Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NICOLAS Bijan, pemuda 26 tahun pemilik House of Bijan, toko busana pria termahal dunia, ingat keanehan saat Paul Manafort berbelanja di tokonya. Manafort adalah bekas kepala tim kampanye Donald Trump yang kini menjadi terdakwa dalam kasus penggelapan pajak dan menjadi agen asing ilegal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Catatan transaksi yang dilaporkan House of Bijan ke pengadilan Alexandria, Virginia, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa manajer toko itu terbang ke hotel The Peninsula di New York pada April 2011. Manafort saat itu memesan pakaian senilai US$ 64.700 atau hampir Rp 1 miliar ke toko pakaian eksklusif tersebut. Pembayaran dilakukan melalui transfer dari akun bank di Siprus, sebagaimana terungkap di pengadilan perdana Manafort, dua pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tidak biasanya pembayaran melalui transfer dari bank asing," kata Bijan kepada CNN, Selasa pekan lalu. "Mayoritas klien kami membayar dengan kartu kredit. Jarang kami punya klien yang membayar dengan transfer lintas negara. Tapi itu tak biasa."
Butik Bijan berdiri sejak 1976 dan hanya melayani pelanggan dengan perjanjian. Toko itu telah melayani klien-klien penting dunia, termasuk lima Presiden Amerika terakhir. Bijan menyatakan Trump dulu pelanggan lama tokonya di Fifth Avenue, yang tutup dua dekade lalu.
Belanjaan Manafort di butik itu banyak, dari jam tangan Royal Way titanium hitam edisi terbatas Bijan seharga Rp 300 juta lebih hingga dasi sutra senilai Rp 97 juta lebih. Ada pula jaket kulit seharga Rp 261 juta dan kaus-kaus katun senilai Rp 356 juta lebih.
Selama lima tahun, Manafort menghabiskan Rp 7,5 miliar lebih di House of Bijan. Tapi itu tak cukup membuat pemilik toko bertanya-tanya. "Kami tidak bertanya kepada klien kami dari mana mereka memperoleh kekayaan. Itu bukan urusan kami. Itu terlalu jauh," ujar Bijan.
Koleksi pakaian mewah Manafort menjadi topik hangat dalam persidangan di Virginia itu. Manafort menghadapi 18 dakwaan yang berhubungan dengan penggelapan pajak, konspirasi perbankan, dan penipuan bank. Pria 69 tahun itu didakwa telah memanfaatkan akun bank gelap di luar negeri dengan nilai total lebih dari Rp 1 triliun untuk hidup mewah bebas pajak di Amerika.
Kebanyakan akun itu milik beberapa perusahaan di Siprus dan digunakan untuk berbelanja di butik mewah di Beverly Hills, toko permadani antik di Virginia, dan toko barang antik di New York. Juga digunakan untuk membeli sejumlah mobil Range Rover dan Mercedes-Benz serta beberapa properti di Virginia dan New York. Manafort pun membeli yacht dan pacuan kuda serta melakukan bedah gigi kosmetik.
Persidangan itu membongkar sisi gelap Manafort, pengacara dan pelobi kontroversial Amerika. Bukan cuma korupsi yang dilakukannya, tapi juga keterlibatannya dalam campur tangan agen Rusia dalam pemilihan Presiden Amerika 2016 dan perannya dalam peristiwa politik berdarah di Ukraina.
PAUL Manafort lahir pada 1 April 1949 di New Britain, Connecticut, Amerika Serikat. Kakeknya, James A. Manafort, adalah imigran Italia yang mendirikan perusahaan bangunan New Britain House Wrecking Company, yang kemudian menjadi Manafort Brothers Inc. Ayahnya, Paul John Manafort, politikus Partai Republik yang tiga kali menjadi Wali Kota New Britain.
Tapi Paul Manafort memilih politik. Dia pindah ke Washington, DC, dan meraih gelar sarjana bisnis dan hukum di Georgetown University. Sambil bekerja di sebuah firma hukum, dia mulai menjadi penasihat untuk kampanye Gerald Ford sebagai calon presiden Republiken pada 1979. Sejak itu, Manafort aktif menjalin koneksi dengan politikus di Washington dan bahkan tokoh dunia sebagai pelobi, penasihat, dan konsultan politik. Kliennya termasuk para diktator semacam Mobutu Sese Seko dari Kongo dan Ferdinand Marcos dari Filipina.
Kliennya yang paling kontroversial dalam temuan Biro Penyelidik Federal (FBI) adalah Presiden Ukraina Viktor Yanukovych. Pada 2004, Manafort menjadi penasihat utama Yanukovych, orang kuat pro-Rusia yang sering menyebut Manafort sebagai orang yang telah membantunya menjadi presiden pada 2010.
Namun Yanukovych dipaksa lengser pada 2014 setelah unjuk rasa besar-besaran atas keputusannya mundur dari kesepakatan dengan Uni Eropa, yang menjauhkan Ukraina dari Rusia. Pada 20 Februari tahun itu, polisi membubarkan unjuk rasa dengan menembaki demonstran di Kiev. Sebanyak 53 demonstran terbunuh hari itu. Jaksa negeri itu menyatakan Yanukovych telah memerintahkan polisi menyerang pemrotes. Yanukovych kabur ke Rusia dan kini hidup di bawah perlindungan Kremlin.
Menurut Business Insider, sekelompok peretas Ukraina telah menyusup ke iPhone Jessica dan Andrea, dua putri Manafort, dan membocorkan sekitar 300 ribu pesan teks mereka. Manafort membenarkan bahwa telepon putrinya telah diretas dan mengakui keaslian sebagian pesan itu.
Salah satu pesan dikirimkan Andrea kepada saudaranya, Jessica, pada Maret 2015. "Jangan bodoh. Uang yang kita punya itu uang darah," tulisnya. "Kau tahu, dia telah membunuh orang-orang di Ukraina? Sebagai taktik untuk membuat dunia marah dan berfokus ke Ukraina."
Anggota parlemen Ukraina menuduh Manafort menerima hampir Rp 14 miliar dari Partai Daerah-daerah pimpinan Yanukovych yang pro-Rusia dan mencucinya melalui sebuah perusahaan penjual komputer. Seorang pengacara yang mewakili korban demonstrasi Kiev mempertanyakan peran Manafort dalam penembakan itu.
Manafort membantah semua tuduhan itu. Dia pernah menyatakan mengaku "tak pernah berbicara dengan intelijen Rusia dan tak pernah terlibat hal apa pun dengan pemerintah Rusia atau pemerintah Putin".
Namun suatu kasus perdata di Kepulauan Cayman mengungkap hubungan Manafort dan Rusia. The New York Times melaporkan bahwa Manafort berutang senilai Rp 100 miliar lebih kepada orang-orang pro-Rusia pada saat dia bergabung dengan tim kampanye Donald Trump. Oleg Deripaska, jutawan Rusia yang bersekutu dengan Vladimir Putin, mengajukan gugatan hukum di Cayman pada 2014. Dia mengklaim telah memberi Manafort senilai Rp 275 miliar lebih untuk berinvestasi di sebuah perusahaan televisi Ukraina. Proyek itu gagal dan Manafort menghilang.
Deripaska dan Manafort pernah bekerja sama sebelumnya. Menurut AP, Deripaska telah menandatangani kontrak tahunan senilai Rp 145 miliar dengan Manafort pada 2006 untuk melobi proyek di Amerika. Manafort menyebutkan proyek itu akan memberi keuntungan besar bagi pemerintah Putin.
Menurut The Washington Post, Manafort bahkan menawarkan penjelasan pribadi tentang kampanye Trump kepada Deripaska. "Jika dia butuh briefing pribadi, kita dapat sediakan," tulis Manafort dalam surat elektronik kepada pegawai lamanya, Konstantin Kilimnik, agen Rusia-Ukraina yang diduga berhubungan dengan intelijen Rusia.
Surat itu keluar sekitar 10 hari sebelum tim kampanye Trump melobi penghapusan istilah "agresi militer yang sedang berlangsung" di Ukraina dalam draf kebijakan Partai Republik. Perubahan kebijakan partai ini diduga karena peran Manafort.
Manafort dan Trump menjalin hubungan sejak 1980-an ketika Trump menyewa firma pelobi Manafort untuk membantu Organisasi Trump. Maret 2016, Trump menyewa Manafort untuk mengatur Konvensi Nasional Partai Republik dan menggalang dukungan untuknya. Konvensi sukses dan Manafort dipromosikan sebagai kepala kampanye Trump.
Pada 16 Agustus, The New York Times mengangkat buku kas temuan sebuah lembaga antikorupsi di Kiev. Dalam buku itu tercatat pembayaran tunai senilai Rp 184 miliar dari Partai Daerah-daerah buat Manafort atas kerjanya untuk partai tersebut selama 2007-2012. Tiga hari kemudian, Manafort mundur dari tim kampanye Trump.
Sejak Robert Mueller menjadi penyidik khusus FBI yang menginvestigasi campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016, Manafort diawasi secara ketat. Awal Agustus 2017, FBI menggeledah rumah Manafort dan menyita dokumen pajak, catatan bank asing, serta barang lain.
Namun Manafort merasa hidupnya terancam sejak 2015 setelah kerusuhan Kiev. Dia menelepon Jessica dan menyatakan bahwa bunuh diri adalah satu kemungkinan. Dia akan "hilang selamanya", tulis Jessica dalam pesan pendek kepada Andrea.
Iwan Kurniawan (CNN, Business Insider, The New York Times The Washington Post)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo