FAJAR TAHUN Tikus, 1984, merekah tanpa kepastian tentang kesehatan Yuri Andropov. Teka-teki mengenai penyakitnya makin menggoda sejak presiden Uni Soviet itu tidak muncul lagi di depan umum selepas 18 Agustus tahun silam. Aneka jenis penyakit disebut-sebut menggerogoti Andropov mulai dan diabetes, gangguan penglihatan, Parkinson, dan radang ginjal."He ada nggak yang tahu apakah kesehatan Andropov sudah berangsur baik? canda kolumnis terkenal Art Buchwald dalam tulisannya, New Year's One Liners. Pertanyaan ini sudah dijawab juru bicara Kremlin, Leonid M. Zamyatin, sebulan sebelumnya. Kata Zamyatin, "Andropov mulai pulih dari sakit selesma." Selesma? Pada perayaan Revolusi Oktober, orang-orang menyaksikan bagaimana poster besar Andropov sengaja dipasang untuk menggantikan dirinya. Dan keesokan harinya banyak surat kabar menampilkan fotonya sedemikian rupa hingga seolah-olah ia hadir pada upacara penting di Lapangan Merah itu. Muslihat yang sama rupanya tidak mungkin diulangi terus-menerus. Tatkala Andropov juga tidak hadir dalam sidang Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) dan Soviet Tertinggi (Parlemen), akhir Desember lalu, media massa melaporkan apa adanya, singkat dan amat biasa. Pidato tertulis Andropov, yang memberi tekanan keras pada pembaruan bidang ekonomi, justru dimuat panjang lebar. Sealan kesehatan orang kuat Soviet itu, yang diduga menggawat, tidak perlu dikhawatirkar. oleh siapa-siapa. Apa sebenarnya yang terjadi? Menjelang akhir Desember, staf kedutaan negara Barat di Moskow terlibat suatu kegiatan ekstra. Tiap pagi dan sore mereka mengintip iring-iringan mobil yang melintas cepat dari arah Kremlin ke sebuah rumah sakit di luar Moskow. Mirip konvoi pengawalan Brezhnev semasa hidupnya. Kesimpulan mereka: Andropov sudah kembali bekerja. Kegiatannya, menurut sumber Eropa Timur, terbatas pada kerja yang ringan-ringan saja. Tapi itu tidak mengurangi cerita yang beredar luas di Moskow: bahwa Andropov (tinggi sekitar 180 cm dan berat 90 kg) menjalani cuci darah secara berkala. Kepada kantor berita UPI, seorang anggota Komite Sentral PKUS, yang tidak mau disebut namanya, mengakui kondisi Andropov membaik, tapi ia masih dirawat di rumah sakit. Anggota Komite itu membantah isu ginjal Andropov rusak, tapi ia menolak memberi keterangan lain. Akibatnya, penyakit Andropov sesungguhnya tetap rahasia. Beberapa diplomat Barat, yang bergairah mengikuti perkembangan Andropov, berpendapat lain. Sakit presiden Soviet itu, kata mereka, parah sekali dan tak mungkin tersembuhkan. Diceritakan bagaimana dalam sebuah resepsi keregaraan di balairung St. George, Kremlin, para anggota Politbiro sengaja menjauh dari para tamu agar tak ditanya macam-macam mengenai Andropov. Seorang pejabat deplu AS berkomentar, "Uni Soviet saat ini tak ubahnya istana tanpa raja. Tak tahu siapa pengambil keputusan di sana?" Sumber-sumber Uni Soviet bahkan bersuara lebih tajam. "Rusia kini bagaikan pesawat terbang yang dikemudikan pilot otomatis." Kiasan itu agaknya tepat sekali. Kekosongan yang berlarut-larut di pucuk pimpinan tertinggi Uni Soviet memang barulah sekali ini terjadi sepanjang sejarah negeri itu. Brezhnev, sekalipun sedang sakit parah, tiga hari sebelum ajalnya, masih tampil menyaksikan perayaan Revolusi Bolshewik. Sebaliknya Andropov. Ketika sorotan makin tajam diarahkan kepadanya, lengkap dengan ramalan kematian dan analisa terhadap kegagalan reformasinya, bekas kepala dinas rahasia KGB itu tetap saja bertahan. Apakah ini berarti cengkeraman kekuasaan Andropov sudah demikian mantap, atau mesin pemerintahan Soviet sangat dapat diandalkan hingga terus bekerja meski tanpa kendali yang pasti? Kedua hal ini sama menariknya untuk dikaji. Pertama-tama harus dicatat pujian koran-koran Moskow terhadap Andropov, terutama untuk laporan ekonominya di sidang Soviet Tertinggi. Di sidang yang sama, Menteri Keuangan Vasily Garbuzov menyebut nama presiden Soviet itu sampai lima kali. Serikat buruh di Distrik Proletarsky, Moskow, mencalonkan Andropov sebagai wakil mereka untuk pemilihan Soviet Tertinggi, Maret depan. Ketua badan perencanaan ekonomi negara, Nikolai Bubakov, mcndukung pernyataan Andropov tentang kondisi ekonomi yang membaik kendati masih banyak hambatan di sana-sini. Yang lebih penting ialah terpilihnya dua anggota baru Politbiro: Mikhail Soloment, 70, dan Vitaly Votonikov, 57, yang-dikenal sebagai orang-orang Andropov. Kesimpulan sementara: Andropov, meski sakit-sakitan, secara lihai berhasil memenangkan percaturan kekuasaan di Kremlin. Dengan komposisi Politbiro baru, posisi Andropov boleh dibilang. sudah tak tergoyahkan. Separuh dari 14 anggota Politbiro tidak syak lagi berdiri di belakangnya: Menteri Pertahanan Dimitri Ustinov, Menteri Luar Negeri Andrei Gromyko, serta Mikhail Gorbachev, Grigori Romanov, Geidar Alcyev Solomentsev, dan Votonikov. Mereka berhadapan dengan tiga jago tua dari kubu Brezhnev: Andrei Kirilenko, Nikolai Tikhonov, dan Konstantin Chernenko. Mungkin dalam waktu tidak terlalu lama, ketiganya sudah akan tersingkir pula. Untuk mengisi dua kursi Politbiro yang masih lowong, yang sebelumnya diduduki Brezhnev dan Mikhail Suslov, tampaknya tidak sulit. Andropov sudah mempersiapkan seorang calon anggota yakni kepala KGB, Viktor M. Chebrokov, 60. Selain itu, ia berhasil mengorbitkan Yegor K. Legachev, 63, menjadi salah seorang dari 10 sekretaris pada Komite Sentral PKUS yang beranggotakan 287 orang. Kalau Politbiro, lembaga penambil keputusan politik tertinggi, sudah dikuasai, adalah tidak beralasan meragukan kepemimpinan Andropov. Ia hanya perlu satu tahun untuk menggarap Politbiro, sementara pendahulunya, Brezhnev, mesti menunggu 10 tahun. Gaya keduanya memang berbeda. Lagi pula waktu mendesak. Menurut kalangan ahli bedah AS, yang punya hubungan dengan rekan seprofesi di Soviet, Andropov paling lama bertahan satu sampai dua tahun lagi. Tidak heran jika gayanya keras, cepat, dan lugas. Tapi benarkah birokrasi di Soviet tidak tergantung pada pimpinan pucuk? Untuk kegiatan sehari-hari, mungkin sekali tak ada masalah. Kecuali sekelompok kecil cendekiawan, semua pegawai pemerintah adalah anggota PKUS. Mereka mengamankan segenap ketetapan Pohtbiro, lalu menerapkan dan mengawasi pelaksanaannya di lapangan, seraya menentukan hitam-putihnya citra PKUS sampai ke pelosok. Mereka tak ubahnya jaringan raksasa, tanpa seorang pun bisa lolos dari Jangkauannya. Lebih di kenal dengan sebutan aparatchik, mereka tidak disukai, tapi dipatuhi. Celakanya, aparatchik tingkat menengah ke bawah bagaikan kayu dimakan rayap, rapuh karena korupsi, suap, dan sistem relasi. Bersama-sama dengan kelas atas, nachalstvo, mereka berpulau di tengah 250 juta penduduk Soviet. Diperkirakan ada 16,5 juta anggota PKUS, ke dalamnya termasuk aparatchik, yang kini diincar kampanye pembersihan Andropov. Berpengalaman selama 15 tahun sebagai pemimpin KGB, Andropov tahu persis rencana pembaruannya tidak mungkin dipercayakan pada birokrasi yang dituduhnya tidak kreatif dan tidak inovatif itu. Kabarnya beberapa tokoh seperti Wakil Menteri Pertanian Vladimir Rytov (yang terlibat skandal kaviar) dan bekas menteri keuangan di Georgia Parnaoz Ananiashirli (yang terlibat kasus penggelapan uang) sudah diamankan. Namun, untuk menjebol aparat habis-habisan.jelas tidak mungkin. Yang dilakukan Andropov, antara lain, baru berupa peningkatan disiplin para manajer, menetapkan sasaran produksi lebih tinggi, menjanjikan perangsang dan bonus bagi yang berhasil, serta hukuman (misalnya pemecatan) bagi yang gagal. Tapi tindakan-tindakan kecil itu, yang sifatnya lokal, cepat menguap bersama merosotnya kesehatan Andropov. Tidak heran jika pengamat Barat segera sampai pada kesimpulan: rencana pembaruan Andropov Paal. Sejak 1978, Soviet negara terluas di dunia, menderita paceklik berkepanjangan, keterbelakangan teknologi, dan kemacetan ekonomi secara keseluruhan. Kolumnis surat kabar The New York Times, Leonard Silk, yang berkunjung ke sana Mei tahun silam, terperanjat menyaksikan kekacau-balauan pasar. Di Neryungri, sebuah kota kecil, di timur laut Siberia, serombongan pria dan wanita berdesak-desak di sebuah toko. Mereka menghamburkan rubel untuk memborong persediaan barang yang begitu sedikit dan begitu rendah mutunya. Seorang wanita Inggris, Martha namanya, menulis dalam koran The Guardian tcntang kemewahan pusat pertokoan rahasia di Moskow yang bisa membuat Harrods (pusat pertokoan di London) kelihatan kumuh. Toh ia tidak habis pikir bagaimana ibu kota Soviet itu tidak menyediakan peta petunjuk kota.Tanpa peta, menurut Martha, sopir taksi seenaknya membawa penumpang asing berputar-putar cuma untuk memperoleh sewa lebih besar. Di sebuah pasar di Moskow, tempat petani menjual hasil buminya, Silk melihat bunga mawar yang dihargai Rp 5.000 per tangkai. Tapi yan lebih keterlaluan. menurut Silk.tidak ada kamus Rusia-Inggris di toko-toko buku di Moskow. "Ke mana kamus-kamus itu semua? Apakah terdaftar di markas KGB ?" kata Silk, menyindir. Cerita tentang antre tidak berhenti di sini. Lusinan kapal, menurut laporan surat kabar Pravda, juga antre di Laut Artik. Ini terjadi karena tidak ada kerja sama antara instansi pelayaran, pertambangan, dan administrasi pelabuhan. Yang lebih hebat ialah semakin banyaknya penganggur karena pabrik-pabrik tidak bekerja, konon, lantaran ketiadaan bahan baku. Kelompok "penganggur" itu, yang tiap hari masih menggerombol di depan pabrik jadi masalah karena rendahnya produktivitas kerja mereka. Seorang ekonom di Lembaga Ekonomi Moskow membenarkan adanya gejala "kemalasan, kebiasaan bermabukmabuk, dan membolos," di kalangan buruh. Sikap mental mereka, katanya, tidak terpuji dan tidak mencerminkan nilai-nilai luhur kelas pekerja. Andropov mensinyalir, berbagai kemunduran bersumber pada salah urus, manajemen yang buruk, dan banyaknya kelemahan pada sistem perencanaan Pusat. Untuk mengatasi kebuntuan, katanya, aparat perlu dikocok. Menurut Andropov, kurangnya persediaan dan rendahnya mutu barang barang rumah tangga, "benar-benar tidak dapat dimaafkan." Andropov marah karena banyak bahan baku terbuang percuma untuk 500.000 pesawat televisi, 115.000 radio, 1,5 juta jam, 250.000 kamera, dan 160.000 lemari es "murahan" yang tidak laku. Semua barang itu bertumpuk di gudang dan menjadi rongsokan. Untuk keluar dari "lingkaran setan" itu Andropov melakukan gebrakan. "Disiplin buruh mesti ditingkatkan, koordinasi antar instansi diperbaiki, manajer mesti mencapai target, para petani bisa diberi wewenang lebih besar asalkan produksi bisa lebih tinggi," katanya. Andropov agaknya mengarah kepada liberalisasi ekonomi dalam porsi terbatas . Menghadapi kemelut pertanian, Andropov toh tidak dapat menutup mata terhadap sukses pembaruan pertaman yang dilancarkan Hungaria, Bulgaria, dan Jerman Timur. Kendati produksi gandum Soviet pada tahun 1983 mencatat 200 juta ton - yang terbaik sejak 1978 - toh itu bukan karena reformasi. Kabarnya, lantaran musim kering sudah lewat. Minyak bumi dan gas tetap merupakan sumber pemasukan tertinggi bagi Soviet, 50% dari keseluruhan ekspor. Industri meningkat 4%, padahal target 3,2%. "Tapi kenaikan itu sebenarnya paling tingi cuma 2%," kata sumber diplomat di Moskow. (Bandingkan: tahun 1970 kenaikannya 7,5%, pada 1982 merosot jadi 2,8%. Untuk tahun 1984, Andropov menetapkan target kenaikan 3,8%. Menurut pengamat Barat, angka itu "cukup masuk akal". Di pentas politik, "orang sakit di Kremlin", demikian surat kabar Prancis Le Monde menjuluki Andropov. tampak tetap tegar.penuh percaya diri, dan untuk pertama kali tegas-tegas memaklumkan pada AS: "Jangan mendikte kami." Ketika dunia Barat meramalkan Andropov, pria jangkung anak buruh kereta api, adalah intelektual berpandangan luas yang bisa diajak bertukar pikiran, maka pada saat itulah mereka mengambil langkah yang salah. Bukan karena Andropov tidak bersedia berunding, tapi karena Washington gagal memahami posisi Moskow yang bcrubah. Uni Soviet kini tidak cukup sekadar diakui sebagai superpoweer, tapi kalau perlu dihormati sebagaimana layaknya negara Nomor 1 terkuat di dunia. Rupanya, Presiden Ronald Reagan tidak siap menerima kenyataan ini. Akibatnya, sepanjang tahun l983, dunia terjerat dalam ketegangan yang terus meningkat. Penembakan Boeing KAL 007 telah memperuncing situasi, dan hubungan Washington-Moskow merosot ke titik terendah. Ketakutan menjadi lengkap ketika utusan Soviet, Yuli Kvitsinsky, begitu saja meninggalkan meja perundingan pembatasan senjata nukhr dl Jenewa, tanpa janji apa-apa. Macetnya Perundingan Jenewa mencemaskan banyak orang. Paus Johannes Paulus II memperingatkan ketegangan yang meruncing antara dua superpower itu, meski masih dalam batas-batas perang mulut, bisa mengantarkan umat manusia pada tahap pendahuluan sebuah perang dunia. Tapi, menurut Andropov kepada koran Pravda, Soviet sejak mula selalu berniat baik untuk menyukseskan upaya pembatasan nuklir. Ia memberi contoh pembongkaran rudal SS-5 dan SS-4 milik Soviet sudah diusulkan, dengan syarat AS membatakan pemasangan Pershing II dan rudal jelajahnya di daratan Eropa. Mengapa usul Andropov itu tidak ditanggapi Presiden Reagan? Sudah bukan rahasia bahwa SS-5 atau SS-4 dibongkar untuk diganti dengan SS-20 yang daya pemusnahnya lebih besar. Tidak sepi dari usul baru, dalam perundingan terakhir di Jenewa, 23 November silam, delegasi Soviet menawarkan penyusutan jumlah rudal SS-20 dari 450 ke 140 asal Pcrshing Il dan rudah jelajah AS dibatalkan pemasangannya di daratan Eropa. Tawaran Soviet itu ditolak AS karena untuk menandingi rudal SS20, rudal milik Inggris dan Prancis tidak memadai. Bagi Washington, Pershing II dimaksudkan untuk mengimbangi kekuatan Soviet di Eropa. Sebaliknya, bagi Moskow perimbangan itu omong kosong belaka jika Pershing II dipasang juga. Kini, Kremlin menggertak Washington dengan upaya menciptakan sistem baru yang bisa menghancurkan AS dalam 10 menit, persis seperti kekuatan Pershing II, yang diperhitungkan bisa melabrak Moskow dalam keceepatan yang sama. Kalau sudah begitu, apakah kiamat hampir tiba? Jawabannya mungkin tersimpan dalam air mata seorang ibu Rusia yang pada suatu hari menghadap ketua cabang PKUS di desanya. Dengan mata berkaca-kaca, ibu ini bertanya apakah perang akan pecah dan anaknya mesti dikirim kepertempuran Andropov boleh jadi kaku, dan Reagan pun begitu. Ketika delegasi Soviet meninggalkan meja Perundingan Jenewa, orang bertanya: "Apakah Andropov menolak dialog selama-lamanya?" Sebagian besar ahli menjawab tidak. Terbukti benar. Dikabarkan dari Washington, diplomasi nuklir akan dilanjutkan pertengahan Januari ini. Hal ini kembali membuktikan apa yang konon disebut "keluwesan" Andropov: selalu bersedia menjawab tantangan, selalu hadir dengan konsep-konsep yang dipersiapkan matang. Bisa dimengerti jika seorang pengamat mengatakan tubuh Andropov mungkin sangat lemah, tapi kondisi kesehatannya masih memungkinkan dia memikirkan pelbagai urusan negara. Tapi, selebihnya, tokoh Kremlin ini tetap diliputi kabut misteri. Wartawan Hugh Sidey menggambarkannya dalam majalah Time: " . . . kita tidak tahu berapa tinggi dan berat badannya, siapa orangtuanya, apa pendidikannya, fasih berbahasa Inggris atau tidak, bagaimana selera seninya, apakah ia senang minum vodka atau tidak, dan berapa jam ia menghabiskan waktu di depan televisi .... " Sementara itu, debat nuklir AS-Soviet pada era Reagan-Andropov membuat seorang pengamat sampai pada kesimpulan bahwa kedua superpower terpisah oleh salah paham dan salah penafsiran. Oleh Moskow, perilaku AS dianggap cermin ketidak-mampuan pemimpinnya untuk menerima perubahan dalam perimbangan kekuatan dunia, sembari mencoba-coba bertualang memusuhi Sovict dan bersikeras mempertahankan keunggulan militer semata-mata untuk tujuan intimidasl politik. Sementara itu, Presiden Reagan, sesudah penembakan KAL 007, mengibaratkan Soviet seperti kerajaan iblis yang mendatangkan bencana pada.umat manusia. Kecaman Reagan itu tidak-mengurangi sikap Sidang Soviet Tertinggi untuk menyatakan dukungan terhadap politik luar negeri Andropov. Dukungan lain, yang tidak digembar-gemborkan, datang dari angkatan bersenjata Uni Soviet. Hampir dapat dipastikan, militer berada di belakang tokoh Kremlin ini-terlihat dari sikap Menteri Pertahanan Dimitri Ustinov mendukung Andropov untuk jabatan ketua Politbiro PKUS. Berkekuatan 3,6 juta tentara, militer Soviet adalah yang kedua terkuat di dunia sesudah Cina (4,4 juta tentara). Dari US$ 200 milyar anggarannya, hanya 0% dihabiskan untuk personil, selebihnya lari ke persenjataan. Dengan 150 akademi militer dan 11 sekolah perwira, mutu tentara Soviet tak kalah dibanding rekan-rekan mereka di Barat. John Ericson, kremlinolog di Universitas Edinburg mengakui bahwa "mereka sangat cakap, tangguh, bisa menyamai otak-otak militer kita yang paling cemerlang sekalipun." Mereka juga komunis tulen yang pembinaan ideologinya dipersiapkan sejak awal. Jika dibandingkan kaum aparitchik dan kaum buruh, militer adalah kekuatan yang kini paling bisa diandalkan untuk menjaga stabilitas negara. Andropov sudah merangkul mereka (lihat: Bayang-bayang Hantu dari Dzerinsky). Adalah wajar dalam menghadapi kemungkinan terjadinya suksesi, para ahli Barat condong meramalkan Dimitri Ustinov, 70, sebagai tokoh yang punya peluang besar menggantikan Andropov. Tapi untuk sementara tentu saja. Sampai tiba saatnya seorang tokoh kuat muncul memimpin kerajaan mahabesar ini, yang membentang 9.600 km di dua benua, dan menghimpunkan lebih dari 100 bangsa dan suku bangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini