Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Jepang Yoshiro Mori menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah membuat rakyatnya menderita. Dia juga mengkritik media di Jepang bias dalam meliput pemberitaan konflik Rusia-Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya tidak begitu mengerti mengapa hanya (Presiden Rusia Vladimir) Putin yang dikritik sementara Zelensky tidak bertanggung jawab sama sekali. Ini masalah. Zelensky membuat banyak warga Ukraina menderita, ” kata Mori dalam pidatonya di sebuah acara politik di Tokyo pada Jumat, 18 November 2022, seperti dikutip dari Kyodo News.
Baca juga: Pemilu Malaysia: Anwar Klaim Didukung BN untuk Bentuk Pemerintahan
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengunjungi Kherson, Ukraina 14 November 2022. Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS
Menurut Mori, media di Jepang bias ke satu sisi karena dipengaruhi laporan dari Barat. Dia pun merasa media-media di Jepang hanya mengandalkan laporan Eropa dan Amerika.
Mori pun mengkritik Perdana Menteri Jepang saat ini Fumio Kishida tentang konflik tersebut. Dia menyebut Kishida berpihak dengan condong ke Amerika Serikat.
Mori juga memperingatkan Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika situasinya memburuk. Presiden Putin menegaskan kembali pada bulan lalu bahwa Moskow akan mematuhi doktrin nuklirnya.Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklirnya untuk merespon serangan dengan senjata pemusnah massal atau jika keberadaan Rusia dipertaruhkan.
Setelah memegang berbagai jabatan di kabinet Jepang pada 1980-an dan 90-an, Mori akhirnya menjabat sebagai perdana menteri periode 2000 - 2001. Dia kemudian memimpin panitia penyelenggara Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020, tetapi mengundurkan diri beberapa bulan sebelum acara dimulai karena skandal pernyataan seksis yang dia buat di sebuah pertemuan.
Jepang, bersama dengan banyak negara Barat, memberlakukan sanksi terhadap Rusia setelah melancarkan operasi militernya di Ukraina pada akhir Februari. Moskow menanggapi dengan memasukkan lebih dari 380 legislator Jepang ke daftar hitam dan melarang Kishida dan anggota kabinet tinggi lainnya memasuki negara itu.
RT.com | Nugroho Catur Pamungkas
Baca juga: Penyelidik Ukraina Temukan 63 Mayat dengan Tanda-tanda Penyiksaan di Kherson
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini