Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat meminta Turki menahan diri terhadap operasi militer di Suriah utara menyusul gempuran darat terhadap basis pertahanan kelompok Kurdi YPG di Afrin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Washington mengakui bahwa Kurdi YPG adalah sekutu dekatnya di Suriah yang dianggap sebagai kelompok bersenjata paling efektif melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di negeri itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tentara Kurdi dari People's Protection Units (YPG) berjaga di dekat tank militer AS yang tengah berpatroli di kawasan perbatasan antara Turki dan Suriah di Darbasiya, Suriah, 29 April 2017. REUTERS/Rodi Said
Heater Nauert, juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, mengatakan pada Ahad, 21 Januari 2018, Menteri Luar Negeri Rex Tillerson berbicara dengan rekannya dari Turki dan Rusia melalui telepon. Dia menentang eskalasi pertempuran di Suriah.
"Kami mendesak Turki menahan diri, membatasi jangkauan operasi militer, melakukan pembatasan waktu, dan menghindari korban warga sipil," ucap Nauert, seperti dikutip Al Jazeera.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat itu dikeluarkan pada Ahad, 21 Januari 2018, atau beberapa jam setelah Turki menyatakan pasukan daratnya telah menerobos masuk ke wilayah Suriah utara.Sebuah tank tentara Turki bergerak menuju perbatasan Suriah, di Reyhanl, Turki, 18 Januari 2018. AP
Ankara menilai Partai Bersatu Demokratik Kurdi Suriah (PYD) dan sayap militernya, YPG, sebagai kelompok teroris bersama organisasi terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang melakukan pemberontakan di Turki selama satu dekade.
Berbicara di Istanbul pada Ahad malam waktu setempat, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menuturkan pasukan Turki telah merangsek ke dalam wilayah yang dikuasai YPG di Suriah pada pukul 08.05 GMT dari Desa Gulbaba, Turki. Menurut dia, pasukan Turki bermaksud membangun "zona aman" 30 kilometer di Afrin, Suriah utara.