Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kemenangan tak memuaskan

Partai robert mugabe, zanu, tidak berhasil menang mutlak. partai joshua nkomo, zapu, lawan utama mugabe hanya memenangkan 15 kursi. mugabe akan mengadakan pembersihan terhadap minoritas kulit putih. (ln)

20 Juli 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KERUSUHAN yang menyusuli pemilu di Zimbabwe baru bisa dipadamkan Rabu pekan lalu. Paling tidak, tiga orang terbunuh dan puluhan lainnya cedera atau kehilangan rumah. "Mengintimidasi penduduk sudah menjadi urusan normal di negeri ini," ujar Joshua Nkomo, pemimpin partai oposisi Serikat Rakyat Afrika Zimbabwe (ZAPU). Tudingannya, tentu, dialamatkan kepada PM Robert Mugabe dan partainya yang memerintah, Frodt Patriotik Uni Nasional Afrika Zimbabwe (ZANU). Mugabe sendiri tidak terlalu puas dengan hasil pemilu - yang pertama sejak Zimbabwe lepas dari kekuasaan Inggris, 1980. Pertama, ZANU hanya memenangkan 63 dari 100 kursi majelis rendah Parlemen yang diperebutkan. Padahal, untuk menjadi partai tunggal pada 1990, seperti yang diidamkan sang PM, dibutuhkan paling tidak 70 kursi. Soal kedua, yang membuat Mugabe berang, 15 dari 20 kursi yang disediakan untuk minoritas kulit putih terbukti direbut Partai Aliansi Konservatif Zimbabwe (PZAC) yang dipimpin bekas PM Ian Smith. Kepada para pemilih Smith, Mugabe langsung melemparkan cap "rasis masa lampau" dan "kelompok yang menolak orde politik baru". Di bawah pemerintahan Smith, 1960-an Mugabe pernah meringkuk dalam penjara. Enam partai kulit hitam bersaing dalam pemilu ini. Namun, pertempuran paling seru adalah antara ZANU dan ZAPU. Dari sekitar 2,8 juta pemilih kulit berwarna yang memberikan suara, Nkomo akhirnya hanya memenangkan 15 kursi. Semuanya dipungut dari daerah pemilihan Matebeleland, tempat mukim suku Ndebele, suku asal Nkomo. Kemenangan Mugabe tentu saja didukung kenyataan bahwa sukunya, Shona, merupakan 75% dari sekitar delapan juta penduduk Zimbabwe. Mereka pulalah yang mengamuk pada hari kemenangan itu, dan menyerbu rumah para tokoh oposisi. Ancaman lain langsung dirasakan penduduk kulit putih, yang jumlahnya sekitar 100 ribu. Mugabe menjanjikan "operasi pembersihan", sehingga yang tinggal hanyalah "orang kulit putih yang mau bekerja sama dengan pemerintah". Konon, ia akan mengusahakan agar 20 kursi cadangan untuk orang kulit putih itu dihapuskan di masa depan. Tetapi, rupanya, belakangan ada pertimbangan lain. Di depan sekitar 400 utusan dunia usaha, yang didominasi orang kulit putih, Wakil PM Simon Muzenda berbicara agak lunak, pekan lalu. Secara tidak langsung, Muzenda menyatakan kerja sama kelompok itu masih diharapkan. "Terutama dalam proses menciptakan kemakmuran " katanya. Dalam perkara kemakmuran ini, sebetulnya, Zimbabwe terbilang lumayan bila dibandingkan dengan para tetangganya, Zambia, Botswana, Afrika Selatan, dan Mozambique. Negeri seluas sekitar 242 ribu km persegi itu memiliki industri ringan. Di ladangnya tumbuh tembakau, tebu, randu, jagung, dan gandum. Hasil tambangnya meliputi perak, emas, nikel, asbestos, tembaga, besi, dan batu bara. Dan Mugabe sendiri, konon, kendati memaklumkan diri sebagai Marxis, lebih condong sebagai pragmatis. Anak tukang kayu kampung itu lahir di Kutama, Mashonaland, bekas koloni Inggris di Rhodesia Selatan, 61 tahun silam. Ia berasal dari puak Zezuru suku Shona, dan memulai karier sebagai guru pada usia 18 tahun. Di Universitas Fort Hare, Afrika Selatan, Robert Gabriel Mugabe meraih gelar sarjana muda hanya dalam setahun. Pulang dari sanalah ia terlibat dalam perjuangan nasional menentang supremasi pemerintahan orang kulit putih. Kini, Mugabe dihadang keadaan ekonomi yang agak suram. Inflasi masih sekitar 15% per tahun. Angka pengangguran terus bertambah, sedangkan laju pertumbuhan penduduk 3,7% per tahun, satu di antara yang tertinggi di dunia. Mugabe pernah mengatakan akan membawa Zimbabwe menjadi negeri Marxis-Leninis. Tetapi, pekan lalu, Wakil PM Muzenda hanya berbicara tentang "kebijaksanaan yang berorientasi kepada rakyat".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus