SEMUA orang Tamil kena getahnya. Inilah yang berkembang di Sri Lanka belakangan ini, setelah pihak polisi menduga pembunuh Presiden Ranasinghe Premadasa adalah anggota Macan Tamil. Cara polisi mengusut memang membuat warga Tamil yang minoritas itu menjadi ketakutan. Sehari setelah peristiwa pembunuhan Sabtu dua pekan lalu, misalnya, secara acak 30 orang Tamil ditangkap dari sebuah hotel di pinggir Kolombo. Kawasan ini memang banyak dihuni orang Tamil. Dan kemudian muncul desas-desus bahwa etnis mayoritas, yakni etnis Sinhala, hendak menyerang permukiman warga Tamil sebagai balas dendam. Maka, selama pekan lalu tercatat 3.000 warga Tamil meninggalkan Kolombo. Dengan menumpang kereta api, mereka menuju ke Vavuniya, sebuah kota di utara Kolombo yang mayoritas penduduknya orang Tamil. Padahal, kawasan utara dan timur Sri Lanka dikenal sebagai sarang Macan Tamil, gerakan separatis yang menginginkan kawasan ini merdeka. Kawasan ini pun sebenarnya bukan tempat bermukim yang aman bagi Tamil. Beberapa hari lalu sebuah kota di utara, Kilinochchi, yang diduga dikuasai gerilyawan Macan Tamil, dikabarkan dijatuhi bom oleh dua pesawat tempur militer. Ketegangan etnis itu berlawanan dengan kebijaksanaan Perdana Menteri Dingiri Banda Wijetunga, yang terpilih sebagai Presiden Sri Lanka Jumat pekan lalu, menggantikan Premadasa. Wijetunga kepada pers mengatakan, ia ingin menyelenggarakan pertemuan multipartai untuk menyelesaikan masalah pemberontakan Tamil. Ia pun ingin pemimpin Macan Tamil hadir. Cuma, Wijetunga menghendaki Vellupillai Prabhakaran, ketua Macan Tamil, sendiri yang datang, bukan sekadar wakilnya. Alasannya, hanya pemimpin tertinggi yang bisa menyelesaikan masalah. Sekadar wakil hanya akan menghasilkan ''omong kosong, tanpa tindakan,'' lanjutnya. Tentu, presiden baru ini pun menjanjikan keamanan bagi Prabhakaran. Tapi adakah sang Macan tertinggi itu mempercayai janji itu, memang soal lain. Yang jelas, konflik etnis Sinhala-Tamil yang sudah berlangsung sekitar 10 tahun di Sri Lanka sudah makan 28.000 korban jiwa. Pemerintah Kolombo menghabiskan dana untuk keamanan sekitar US$ 500 juta. Dan konflik tak kunjung padam. Selama ini, berbagai upaya damai sudah dilakukan antara pemerintah Kolombo dan Macan Tamil. Namun, sebanyak itu pula kegagalan terjadi. Yang terakhir adalah perundingan yang mengusulkan sistem federasi bagi kawasan utara dan timur yang dikuasai oleh Macan Tamil. Usul ini ditolak oleh pihak Tamil, yang menginginkan berdirinya negara kesatuan di wilayah itu. Sejauh ini Macan Tamil memang sulit dijinakkan. Menurut pemerintah Kolombo, gerakan separatis ini hanya beranggotakan sekitar 2,5 juta orang Tamil. Tapi itu mungkin yang disebut anggota inti. Berapa besar dari sekitar 18% warga Tamil dari 17 juta penduduk Sri Lanka seluruhnya yang mendukung Macan Tamil, tak jelas. Yang diketahui, bila seorang anggota Macan Tamil diburu oleh polisi Sri Lanka, dan ia lari ke daerah permukiman Tamil, biasanya ia akan hilang tanpa jejak. Ia akan diselamatkan oleh warga Tamil di situ. Juga menjadi bukti adanya solidaritas, meski sembunyi-sembunyi, di antara warga Tamil, karena tak juga kunjung datang info tentang tertuduh dalang pembunuhan Premadasa yang fotonya disebarluaskan di permukiman Tamil. Atau, pembunuh Premadasa bukan dari gerakan separatis Tamil? DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini