Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kejutan Singkat dari Gedung Putih

Presiden Barack Obama menggunakan kewenangan eksekutifnya untuk mereformasi sistem imigrasi. Didukung kaum Hispanik, tapi dikecam keras kubu Partai Republik.

1 Desember 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Kamis malam dua pekan lalu mengejutkan banyak pihak. Disiarkan langsung dari Gedung Putih pada pukul 20.00 waktu setempat, Obama memilih menggunakan hak eksekutifnya untuk mereformasi kebijakan imigrasi. "Saat ini sistem imigrasi kita rusak, dan semua orang tahu itu," katanya dalam pidatonya.

Dengan hak eksekutif sebagai presiden, Obama memberlakukan kebijakan baru bagi imigran ilegal di Amerika tanpa persetujuan Kongres. Kebijakan yang diumumkan lewat pidato singkat 15 menit itu akan membuka kesempatan bagi imi­gran ilegal untuk mendapatkan izin bekerja dan izin tinggal sementara.

Menurut kebijakan baru itu, semua imigran ilegal yang sudah lima tahun menetap, atau memiliki anak berkewarganegaraan Amerika, dan lolos pemeriksaan latar belakang kriminal berhak memohon surat izin kerja. Berdasarkan surat izin ini, mereka boleh bekerja tiga tahun di Amerika tanpa takut dideportasi. "Anda bisa keluar dari bayang-bayang dan mendapatkan hak hukum," ujar presiden berusia 53 tahun itu.

Selain surat izin kerja, Obama menawarkan surat izin tinggal sementara bagi imigran gelap yang masuk ke Amerika sebelum berusia 16 tahun. Para remaja itu bakal memperoleh surat izin tinggal sementara sampai usia mereka memenuhi syarat sebagai pekerja. Selanjutnya mereka bisa memproses surat izin kerja yang berlaku tiga tahun.

Namun Obama menegaskan kebijakan imigrasi tersebut tak berlaku bagi imigran yang baru datang ataupun yang akan datang secara ilegal. Kebijakan yang sama juga tidak untuk memberikan kewarganegaraan ataupun hak tinggal secara permanen di Amerika. "Hanya Kongres yang bisa melakukan itu. Tapi yang ingin kami katakan adalah kami tidak akan mendeportasi Anda," ujar Obama.

Kebijakan itu diharapkan melegakan 44 persen atau hampir 5 juta dari total 11,2 juta imigran ilegal di Amerika. Menurut Obama, imigran ilegal merupakan salah satu penyumbang kekuatan ekonomi Amerika dan tatanan sosial. "Ketika menjabat, saya berkomitmen memperbaiki sistem imigrasi ini. Dan saya memulainya dengan apa yang bisa dilakukan, yakni mengamankan perbatasan kita," dia menambahkan.

Imigran asal Indonesia, Cynthia dan Wahyu, termasuk di antara mereka yang menyambut baik kebijakan Obama itu. Keduanya berlabuh di Amerika, menjadi imigran ilegal, pada November 2010 sebagai pasangan yang baru menikah. Tidak seperti kebanyakan orang Indonesia yang memilih hidup mengadu nasib di kota-kota besar Amerika, Wahyu dan Cynthia memilih menetap di Omaha, Negara Bagian Nebraska.

Saat tiba di Omaha, pasangan itu mengambil apartemen kecil dengan satu kamar. Ketika itu Wahyu, kini 38 tahun, bekerja di sebuah restoran Jepang, dan Cynthia, kini 33 tahun, bekerja paruh waktu di kompleks apartemen tempat mereka tinggal. Setelah tiga setengah tahun dengan jam kerja 12-14 jam per hari, akhirnya Wahyu diberi kepercayaan lebih untuk mengelola restoran, sedangkan Cynthia diangkat menjadi pekerja tetap sebagai leasing officer.

"Kecemasan kami satu-satunya adalah masalah surat-surat agar dapat bekerja dan hidup sah di sini. Tentu kami membayar pajak dan berusaha menjadi imigran yang baik, tapi kami tetap khawatir kalau terjadi sesuatu dan dipulangkan ke Indonesia," kata Cynthia dalam percakapan melalui telepon dengan Tempo, Selasa pekan lalu.

Mereka berharap kebijakan imigrasi Obama bisa membuat imigran bernapas lega tanpa takut dideportasi. Meski demikian, ia mengaku masih cemas karena kebijakan itu belum berkekuatan hukum dan masih bisa berubah. "Kami tidak keberatan ikut memberi kontribusi untuk negara ini. Paling tidak kami bisa mendapat izin kerja agar tenang hidup di sini dan tidak takut dipulangkan," ujar Cynthia, yang kini memiliki dua anak berkewarganegaraan Amerika.

Berdasarkan data dari Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika yang dikutip surat kabar The Washington Post pada Jumat dua pekan lalu, jumlah imi­gran ilegal saat ini 3,5 persen dari total populasi Amerika. Mayoritas imigran ilegal adalah warga keturunan Latin yang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Sedangkan imigran ilegal Asia mayoritas berasal dari Cina, Filipina, Korea Selatan, dan Vietnam, yang menyumbang 11 persen jumlah keseluruhan imigran ilegal.

Kebanyakan imigran ilegal tinggal di wilayah selatan Amerika, seperti Nevada, yang mencatat sekitar 210 ribu imigran gelap. Lebih dari setengah populasi imi­gran ilegal tiba setelah 1995.

Langkah reformasi imigrasi yang diambil Obama membuat kubu Partai Republik meradang. Republik, yang mengontrol penuh Kongres mulai Januari tahun depan, setelah menguasai Senat lewat pemilihan umum sela pada awal November lalu, memperingatkan bahwa Obama akan menghadapi konsekuensi serius atas tindakan sepihak mengenai isu imigrasi. "Itu perampasan kekuasaan konstitusional," kata Mitch McConnell, senator dari Republik yang pada Januari nanti akan menjadi Ketua Senat.

Partai Republik, menurut dia, sedang mempertimbangkan berbagai pilihan untuk menggagalkan rencana kebijakan imigrasi Obama. Bersama Ketua Kongres John Boeher, McConnell sudah bersiap menggalang kekuatan untuk mengganjal anggaran pendapatan dan belanja negara yang akan dibicarakan di parlemen pada pertengahan Desember nanti.

Tak hanya itu, mereka juga tengah berupaya mengusut dan membatalkan kebijakan imigrasi Obama serta menghapus dana untuk membiayai lembaga keimigrasian. "Kami mempertimbangkan beberapa opsi itu," katanya.

Meski demikian, mereka memastikan menghindari penghentian sementara operasi pemerintahan, seperti yang terjadi selama dua pekan pada Oktober tahun lalu, terkait dengan kebijakan layanan kesehatan baru yang diluncurkan Obama. Langkah ini dianggap bisa menjadi bumerang dan menimbulkan kemarahan pemilih menjelang pemilihan presiden berikutnya, yang akan digelar dua tahun mendatang.

Ketua Kongres John Boehner mengatakan langkah yang dikemukakan Presiden Obama pada Kamis dua pekan lalu itu hanya akan mendorong bertambah banyaknya pendatang gelap ke Amerika. "Presiden Obama pernah mengatakan dirinya bukan raja atau kaisar. Tapi apa yang ia lakukan ini jelas seperti keduanya," ujar Boehner.

Apa pun kata politikus Republik, keputusan Obama didukung kaum Hispanik, yang sebagian besar merupakan pemilih Partai Demokrat. Kaum keturunan Latin yang tersebar di berbagai penjuru Amerika itu rata-rata adalah imigran gelap. Mereka umumnya melakukan pekerjaan kasar yang dihindari penduduk tetap.

Kaum Hispanik menjadi salah satu penentu kemenangan Obama dalam pemilihan presiden pada November 2012. Kebanyakan dari mereka memilih Obama karena masih menaruh harapan terhadap Partai Demokrat untuk mereformasi kebijakan mengenai imigrasi.

Dukungan terhadap kebijakan imi­grasi Obama juga ditunjukkan kelompok pro-imigran. Mereka menggelar aksi damai saat Obama berpidato. "Ya, kita bisa," teriak para pendukung Obama. Mereka juga menyanyikan Star-Spangled Banner, lagu kebangsaan Amerika.

Surat kabar The New York Times melaporkan kebijakan Obama itu bukan yang pertama dilakukan presiden. Sebelumnya, ada tiga presiden lain yang melakukan hal serupa, yaitu Dwight D. Eisenhower, Ronald Reagan, dan George H.W. Bush. "Tapi formalitas dan dampak dari kebijakan imigrasi tersebut tidak pernah sebesar kali ini," kata Peter J. Spiro, dosen ilmu hukum di Temple University.

Obama sepertinya sudah mengantisipasi adanya penolakan dari kubu Republik. Karena itulah ia mengambil langkah dengan menunjukkan memo setebal 33 halaman dari Departemen Kehakiman yang merinci dasar-dasar hukum tindakannya. Opini hukum seperti itu biasanya sangat jarang diperlihatkan ke publik.

Keputusan Obama dilatarbelakangi kisah perjuangan Astrid Silva, satu dari jutaan imigran gelap yang tinggal di Amerika. Silva memilih bersembunyi di balik bayang-bayang hukum negara setelah tiba di Las Vegas, Nevada, pada usia empat tahun. Terisolasi oleh hukum imigrasi, Silva tak bisa mendapatkan surat izin mengemudi atau bahkan menempuh pendidikan ke perguruan tinggi di luar negara bagian tempat ia diadopsi.

"Apakah kita bangsa yang menendang keluar seorang imigran gigih dan penuh harapan seperti Ms Silva atau kita bangsa yang menemukan cara untuk menyambut dia di negara ini?" ujar Obama di pengujung pidatonya, Kamis dua pekan lalu.

Angka deportasi pemerintah Obama menunjukkan adanya penurunan. Pada 2013, jumlah imigran ilegal yang dideportasi 370 ribu orang, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 410 ribu. "Kami lebih banyak mengidentifikasi pelaku kriminal yang serius. Kasus seperti ini menghabiskan banyak waktu, terutama jika masuk ke pengadilan imigrasi," kata Direktur Penindakan Imigrasi dan Bea-Cukai Amerika John Sandweg.

Rosalina (The New York Times, Reuters, Huffington Post, The Washington Post), Lolo K. Santosa (Los Angeles)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus