Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Pembangunan Internasional Kanada Ahmed Hussen angkat bicara soal rencana Presiden Donald Trump untuk mengusir warga Palestina keluar dari Gaza. Hussen menilai rakyat Palestina harus tetap berada di Tanah Air mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hussen menolak ide relokasi warga Palestina yang digagas Trump. Dia menegaskan bahwa hukum internasional seharusnya bisa dipatuhi setiap negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami yakin bahwa rakyat Palestina punya hak atas tanah air mereka,” kata Hussen saat menggelar konferensi pers di perumahan Kedutaan Besar Kanada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat, 14 Februari 2025.
Lebih lanjut, Hussen menyoroti kenaikan bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza usai gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Dia bersyukur atas kondisi ini mengingat sulitnya bantuan yang masuk ke Gaza sebelum gencatan senjata.
Meski begitu, Hussen menilai bahwa bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza itu masih perlu ditambah. Dia menilai kebutuhan bantuan saat ini masih mendesak.
Hussen menginginkan agar pasokan komoditas tanggap darurat dapat mendorong pemulihan dan rekonstruksi wilayah secara umum.
Tak sampai di situ, Hussen meyakini bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik di Gaza ialah dengan mewujudkan two-state solution atau solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina bisa berdiri berdampingan secara aman dan damai.
“Palestina harus berdiri supaya rakyat Palestina dapat hidup dalam kebebasan, martabat, dan kemerdekaan yang mereka perjuangkan selama ini,” ucap dia.
Dalam laporan Reuters, Trump menekan Raja Yordania Abdullah II agar mau menerima warga Palestian yang akan diungsikan secara permanen di bawah rencana pencaplokan Jalur Gaza pada pertemuan Selasa, 11 Februari 2025. Raja Abdullah mengatakan negaranya dengan tegas menentang langkah tersebut.
Berbicara bersama penguasa negara Arab tersebut di Gedung Putih, Trump mengisyaratkan ia tidak akan mengubah idenya yang melibatkan pemindahan warga Jalur Gaza yang terguncang oleh serangan Israel dan mengubah wilayah yang dilanda perang tersebut menjadi apa yang ia sebut sebagai "Riviera Timur Tengah."
Trump telah membuat marah dunia Arab dengan mengatakan warga Palestina tidak akan dapat kembali ke rumah mereka di bawah usulannya untuk membangun kembali daerah kantong tersebut, yang telah hancur akibat serangan Israel.
"Kami akan merebutnya. Kami akan mempertahankannya, kami akan mendambakannya. Kami akan mewujudkannya pada akhirnya, di mana banyak lapangan kerja akan tercipta untuk orang-orang di Timur Tengah," kata Trump di Ruang Oval, dan mengatakan bahwa rencananya akan "membawa perdamaian" ke wilayah tersebut.
Raja Abdullah II kemudian mengatakan bahwa ia menegaskan kembali kepada Trump "posisi teguh Yordania" terhadap pemindahan warga Palestina di Gaza, serta di Tepi Barat yang diduduki yang berbatasan dengan negaranya.
"Ini adalah posisi Arab yang bersatu," katanya dalam sebuah tulisan di X. "Membangun kembali Gaza tanpa menggusur warga Palestina dan menangani situasi kemanusiaan yang mengerikan harus menjadi prioritas bagi semua pihak."
Terlepas dari pandangan mitranya dari Yordania, Trump mengatakan Yordania, dan juga Mesir, pada akhirnya akan setuju untuk menampung para warga Gaza yang mengungsi. Sebab kedua negara tersebut bergantung pada Washington untuk bantuan ekonomi dan militer.
"Saya yakin kita akan memiliki sebidang tanah di Yordania. Saya yakin kita akan memiliki sebidang tanah di Mesir," kata Trump. "Kita mungkin memiliki tempat lain, tapi saya pikir ketika kita menyelesaikan pembicaraan kita, kita akan memiliki tempat di mana mereka akan hidup dengan sangat bahagia dan sangat aman."
Ida Rosdalina ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.