HANYA beberapa saat sebelum masuk bulan Ramadhan, ayat di atas
masih acap terdengar dalam peringatan Isra Mi'raj sebuah
perjalanan ilahiat Nabi Muhammad dari masjid di Mekah ke masjid
lain di Yerusalem. Tapi di manakah persisnya Masjid Aqsha itu
bahkan, bannan apa, di aman Nabi itu ?
Kenyataannya Masjid Aqsha baru didirikan sekitar 710 Masehi --
oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Itu berarti sekitar 80
tahun sesudah wafat nabi. Dan karena ia bangunan baru, tak
heran bila para ulama penafsir Quran maupun penulis sirah
(riwayat) nabi seperti Sirab Ibnu Hisyam, mengartikan Masjidil
Aqsha dalam ayat 1 Surah Bani Israil di atas sebagai Baitul
Madis--alias Yerusalem keseluruhan. Nabi ber-isra dari Mekah ke
"sesuatu tempat di Yerusalem".
Tidak berarti ancar-ancarnya tak didapali-Ketika Khalifah umar
bin Khathab masuk gerbang Yerusalem di tahun 17 Hijrah itu, oleh
Patriarch Sophronius -- pembesar Gereja Orthodox yang
menyerahkan kunci kota kepadanya--juga diantar jalan-jalan di
Yerusalem. Yang ingin dilihat sang khalifah ialah batu karang
(shskhrah) yang dahulu ada disebut Nabi ketika menuturkan
peristiwa Isra beliau. Oleh imam agung itu sang penguasa baru
dibawa ke Gereja Sion, juga ke Makam Keramat di Bukit Kuil
(Temple Mount).
Berdasar beberapa isyarat dari Nabi, Umar diriwayatkan menemukan
batu itu di halaman Kuil Sulaiman--di tengah reruntuhan, sedikit
terbenam dalam tanah. Sang khalifah sendiri bersama para
pengikutnya lantas membersihkan batu yang berukuran sekitar 56 x
42 kaki itu. Sebagai penghormatan kepada tempat suci Sulaiman,
Umar menyuruh bangunkan sebuah masjid sederhana di situ --
dengan catatan batu karang itu jangan dijadikan sasaran sujud
jangan diletakkan di muka orang sembahyang. Dan di situ pulalah
lebih 70 tahun kemudian Abdul Malik membangun Qubbatush
Shakhrah/Kubah Karang) dan memunculkan sebuah masjid megah yang
sama sekali baru bersegi delapan, bergaris menengah 152 kaki,
sedang garis menengah kubah 66 kaki, konon dengan memanfaatkan
pula model bangunan Yahudi dan Kristen. Tapi di mana Masjidil
Aqsha?
Di sebelah selatannya--jadi di arah kiblat -- sedang Masjid
Aqsha sendiri juga menghadap ke selatan. Tapi masjid suci yang
ketiga ini (sesudah yang di Mekah dan Madinah) rupanya tetap
sebuah bangunan kuno yang tampak sangat tua, kukuh, dan
bersahaja. Juga didirikan oleh Abdul Malik sesudah mendirikan
masjid kubah tadil Masjid Aqsha memang lebih besar, tapi
tampaknya tidak diberi perhatian pertama baik oleh Khalifah Umar
maupun pembangunnya.
Mungkin karena batu karang, yang dipercayai sebagai "pangkalan"
mi'raj Nabi, lebih "menentukan". Tapi yang menarik, seperti
dituturkan Al-Muqaddasi, batu itu juga penting bagi orang Yahudi
di situ menurut mereka Ibrahim "menyembelih" putranya (Ishaq!)
-- selain, entah bagaimana batu itu mereka angap punya hubungan
dengan kapal Nuh, selain dengan Musa. Dan memang, lingkungan
Masjid Aqsha maupun Nlasjid Umar (plus batu) itu sendiri
merupakan lingkungan suci baik bagi Islam maupun Yahudi.
Syahdan Nabi Daud, Raja Yudea itu sekitar tahun 1.000 s.M.
menguasai Yerusalem dan membeli sebidang tanah -- untuk
mendirikan sebuah kuil (masjid, menurut itilah Islam) seperti
dipesankan oleh Jibrail. Pembangunannya kemudian diteruskan
dengan sangat hebat oleh putranya, Sulaiman. Kira-kira 400 tahun
kemudian, ketika Nabukhtanashshar (Nebukadnezar) dari Babilon
menjarah seluruh kota, ia pun menghabiskan sama sekali bangunn
suci itu. Dan seudah berulang kali mengalami kehancuran dan
perbaikan, Abdul Malik di masa Islam masih memperkira-kirakan
letaknya untuk "meneruskan" rumah ibadah Sulaimau yang besar
itu.
Tetapi bahwa ia terletak di tempat suci, memang, Di lingkungan
yang setelah zaman Islam bernama Haram Asy-Syarif (Tempat Suci
yang Mulia) itu, ada peninggalan lain yang disebut 'Singgasana
Sulaiman'. Juga menurut satu sumber Islam di situ pernah berdiri
Cereja Yustinian dan Gereja nashthanthin (Konstantin). Dan
jangan lupa: antara gedung Museum Islam dan Kubah Karang, di
pinggir barat, di situlah terdapat Ha-ithul Mabka alias Dinding
Tangis -- yang dahulu didirikan untuk memperingati pemboyongan
orang Yahudi dalam "nabad Babilon".
Ayat Quran yang dikutip tadi punya kelanjutan, . . dari Masjid
Al Haram ke Masjid Al Aqsha, yang telah Kami berkati
sekelilingnya. Umat Nabi Muhammad di kala itu memang baru tahu,
bahwa ternyata ada juga peninggalan yang harus dimuliakan di
luar tanah mereka dan bahwa mereka sebenarnya tidak sendirian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini