SEKALI ini tidak perlu dengan kudeta, suatu ciri khas
Muangthai. Jenderal Kriangsak Chomanan telah rela mengundurkan
diri. Hingga terbuka jalan bagi Jenderal Prem Tinsulanonda
menjadi perdana menteri yang baru. Tampaknya skenario ini akan
meredakan krisis politik yang melanda Muangthai terutama karena
pemerintahah Kriangsak sudah kehilangan kepercayaan rakyat.
Dalam sidang parlemen, Jenderal Prem berhasil awal pekan ini
mengalahkan bekas PM Kukrit Pramoj dengan jumlah suara 399
banding 79. Kemenangannya ini memang sudah diduga. Sejak kaum
oposisi bersama-sama organisasi buruh, mahasiswa dan nelayan
melancarkan protes ke arah PM Kriangsak -- akibat kenaikan harga
minyak -- nama Prem sudah dicanangkan sebagai calon pengganti.
Terlebih-lebih setelah Jenderal Kriangsak mengumumkan
pengunduran dirinya (29 Februari).
Prem, bujangan yang berumur 59 tahun itu, dikenal sebagai
'serdadu sejati' yang menyintai profesinya. Selama 40 tahun
mengabdi di Tentara Kerajaan Muangthai, dia adalah tokoh yang
dihormati karena tidak termasuk kelompok tentara yang korup.
Bahkan ketika dia menjabat panglima di wilayah timur laut
Muangthai yang membawahi 16 provinsi, Prem dianggap paling
berhasil mendekati penduduk. Kebijaksanaannya yang disebut
'politik mendahului militer' membuat dia sukses dalam mengatasi
kerusuhan di wilayah itu.
Sangat Khawatir
Apakah Prem akan berhasil memenuhi tuntutan kaum oposisi, yaitu
menurunkan harga minyak? Ini masih tetap tanda tanya besar.
Ketika mendengar dirinya terpilih, Prem dengan tenang
mengatakan, "saya sangat khawatir menerima jabatan itu." Dia
adalah Menteri Pertahanan, anggota kabinet Kriangsak yang semula
menaikkan harga minyak.
Sebagian kalangan politisi di Bangkok rupanya realistis.
"Terpilihnya Prem bukan karena kami percaya bahwa dia dapat
memecahkan masalah ekonomi tapi karena kami memerlukan seseorang
yang mampu mempersatukan bangsa."
Memang masalah mempersatukan bangsa semakin menonjol di
Muangthai. Terutama karena negara ini belum begitu lama memasuki
era demokrasi parlementer. Negara ini selama puluhan tahun
berada di bawah rezim militer. Kriangsak sendiri dalam pidatonya
di depan parlemen, ketika mengumumkan pengunduran dirinya,
mengutamakan masalah persatuan ini. Apalagi dia melihat bahwa
aksi kaum oposisi melulu bertujuan menjatuhkan kabinetnya. "Kita
membutuhkan persatuan dan kerja sama. Tidak sepantasnya
perpecahan timbul hanya karena perjuangan kekuasaan," kata
Kriangsak.
Namun pengunduran diri Kriangsak, 62 tahun, betul-betul di luar
dugaan. Scmula ia mengritik habis-habisan tindakan kaum oposisi
di mimbar sidang luar biasa gabungan Senat dan Parlemen. "Untuk
menjamin kelangsungan pemerintah demokrasi parlementer, saya
memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan perdana
menteri," katanya kemudian. Tindakannya ini tentu saja mendapat
sambutan luar biasa dari kalangan yang selama ini menuntutnya
agar meletakkan jabatan.
Cuma Kukrit menuduh Kriangsak sebagai orang yang tak jujur. "Dia
tembak kami, kemudian dia lari," kata Kukrit yang merasa tak
diberi kesempatan untuk menjawab tuduhan Kriangsak terhadap aksi
kaum oposisi.
Kriangsak baru 3 pekan lalu mengubah susunan kabinetnya. Toh tak
mampu ia mengatasi krisis politik yang disebabkan kenaikan harga
bahan bakar minyak itu. Berbagai pendekatan yang dilakukannya
dengan kelompok oposisi tetap tidak membuahkan hasil. Sementara
itu kekhawatiran berbagai kalangan akan terjadinya kudeta
sebagai suatu penyelesaian rupanya menghantui Kriangsak juga.
Karena selama ini penyelesaian politik di negara itu selalu
melalui kudeta. Bahkan Kriangsak muncul dalam gelanggang politik
juga setelah berlangsung kudeta berdarah, 6 Oktober 1976.
Ratusan mahasiswa di Universitas Thammasat tewas dan sekitar
3000 lainnya ditahan ketika itu.
Setelah peristiwa berdarah itu, Kriangsak diangkat menjadi
Sekjen Dewan Reformasi Administrasi Nasional (NARC) yang
diketuai oleh Admiral Sangad Chaloryoo. Sedang waktu itu Thanin
Kraivichien ditunjuk oleh Raja Bhumipol Adulyadej sebagai
perdana menteri. Tapi karena kekejaman pemerintahan Thanin ini
tidak populer, pihak militer sekali lagi mengambil oper
kekuasaan pada November 1977. Dan muncullah Kriangsak sebagai
perdana menteri.
Pada mulanya Kriangsak populer di kalangan rakyat. Terutama
karena janjinya untuk menegakkan demokrasi dan menyelenggarakan
pemilihan umum. Dan Kriangsak benar melaksanakan janjinya.
Bahkan amnesti diberikannya kepada mahasiswa yang lari ke hutan
dan bergabung dengan Partai Komunis Thai setelah kudeta 6
Oktober '76. Di sini terbukti dia sebagai tokoh pemersatu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini