Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jalan-jalan di Kota Paris berbau busuk akibat banyaknya sampah yang tak diangkut oleh petugas. Pada Jumat lalu, pihak berwenang menyatakan mogok kerja oleh petugas mengakibatkan sampah yang tak diangkut melonjak menjadi 10.000 ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan bahwa para petugas yang mogok kerja telah dipaksa kembali di bawah kekuasaan darurat yang dirancang untuk melindungi layanan-layanan penting. "Mulai hari ini, mulai pagi ini, permintaan bekerja dan tempat sampah dikosongkan," katanya pada Jumat lalu kepada radio RTL.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang pembantu walikota Sosialis Paris Anne Hidalgo, yang menentang Darmanin dan Presiden Emmanuel Macron, membantah perubahan tersebut. Hidalgo mengatakan bahwa tidak ada truk yang keluar dari sisi publik.
Pengumpul sampah kota memulai pemogokan dan memblokade insinerator kota 12 hari yang lalu sebagai tanggapan atas reformasi pensiun Macron. Perubahan pensiun yang diputuskan oleh Macron akan membuat mereka harus bekerja sampai usia 59 tahun, lebih lama dibandingkan dengan sekarang yaitu 57 tahun.
Mereka menjamin pemungutan di sekitar separuh dari 20 distrik ibu kota, dan sisanya ditangani oleh perusahaan swasta. Perusahaan swasta masih bekerja. Beberapa dari perusahaan swasta mengambil kontrak untuk membersihkan jalan yang semakin bau dan padat di daerah yang paling parah terkena dampak. Delphine Burkli, walikota distrik ke-9 yang terpukul parah, mengatakan pada hari Jumat agar pemerintah memanggil tentara untuk membersihkan jalan.
Unjuk rasa terus berlanjut hingga kemarin, Sabtu, 18 Maret 2023. Polisi Paris bentrok dengan pengunjuk rasa pada Sabtu malam ketika ribuan orang turun ke jalan memprotes kenaikan usia pensiun oleh pemerintah. Keputusan memperpanjang usia pensiun dilakukan tanpa pemungutan suara parlemen.
Kerusuhan dan pemogokan yang berkembang telah membuat Presiden Emmanuel Macron menghadapi tantangan paling berat terhadap pemerintahannya. "Macron, Mundur!" dan "Macron akan runtuh, kami akan menang," teriak para demonstran di Place d'Italie di selatan Paris. Polisi anti huru hara menggunakan gas air mata dan bentrok dengan beberapa orang di kerumunan saat tempat sampah dibakar.
Otoritas kota telah melarang aksi unjuk rasa di Place de la Concorde pusat Paris dan Champ-Elysees di dekatnya pada Sabtu malam. Pada Jumat malam sebanyak 61 orang yang terlibat unjuk rasa ditangkap. Sementara pada Sabtu malam, ada 81 orang yang telah ditangkap.
Sebelumnya di ibu kota Prancis, sekelompok mahasiswa dan aktivis dari kolektif "Revolution Permanente" menyerbu pusat perbelanjaan Forum des Halles. Mereka melambai-lambaikan spanduk menyerukan pemogokan umum dan meneriakkan "Paris berdiri, bangkit." Video yang diunggah di media sosial menunjukkan demonstrasi tersebut.
Televisi BFM juga menayangkan gambar demonstrasi yang sedang berlangsung di kota-kota seperti Compiegne di utara, Nantes di barat, dan Marseille di selatan. Di Bordeaux, di barat daya, polisi juga menggunakan gas air mata terhadap pengunjuk rasa yang menyalakan api. "Reformasi harus dilaksanakan. Kekerasan tidak dapat ditolerir," kata Menteri Keuangan Bruno Le Maire kepada surat kabar Le Parisien.
Sampah menumpuk di jalan-jalan Paris setelah pekerja sampah bergabung dalam aksi tersebut. Sekitar 37 persen staf operasional di kilang dan depot TotalEnergies ' (TTEF.PA) - di lokasi termasuk Feyzin di Prancis tenggara dan Normandia di utara - juga mogok pada hari Sabtu, kata juru bicara perusahaan. Pemogokan berlanjut di rel kereta api.
FRANCE 24 | REUTERS
Pilihan Editor: Temuan Baru Asal Usul Covid-19 Mengarah ke Anjing Rakun di Cina