Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEM Ley dibunuh pada suatu pagi di bulan Juli 2016 yang cerah, di sebuah lokasi pompa bensin di Phnom Penh, Kamboja. Pada pagi yang panas dan lembab itu, Kem Ley, 45 tahun, aktivis hak asasi manusia yang kerap bersuara lantang terhadap rezim Perdana Menteri Hun Sen, memutuskan menghirup kopi dingin di sebuah toko waralaba di pompa bensin Caltex. Namun seorang lelaki menghampirinya, menembak kepalanya dua kali dengan pistol otomatis, kemudian tanpa bergegas ia menjauhi tempat pembantaian itu dan larut dalam keramaian pagi.
Kasus pembunuhan yang mengejutkan ini rupanya berakhir singkat. Dua jam setelah penembakan, polisi menangkap pembunuhnya. Oueth Ang, 43 tahun, mengaku menghabisi sang aktivis gara-gara urusan utang US$ 3.000 (setara dengan Rp 39,1 juta), dan lembaga pengadilan Kamboja menerima penjelasan sederhana itu bulat-bulat, lantas mendakwanya dengan pasal pembunuhan berencana. Hidup di Phnom Penh pun berjalan seperti biasa lagi, sampai akhirnya, tujuh bulan berselang, kompleksitas masalah ini menghangat kembali: menyinggung rezim Hun Sen, sebuah perusahaan minyak, dan sebuah video rekaman CCTV.
"Perkembangan ini merupakan langkah maju untuk membuktikan keterlibatan pemerintah Kamboja dalam pembunuhan doktor Kem Ley," tulis Sam Rainsy, tokoh oposisi Kamboja, di akun Facebooknya. Ya, Kamis dua pekan lalu, pengadilan Distrik California, Amerika Serikat, mengeluarkan surat perintah yang memaksa perusahaan minyak Chevron-pemilik Caltex-membuka rekaman CCTV kematian Kem Ley.
Setelah pembunuhan berdarah dingin itu, Sam Rainsy dan sejumlah aktivis pendukung Kem Ley sibuk melacak, menapaktilasi rekaman video dan pembicaraan di area pompa bensin, pada hari penembakan. Tak mendapatkan hasil memuaskan, Rainsy dan para aktivis prodemokrasi Kamboja kemudian melayangkan surat permohonan membuka rekaman video CCTV dan pembicaraan di pompa bensin itu. Seseorang di kantor pengacara BraunHagey & Borden-yang membela kepentingan Rainsy dan masyarakat Kamboja-yakin perusahaan besar tersebut masih menyimpan rekaman yang dibutuhkan itu.
"Saya rasa inilah saatnya ketika Amendemen Pertama, kebebasan pers, dan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat jadi lebih penting di dunia internasional," kata Matthew Borden, pengacara BraunHagey & Borden. Sejauh ini juru bicara Chevron, Garthe Johnstone, mengatakan rekaman video Kem Ley di pompa bensin itu telah dihapus oleh polisi sesaat setelah penembakan. Namun BraunHagey & Borden cepat memotong: tak mungkin rekaman dalam bentuk digital yang dihapus itu tanpa rekaman cadangan.
Meski acap terusik oleh sepak terjang Kem Ley, pemerintah Hun Sen menolak segenap tudingan yang diarahkan kepadanya. Pembunuhan Kem Ley terjadi di tengah ketegangan politik yang terjadi antara Perdana Menteri Hun Sen dan oposisi yang berusaha mengakhiri 31 tahun kekuasaannya melalui pemilihan lokal pada 2017 dan pemilihan umum pada 2018.
Kem Ley adalah seorang orator ulung dan analis politik yang tajam. Biasa berbicara lantang melalui ulasan politiknya di radio, ia mampu merangkul jutaan orang. Kem Ley juga dikenal sebagai pendiri Partai Demokrasi Akar Rumput-kendati ia menolak jabatan resmi dalam organisasi politik itu.
Pembunuhan aktivis yang berani ini mengundang banyak spekulasi. "Pembunuhan terhadap Kem Ley-merupakan bencana itu sendiri-sayangnya menegaskan adanya kekerasan dalam politik di Kamboja," ujar seorang peneliti di Amnesty International, John Coughlan. Para pekerja hak asasi berpendapat pembunuhan terhadap Kem Ley merupakan peringatan kepada aktivis politik yang berani menentang rezim.
Kalau sudah begini, rekaman cadangan di tangan Chevron akan sangat berarti buat menentukan sutradara di balik pembunuhan Kem Ley.
Idrus F. Shahab (BBC | LOS ANGELES TIMES | CAMBODIA TIMES)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo