Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebanon pada Rabu, 18 Oktober 2022 memperingatkan wabah kolera telah menyebar di negara itu. Sejauh ini, korban meninggal sudah lima orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wabah kolera yang menyebar adalah pukulan telak bagi Lebanon yang sedang mengalami kemerosotan perekonomian. Wabah mematikan itu menyebar dari negara tetangga Lebanon, Suriah.
Ini merupakan yang pertama kalinya terjadi wabah kolera di Lebanon sejak 1993. Para pejabat kesehatan menyalahkan kondisi keuangan dan politik negara itu karena menyebabkan warga Lebanon hidup dengan infrastruktur sanitasi yang buruk dan hancur.
“Epidemi menyebar dengan cepat di Lebanon,” kata Menteri Kesehatan Masyarakat sementara Firass Abiad kepada wartawan, pada Rabu. 19 Oktober 2022.
Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, sejak 6 Oktober 2022, Lebanon telah mencatat ada 169 kasus kolera dan hampir setengahnya terjadi dalam dua hari terakhir.
Wabah kolera telah menjadi krisis terbaru di Lebanon setelah tiga tahun dihimpit kesulitan ekonomi, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebanon dianggap tidak mampu mengendalikan perbatasannya yang lemah dengan negara tetangga Suriah yang dilanda perang, di mana wabah kolera menyebar setelah lebih dari satu dekade perang.
Abiad mengatakan kasus pertama kolera di Lebanon terjadi pada 5 Oktober 2022 di wilayah pedesaan Lebanon utara, Akkar. Ketika itu, seorang warga negara Suriah, menerima perawatan sakit kolera, namun dalam kondisi stabil.
Dia menambahkan sebagian besar kasus kolera dialami oleh pengungsi Suriah. Pejabat kesehatan sudah mulai memperhatikan adanya peningkatan kasus kolera di kalangan warga Lebanon.
Lebanon menampung lebih dari satu juta pengungsi Suriah. Banyak dari para pengungsi itu mengalami kemiskinan dan tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak. Para pengungsi juga kekurangan air atau sistem pembuangan limbahnya memprihatinkan. Kejadian yang jauh sebelum keruntuhan ekonomi di Lebanon dimulai.
“Kurangnya sanitasi membuat kamp yang ramai menjadi area berisiko tinggi. Kasus tidak lagi terbatas pada kamp-kamp yang berbatasan dengan Suriah, tetapi sejak itu menyebar ke daerah-daerah miskin di mana air minum sangat tercemar dan kadang-kadang bercampur dengan air limbah,” kata Zeina Khodr dari Al Jazeera, melaporkan dari Akkar di Lebanon.
Penyakit kolera umumnya menular dari makanan atau air yang terkontaminasi bakteri vibrio cholerae. Mereka yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami diare dan muntah.
Penyakit kolera juga dapat menyebar di daerah pemukiman yang tidak memiliki jaringan pembuangan limbah yang layak atau air bersih. Abiad mengatakan air yang terkontaminasi bakteri vibrio cholerae digunakan untuk pertanian sehingga bisa menyebarkan penyakit ke buah dan sayuran.
Infrastruktur air Lebanon juga terbengkalai dan sistem perawatan kesehatan sangat terpukul oleh krisis keuangan selama tiga tahun. Ledakan pelabuhan Beirut pada Agustus 2020 yang menghancurkan infrastruktur medis penting di ibu kota juga ikut berdampak pada terbengkalainya infrastruktur air di Lebanon.
Terlepas dari bantuan kemanusiaan dari negara-negara lain, Abiad mengatakan sektor kesehatan di Lebanon akan berjuang mengatasi wabah skala besar. PBB menyebut hampir dua pertiga dari instalasi pengolahan air di Suriah, setengah dari stasiun pompa dan sepertiga dari menara air, dalam kondisi rusak.
Di seluruh dunia, penyakit kolera mempengaruhi antara 1,3 juta dan empat juta orang setiap tahun dan membunuh antara 21 ribu dan 143 ribu orang.
ALJAZEERA | NESA AQILA
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.