Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Koalisi baru dengan champagne

Koalisi tiga kelompok kampuchea anti vietnam ternyata belum buntu, sihanouk dan khieu samphan sudah sepakat, tinggal menunggu son sann. bantuan senjata rrc mengalir untuk gerilyawan di kampuchea. (ln)

6 Maret 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JALAN menuju koalisi tiga kelompok Kampuchea anti-Vietnam ternyata belum buntu, bahkan maju selangkah lagi. Pangeran Norodom Sihanouk dan pemimpin Khmer Merah Khieu Sam-phan akhirnya bertemu di leijing. Selama 90 menit di kediaman sang Pangeran, kedua tokoh Kampuchea itu berernbuk dan sepakat bahwa koalisi anti-Vietnam yang ingin dibentuk akan mempunyai program politik. Sementara Pemerintah Demokrasi Kampuchea (Khmer Merah) yang selama ini masih diakui PBB tetap dipertahankan. Sihanouk--bekas musuh bebuyutan Samphan--dalam pertemuan (21 Februari) itu tidak mengajukan syarat apaapa. Dalam suasana kekeluargaan keduanya berbicara sembari menikmati minuman cbampagne. Sebenarnya Sihanouk masih tidak menyukai Khmer Merah yang membunuh bukan saja keluarganya, tapi juga banyak rakyat Kampuchea ketika berkuasa dalam tahun 1975-1979. "Tapi sekarang ini yang menjadi masalah bukan Khmer Merah, tapi Vietnam," katanya kepada para wartawan. Tapi koalisi itu belum akan terbentuk dengan permufakatan Samphan-Sihanouk saja. Son Sann, pemimpin Front Pembebasan Rakyat Kampuchea yang kini di Paris menolak datang ke Beijing untuk berbicara soal koalisi bersama Samphan dan Sihanouk. Ketiganya terakhir berunding di Singapura (September lalu). "Koalisi harus terdiri dari tiga pihak," kata Sihanouk, kepala negara Kampuchea yang tersingkir sejak 1970. "Bila Son Sann belum siap, pembentukan koalisi terpaksa harus menunggu ," tambahnya dalam suatu konperensi pers di Beijing. Belum jelas kenapa Son Sann tidak hadir dalam perundingan di Beijing itu, walaupun dia ditunggu. Wakil PM Cina Deng Xiaoping -yang tidak muncul di muka umum sejak 12 Januari -- ikut menghimbau agar semua pihak Kampuchea bersatu membentuk koalisi itu. Deng menegaskan lagi hal ini ketika ia menerima Sihanouk dan Samphan secara terpisah minggu lalu. Dukungan RRC, menurut Sihanouk, sangat besar bagi gerilyawan anti-Vietnam. Baru saja Cina mengirim senjata ringan dan bazooka untuk 3.000 gerilyawan Sihanouk. Bantuan RRC paling besar diberikan kepada sekitar 30.000 tentara Khmer Merah. Sedang Son Sann, bekas PM yang tidak komunis ini, konon juga mendapat "bantuan terbatas" dari RRC untuk 19.000 gerilyawan yang dipimpinnya. Mungkin karena itu pula Son Sann diberitakan akan pergi ke Beijing sekitar awal Maret ini. Baik Sihanouk maupun Samphan masih membujuknya supaya ikut dalam koalisi anti-Vietnam itu. Rencana koalisi yang dibicarakan di Beijing itu sangat dikecam Vietnam. Negara yang berkuasa di Indocina itu-Vietnam, Kampuchea dan Laos--menuduhriya sebagai "permainan" Cina. "Tentara Vietnam hadir di Kampuchea adalah kesepakatan Pemerintah Kampuchea dan Vietnam," demikian komunike bersama para Menlu tiga negara Indocina. Mereka berkonperensi di Vientiane (16- 17 Februari). Vietnam konon bersedia menarik seDagian pasukan dari Kampuchea yang berkekuatan 200.000 itu. Tapi syaratnya ialah Thailand menghentikan dukungannya bagi Khmer Merah di perbatasannya. Kebetulan seorang pemimpin Khmer Merah, Pol Pot, tengah dirawat di rumah sakit Bangkok sejak Desember. Muangthai tidak terlibat dalam konflik Kampuchea. Syarat Vietnam tidak relevan," kata jurubicara pemerintah, Jetr Sucharitkul. Muangthai berpendirian, satu-satunya cara penyelesaian ialah lewat gencatan senjata dan diadakannya pemilu yang diawasi PBB serta penarikan semua pasukan asing dari Kampuchea. Ini juga menjadi pendirian anggota ASEAN lainnya. Penyelesaian politik itu pernah diserukan pula oleh PBB dalam Konperensi Internasional mengenai Kampuchea (1317 Juli 1981). Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar sudah berkirim surat kepada PM Vietnam Pham Van Dong, menyatakan hasratnya membantu mengusahakan penyelesaian damai. Dan pekan lalu Sekjen PBB mengutus wakilnya Rafeeudin Ahmed menemui para pemimpin ASEAN, Laos, Vietnam dan RRC. Tapi ia tidak akan singgah di Phnom Penh walau masalah yang dibicarakan adalah soal Kampuchea.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus