Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pesawat Azerbaijan yang jatuh di dekat Aktau, Kazakhstan telah kehilangan sistem kendali sebelum memasuki wilayah udara negara tersebut, seorang pejabat tinggi mengumumkan pada Jumat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pihak berwenang Kazakhstan memberikan penjelasan rinci di kota Laut Kaspia tentang bagaimana insiden itu terjadi. Menteri Transportasi Marat Karabayev berbagi kronologi kecelakaan yang melibatkan pesawat Embraer 190. Pesawat ini dioperasikan oleh Azerbaijan Airlines (AZAL), saat dalam perjalanan dari Baku, ibu kota negara asal maskapai tersebut, ke Grozny, Chechnya, Rusia saat jatuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Karabayev, para pejabat negaranya menerima sinyal pertama pada pukul 10.43 waktu Kazakhstan dari pusat kendali lalu lintas udara Rostov Rusia.
Sinyal tersebut menunjukkan bahwa kru memutuskan untuk beralih ke Aktau karena kondisi cuaca buruk di Baku dan Kota Makhachkala di wilayah Dagestan.
“Pada pukul 10.53 pagi, direktur penerbangan Rostov memberi tahu manajer penerbangan Aktau bahwa tangki oksigen di kabin penumpang meledak, penumpang kehilangan kesadaran dan diminta intervensi medis saat mendarat,” katanya.
Tim darurat segera dikerahkan di Bandara Aktau. “Pada pukul 11.02, pilot menghubungi menara pengatur lalu lintas udara Bandara Aktau.”
“Pengendali lalu lintas udara memfasilitasi semua prosedur yang diperlukan untuk memandu pesawat ke landasan, menyalakan lampu landasan untuk membantu kontak visual,” kata Karabayev.
Karabayev mengatakan bahwa kru melakukan dua upaya untuk mendarat di landasan, namun kehilangan ketinggian dan stabilitas. Pada pukul 23.28, kontak dengan kru terputus dan pesawat menyentuh tanah, katanya.
Kotak Hitam Dipulihkan
Investigasi di lokasi kecelakaan sedang berlangsung bekerja sama dengan pihak berwenang Azerbaijan, kata Jaksa Transportasi Regional Aktau Abilaybek Ordabayev.
Penyidik sedang mengumpulkan bukti-bukti, termasuk pernyataan para penyintas dan saksi, serta memeriksa reruntuhan pesawat.
Ordabayev mencatat bahwa lokasi jatuhnya pesawat seluas 4.000 meter persegi telah ditutup demi keamanan, sekaligus mengonfirmasi bahwa kedua kotak hitam pesawat telah ditemukan.
Identitas sembilan dari 38 korban telah dikonfirmasi sejauh ini, ungkapnya juga.
Pejabat Kazakh sebelumnya mengatakan 38 orang tewas dalam kecelakaan itu, sementara 29 orang selamat.
Pada Kamis, pejabat senior Azerbaijan telah mengkonfirmasi kepada Anadolu bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh sistem rudal Rusia.
Namun otoritas penerbangan sipil Rusia, Rosaviatsia, menyatakan bahwa hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh serangan burung yang memaksa pesawat dialihkan ke Aktau.
Pihak berwenang Kazakhstan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menyerukan untuk menahan diri dalam spekulasi, dan mencatat bahwa cuaca buruk mungkin berperan dalam pengalihan penerbangan tersebut.
Kecelakaan itu terjadi di tengah meningkatnya aktivitas pertahanan udara Rusia yang menargetkan drone Ukraina di wilayah tersebut. Data penerbangan publik menunjukkan gangguan GPS di area tersebut, yang semakin memicu pertanyaan.
Namun, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan kembali bahwa kesimpulannya harus menunggu penyelidikan resmi.
Penerbangan tersebut melakukan perjalanan dari Baku ke kota Grozny di Republik Rusia Chechnya tetapi berbelok keluar jalur di atas Laut Kaspia sebelum jatuh 3 kilometer dari Aktau dengan 67 orang di dalamnya.