Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Transportasi Korea Selatan mengungkap tim investigasi pada Sabtu, 4 Januari 2025, menargetkan bisa segera mendapat trankrip lengkap dari rekaman suara di area kokpit yang sudah berhasil dipulihkan usai ditemukan di antara pecahan pesawat Jeju Air tipe Boeing 737-800.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim penyidik saat ini sudah selesai memeriksa satu dari dua mesin pesawat dan berencana memeriksa satu mesin lainnya pada Sabtu, 11 Desember 2025. Bukan hanya itu, tim penyidik juga berencana memeriksa bagian ekor dan roda pesawat langsung di TKP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencana-rencana tim investigasi Kementerian Transportasi Korea Selatan itu membutuhkan tindakan langsung jika ditemukan ada masalah, termasuk memeriksa seluruh pesawat jenis Boeing 737-800 yang dioperasikan seluruh maskapai yang ada di Korea Selatan.
Dari total 179 korban tewas, 175 orang adalah penumpang pesawat dan empat orang adalah awak pesawat. Mereka tewas saat pesawat Boeing 737-800 Jeju Air yang ditumpangi hendak mendarat di bandara Muan International Airport pada 29 Desember 2024, namun roda pesawat tak bisa keluar hingga akhirnya menghantam tembok beton bandara dan meledak. Dua awak pesawat yang berada di bagian ekor pesawat, bisa diselamatkan.
Musibah ini telah membuat Seoul memberlakukan hari berkabung nasional sampai 4 Januari 2025. Sedangkan segala bentuk perayaan pergantian tahun baru, ditunda.
Kementerian Transportasi Korea Selatan sebelumnya mengatakan ada tambahan dua otoritas dari Amerika Serikat yang bergabung dengan tim investigasi pada Selasa, 31 Desember 2024. Dengan begitu, total ada sekitar 24 orang tim investigasi untuk menyelidiki kasus kecelakaan ini, diantaranya ahli dari Badan Keamanan Transportasi Nasional Amerika Serikat, Badan Federasi Penerbangan Amerika Serikat dan perwakilan dari Boeing.
Tim investigasi dijadwalkan akan mengevaluasi apakah kecelakaan ini karena sebuah serangan burung atau karena gagalnya roda pesawat keluar saat pendaratan atau ada masalah control sistem yang ikut berpengaruh sehingga terjadinya musibah ini. Tim investigasi juga akan menyelidiki apakah pilot terlalu terburu-buru melakukan pendarat setelah mengumumkan ada sebuah kondisi darurat.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Sulitnya Menemukan Tempat Ibadah Ramah Penyandang Disabilitas
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini