mengatur harga produksi minyak dan gas. Barangkali supaya tak senasib dengan Lithuania.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini