Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Islam, nasionalisme arab, dan badui

Konsep sanusi tentang negara islam tak diwariskan cucunya, raja idris, yang digulingkan qadhafi pada 1969. tujuan qadhafi, menyelamatkan ekonomi dan mewujudkan masyarakat sosialisme berdasarkan alquran.(ln)

26 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIDI Muhammad ibn Ali As-Sanusi memiliki dua kesamaan dengan K.H. Achmad Dachlan, pendiri Muhammadiyah di Indonesia. Keduanya sama-sama kecewa terhadap negara Islam versi Turki Ottoman yang korup. Dan keduanya merasa bahwa untuk menegakkan Islam ajaran yang berlaku harus dimurnikan dan kembali ke kitab suci Quran dan sunah Nabi. Perbedaan terpenting antara Sanusi (1787-1859) dan Dachlan, agaknya, terletak pada lahan tempat ajaran mereka berkembang. Sanusi menemukan suku Badui yang masih hidup seperti zaman Nabi Muhammad saw di abad ke-6-7 sebagai lahan subur bagi perkembangan ordonya. Sikap suku padang pasir yang egalitarian terasa pas dengan visi masyarakat Islam dalam benak Sanusi. Juga sistem pengambilan keputusan melalui musyawarah langsung dianggapnya lebih bernapas Islam daripada sistem otoriter ala Kesultanan Ottoman itu. Pengalaman buruknya dengan pihak kolonialis Italia menyebabkan ia mengambil sikap anti-Barat. Sikap ini tak diwarisi cucunya, Idris, yang melakukan kerja sama terbatas dengan Inggris yang membantu menobatkan dirinya menjadi raja Libya yang pertama, 1951. Miskinnya negara padang pasir yang dipimpinnya menyebabkan Idris sangat bergantung pada bantuan ekonomi Inggris dan AS. Sayangnya, ketergantungan ini terus mengikat walau kekayaan mulai mengalir dari sumur-sumur minyak yang ditemukan. Kekayaan itu kemudian malah membuat Idris dikelilingi para pejabat yang korup. Itulah sebabnya kudeta yang dilakukan Qadhafi, 1969, mendapat dukungan luas. Dan ia tak mengecewakan mereka. Awal kekuasaan Qadhafi ditandai dengan pemecatan para pejabat korup. Proyek kepentingan umum dilaksanakan. Motto Qadhafi, saat itu, adalah sosialisme yang berdasarkan Quran. Karena itu, minuman alkohol serta kompleks pelacuran dilarang dan tempat judi ditutup. Dibesarkan dalam keluarga Badui yang antikolonial, Qadhafi tumbuh dalam cerita-cerita kepahlawanan bangsanya. Kakeknya bahkan gugur dalam pertempuran dengan pasukan Italia. Sedangkan ayah dan pamannya sempat mencicipi penjara kolonial. Jangan heran kalau semangat nasionalismenya tumbuh sejak ia kecil, dan Nasser menjadi tokoh pujaannya. Kegagalan Qadhafi bereksperimen dengan ide Nasser menyebabkan lulusan sejarah hukum Universitas Libya - yang juga lulusan Akademi Militer Libya - ini mencoba menggali kembali sejarah bangsanya sendiri. Dan lahirlah ideologi Jamahiriya, melalui revolusi kebudayaan, 1973. Jamahiriya ini dapat dikatakan kombinasi antara nasionalisme Arab, Islam dan kebudayaan Badui. Atau, dengan lebih singkat, sebagai modernisasi ajaran Sanusiyah yang memang sudah mengakar di masyarakat Libya. Qadhafi hidup bersama keluarganya secara puritan dan spontan dalam sebuah tenda modern - menuruti tradisi Badui - yang dibentangkan di sebuah barak militer di Tripoli. Meski begitu, ia tidak dapat dikatakan sebagai tokoh Islam fundamentalis. Ia malah pernah menuduh kelompok Islam fundamentalis - Ikhwanul Muslimin - mencoba membunuhnya. Istrinya, Safia, tidak mengenakan penutup kepala. Menurut Safia, suaminya beranggapan penutup kepala cuma kebiasaan yang sama sekali tak punya arti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus