TUDUH-menuduh antara Libya dengan Mesir yang berlangsung
sejak gagalnya rencana penyatuan kedua negara di tahun 1972,
beberapa hari yang lalu mendapatkan bentuknya keras. Mula-mula
Mesir mengumumkan penahanan sejumlah pasukan khusus Libya yang
menyusup ke Mesir. Berita yang tersiar tanggal 15 Maret yang
lalu lewat koran Al Ahrafrz itu menyebutkan pasukan-pasukan
khusus Libya tersebut sebagai datang "dengan tugas untuk
menculik bekas Menteri Perencanaan Libya, Omar Mallisi dan
bekas Menlu Abdel Moniem". Semua mendapatkan suaka politik di
Mesir, setelah melarikan diri dari Libya.
Sebelum melakukan aksi yang gagal di Kairo itu, pasukan khusus
Liby, sebenarnya juga sudah mencoba sebuah usaha di Roma. Juga
gagal. Di ibu kota Italia itu juga ada bekas pembesar Libya
yang diinginkan Gaddafi supaya hiisa kembali ke Tripoli.
Kegagalan di Roma barangkali saja merupakan alasan lagi dinas
intelijen Mesir untuk lebih waspada, sehingga kemudian bisa
menangkap penyusup-penyusup Libya. Tapi mungkin juga kewaspadaan
itu datangnya dari sumber lain. Sebelum terjadi penangkapan
sejumlah pasukan khusus itu, di Mesir telah dikurung Mohammed
Masmudi, bekas menlu Tunisia dan sahabat dekat Gaddafi. Di
Kairo, Masmudi, yang telah dipecat oleh Presiden Tunisia, Habib
Borgiba, lantaran rencananya untuk menggabungkan Libya dengan
Tunisia beberapa tahun silam mendapat tugas membujuk
bekas-bekas pembesar Libya yang diinginkan Gaddafi.
Sumber-sumber di Kairo menyebutkan bahwa dari hasil pemeriksaan
Masmudi itulan diketahui banyak mengenali apa yang disebut
sebagai "Komplotan Libya".
Naik Pitam: CIA!
Sehari sebelum Al Ahram mengungkapkan penangkapan pasukan
khusus Libya itu, edisi minggu Akhbar El Yoaum ada pula
mengungkapkan berita penangkapan sejumlah tentara Libya yang
bekerja sama dengan grup kiri dari pasukan-pasukan gerilyawan
Palestina. Penangkapan itu berlangsung di lapangan terbang Kairo
dalam sebuah penerbangan ke Bagdad. Dari hasil pemeriksaan
pasukan yang merencanakan aksi di Irak itu, terungkaplah
keterangan bahwa Gaddafi mengawasi sendiri latihan untuk
pasukan-pasukan khusus itu.
Terhadap penangkapan sejumlah anak buahnya dan kegagalan tugas
mereka. Gaddafi yang terkenal penaik pitam itu dengan segera
mengambil tindakan dlastis. Mula-mula cuma pernyataan. Katanya:
"Kampanye anti Libya di Mess uitu jelas dibantu oleh CIA". Pada
hari yang sama, ia bahkan sudah menuduh dinas intelijen Mesir
"dikuasai dan dikendalikan oleh CIA". Sesudah itu, kantor
berita Libya muncul dengan berita penahanan 15 tentara Mesir
yang 'merencanakan sabotase di Libya". Setelah berita yang
muncul di Tripoli 15 Maret yang lalu, setiap harinya tersiar
berita pengusiran sejumlah besar buruh dan pekerja Mesir.
Menurut taksiran Al Ahram, hingga akhir pekan silam sudah
16.100 warga Mesir yang diusir dari Libya. "Tiga di antaranya
mati dalam perjalanan ketika diangkut dengan cara-cara yang
tidak berprikemanusiaan". Kabarnya cara-cara yang sama juga
diderita oleh buruh dan pekerja Tunisia yang juga diusir oleh
Gaddafi pekan silam. Akibat penolakan Habib Borgiba pada ajakan
penyatuan kedua negara dari Gaddafi, sebanyak 1.713 pemegang
paspor Tunisia diusir pekan silam dari Libya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini