JALAN menuju koalisi tiga kelompok Kampuchea anti-Vietnam
ternyata belum buntu, bahkan maju selangkah lagi. Pangeran
Norodom Sihanouk dan pemimpin Khmer Merah Khieu Sam-phan
akhirnya bertemu di leijing. Selama 90 menit di kediaman sang
Pangeran, kedua tokoh Kampuchea itu berernbuk dan sepakat bahwa
koalisi anti-Vietnam yang ingin dibentuk akan mempunyai program
politik. Sementara Pemerintah Demokrasi Kampuchea (Khmer Merah)
yang selama ini masih diakui PBB tetap dipertahankan.
Sihanouk--bekas musuh bebuyutan Samphan--dalam pertemuan (21
Februari) itu tidak mengajukan syarat apaapa. Dalam suasana
kekeluargaan keduanya berbicara sembari menikmati minuman
cbampagne. Sebenarnya Sihanouk masih tidak menyukai Khmer Merah
yang membunuh bukan saja keluarganya, tapi juga banyak rakyat
Kampuchea ketika berkuasa dalam tahun 1975-1979. "Tapi sekarang
ini yang menjadi masalah bukan Khmer Merah, tapi Vietnam,"
katanya kepada para wartawan.
Tapi koalisi itu belum akan terbentuk dengan permufakatan
Samphan-Sihanouk saja. Son Sann, pemimpin Front Pembebasan
Rakyat Kampuchea yang kini di Paris menolak datang ke Beijing
untuk berbicara soal koalisi bersama Samphan dan Sihanouk.
Ketiganya terakhir berunding di Singapura (September lalu).
"Koalisi harus terdiri dari tiga pihak," kata Sihanouk, kepala
negara Kampuchea yang tersingkir sejak 1970. "Bila Son Sann
belum siap, pembentukan koalisi terpaksa harus menunggu ,"
tambahnya dalam suatu konperensi pers di Beijing. Belum jelas
kenapa Son Sann tidak hadir dalam perundingan di Beijing itu,
walaupun dia ditunggu.
Wakil PM Cina Deng Xiaoping -yang tidak muncul di muka umum
sejak 12 Januari -- ikut menghimbau agar semua pihak Kampuchea
bersatu membentuk koalisi itu. Deng menegaskan lagi hal ini
ketika ia menerima Sihanouk dan Samphan secara terpisah minggu
lalu.
Dukungan RRC, menurut Sihanouk, sangat besar bagi gerilyawan
anti-Vietnam. Baru saja Cina mengirim senjata ringan dan bazooka
untuk 3.000 gerilyawan Sihanouk. Bantuan RRC paling besar
diberikan kepada sekitar 30.000 tentara Khmer Merah. Sedang Son
Sann, bekas PM yang tidak komunis ini, konon juga mendapat
"bantuan terbatas" dari RRC untuk 19.000 gerilyawan yang
dipimpinnya. Mungkin karena itu pula Son Sann diberitakan akan
pergi ke Beijing sekitar awal Maret ini. Baik Sihanouk maupun
Samphan masih membujuknya supaya ikut dalam koalisi anti-Vietnam
itu.
Rencana koalisi yang dibicarakan di Beijing itu sangat dikecam
Vietnam. Negara yang berkuasa di Indocina itu-Vietnam, Kampuchea
dan Laos--menuduhriya sebagai "permainan" Cina. "Tentara Vietnam
hadir di Kampuchea adalah kesepakatan Pemerintah Kampuchea dan
Vietnam," demikian komunike bersama para Menlu tiga negara
Indocina. Mereka berkonperensi di Vientiane (16- 17 Februari).
Vietnam konon bersedia menarik seDagian pasukan dari Kampuchea
yang berkekuatan 200.000 itu. Tapi syaratnya ialah Thailand
menghentikan dukungannya bagi Khmer Merah di perbatasannya.
Kebetulan seorang pemimpin Khmer Merah, Pol Pot, tengah dirawat
di rumah sakit Bangkok sejak Desember.
Muangthai tidak terlibat dalam konflik Kampuchea. Syarat Vietnam
tidak relevan," kata jurubicara pemerintah, Jetr Sucharitkul.
Muangthai berpendirian, satu-satunya cara penyelesaian ialah
lewat gencatan senjata dan diadakannya pemilu yang diawasi PBB
serta penarikan semua pasukan asing dari Kampuchea. Ini juga
menjadi pendirian anggota ASEAN lainnya.
Penyelesaian politik itu pernah diserukan pula oleh PBB dalam
Konperensi Internasional mengenai Kampuchea (1317 Juli 1981).
Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar sudah berkirim surat kepada
PM Vietnam Pham Van Dong, menyatakan hasratnya membantu
mengusahakan penyelesaian damai. Dan pekan lalu Sekjen PBB
mengutus wakilnya Rafeeudin Ahmed menemui para pemimpin ASEAN,
Laos, Vietnam dan RRC. Tapi ia tidak akan singgah di Phnom Penh
walau masalah yang dibicarakan adalah soal Kampuchea.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini