Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Malaysia menangkap lebih dari 40 pengungsi Rohingya yang kelelahan dan kelaparan setelah melarikan diri dari pusat penahanan. Sebanyak 115 migran Rohingya dan 16 warga Myanmar yang semuanya laki-laki, kabur setelah terjadi kerusuhan di gedung penahanan di pusat imigrasi sementara Bidor di negara bagian Perak utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengungsi Rohingya mengalami penganiayaan di tanah air mereka yang mayoritas beragama Buddha di Myanmar. Banyak yang melarikan diri ke Malaysia yang kaya dan mayoritas penduduknya Muslim atau ke kamp pengungsi di Bangladesh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka sering kali harus menempuh perjalanan laut yang memakan waktu berbulan-bulan untuk tiba di Malaysia dengan perahu atau menyelinap ke negara tersebut melalui perbatasan dengan Thailand. Jika tertangkap, mereka biasanya dikirim ke pusat penahanan yang menurut kelompok hak asasi manusia biasanya penuh sesak dan kotor.
Seorang pria Rohingya dipastikan tewas pada hari Kamis dalam kecelakaan lalu lintas ketika mencoba melintasi jalan raya dalam kegelapan.
Ke-41 pria Rohingya itu ditangkap kembali di perkebunan kelapa sawit dan di hutan sekitar kota Tapah dan Bidor setelah mendapat informasi dari publik, kata kepala polisi Perak Mohamad Yusri Hassan Basri. “Kami yakin masih banyak lagi yang bersembunyi di hutan,” katanya. Yusri seraya menambahkan bahwa semua yang ditangkap dalam keadaan lapar dan kelelahan.
Yusri mengatakan, 136 polisi dan petugas imigrasi sedang menyisir hutan, sungai, dan desa untuk mencari pelarian terakhir. Ini adalah kedua kalinya dalam dua tahun terobosan serupa terjadi.
Pada 2022, 528 pengungsi Rohingya melarikan diri dari tahanan di negara bagian Penang bagian utara. Enam orang tewas ketika mencoba menyeberang jalan raya, dan ratusan lainnya ditangkap kembali.
Beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan jumlah etnis Rohingya yang meninggalkan Myanmar. PBB mencatat ada 1.752 pengungsi, kebanyakan perempuan dan anak-anak, yang tiba di Indonesia dari pertengahan November hingga akhir Januari.
Badan tersebut mengatakan bahwa ini adalah gelombang pengungsi terbesar ke negara mayoritas Muslim tersebut sejak tahun 2015. Lebih dari 3.500 warga Rohingya diyakini telah melakukan perjalanan berisiko ke negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2022, katanya.
Hampir 1.000 warga Rohingya telah tewas atau hilang sejak awal tahun 2022 ketika mencoba melakukan penyeberangan laut yang berbahaya, menurut perkiraan badan tersebut. Di Malaysia, lebih dari 100.000 warga Rohingya hidup di pinggiran masyarakat, dan banyak dari mereka bekerja secara ilegal di bidang konstruksi dan pekerjaan bergaji rendah lainnya.
CHANNEL NEWS ASIA
Pilihan editor: Begini Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi Terhadap 4 Pemukim Israel di Tepi Barat