Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Menjerat Arroyo Lewat Kroni

Orang-orang dekat Arroyo mulai diadili. Presiden Aquino bertekad mengusut kasus-kasus dugaan korupsi bekas Presiden Filipina itu.

2 April 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah ambulans beranjak dari Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Filipina dengan raungan sirene memekakkan telinga, Senin pekan lalu. Beberapa polisi bersenjata bedil mengawal orang yang akan diangkut, bekas Gubernur Maguindanao, Andal Ampatuan. Pria 70 tahun itu duduk di atas kursi roda sembari sibuk menutup wajahnya ketika juru foto mengambil gambar.

Ampatuan, yang juga pendukung bekas Presiden Filipina Gloria Macapagal-Arroyo, diduga berbuat curang dalam pemenangan pemilihan senator di Maguinda­nao, selatan Filipina, pada 2007. Hari itu pertama kalinya Ampatuan menjalani sidang setelah dua kali ditunda. Alasannya, ia sesak napas dan muntah darah.

Kasus ini menyeret Arroyo, mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum Benjamin Abalos, dan bekas pengawas pemilihan umum Lintang Bedol. Mereka dituduh bersekongkol memenangkan senator Team Unity dengan hasil mutlak 12-0 atas oposisi, Loren Legarda.

Konsultan politik Ampatuan, Ahmad Mamucao, buka mulut. Menurut Mamucao, Arroyo memerintahkan bosnya untuk memenangkan dia di Kota Pasay. "Jika kalah, hasilnya harus diubah," katanya menirukan pernyataan Arroyo. Namun Arroyo membantahnya.

Mamucao melanjutkan nyanyiannya. Ampatuan menyerahkan 50 ribu peso (sekitar Rp 10,5 juta) dan ratusan ribu peso lainnya kepada bekas pejabat daerah Provinsi Norie Unas dan konsultan politik Team Unity, Bong Serano. Uang itu untuk mengamankan suara di Hotel Century Park sebulan sebelum pemilihan. Mamucao menyatakan mereka yang menyiapkan skenario mengganti surat suara asli dengan hasil manipulasi. Ampatuan juga menyuap pemilih. "Ampatuan telah melakukan segalanya untuk memenuhi janjinya kepada Arroyo," katanya.

Ampatuan bukanlah sasaran utama, melainkan Arroyo. Presiden Benigno Aquino III, yang menjabat sejak Juni 2010, bertekad memberantas korupsi hingga ke tingkat tinggi. Pendahulunya, Arroyo, menjadi contoh kasus pertama. Arroyo ditangkap pada 18 November 2011 ketika dirawat di St Luke's Medical Center di Bonifacio Global City. Aparat hukum Filipina berkukuh menangkal usaha bertubi-tubi bekas presiden bertubuh mungil itu untuk mendapat izin berobat sakit tulang belakang ke luar negeri. Selain skandal pemenangan Ampatuan, Arroyo masih memiliki sederet dugaan korupsi dan penyelewengan jabatan (lihat boks: "Daftar Tuduhan Itu").

Bak taktik memakan bubur panas, Ampatuan, salah satu kroni Arroyo, lebih dulu maju ke meja hijau. Dia menjabat Gubernur Provinsi Maguindanao di Pulau Mindanao setelah Arroyo menjadi presiden pada 2001. Hubungan itu makin erat ketika pemerintah menyelesaikan sengketa tanah dan menghadapi kelompok separatis di Filipina bagian selatan. Pemerintah membentuk unit angkatan bersenjata rakyat. Ampatuan menjadi salah satu penggeraknya. Hubungan makin mesra setelah Arroyo menang telak di Maguindanao dan di Shariff Aquak pada pemilihan presiden 2004. Ampatuan pernah menjabat wali kota di Shariff Aquak.

Ampatuan juga terlibat dalam dugaan korupsi proyek Kementerian Pembaruan Agraria senilai 500 juta peso (sekitar Rp 106 miliar) di Maguindanao pada 2009. Dia ikut "bermain" dengan Kementerian Pekerjaan Umum dalam proyek jalan raya senilai 150 juta peso (Rp 32 miliar) dan proyek pertanian senilai 100 juta peso (Rp 21 miliar). Melalui sekretaris pribadinya, Nasser Pangandaman, Arroyo meminta bagian 20-30 persen dari nilai proyek. "Kami tak bisa menolak permintaan itu," kata Zaldy Ampatuan, putra Andal Ampatuan.

l l l

Arroyo masih menjalani perawatan tulang belakang di Veterans Memorial Medical Center (VMMC), salah satu rumah sakit milik pemerintah—semacam Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto di Indonesia. Dia dirawat sejak 18 Desember tahun lalu setelah dipindahkan dari St Luke's Medical Center. VMMC berlokasi di Kota Quezon dan bukan rumah sakit mewah, masih kalah dibanding tempat Arroyo dirawat sebelumnya. Meski begitu, VMMC memiliki fasilitas lengkap untuk penyakit tulang, radiologi, terapi rehabilitasi, bahkan sampai penelitian nuklir. Lima presiden Filipina pernah dirawat di president suite, mulai Emilio Aguinaldo hingga Arroyo.

Kamar rawat inap Arroyo mewah dan luas, lengkap dengan ruangan untuk tamu, ruang bersantai, ruang makan buat delapan orang, dapur, dan kamar mandi. Setiap ruangan luasnya lebih dari 25 meter persegi. Meski mewah, biaya perawatan Arroyo sejak dirawat, mulai Desember 2011 hingga Maret 2012, hanya 120 ribu peso (sekitar Rp 25 juta). "Kamarnya mewah," kata Purple Numero, jurnalis Rappler.com, kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Pengadilan antikorupsi, Sandiganbayan, akan kembali memanggil Arroyo dalam sidang dugaan korupsi proyek jaringan broadband nasional dengan perusahaan asal Cina, ZTE, sebesar US$ 329 juta (Rp 2,96 triliun) pada 2007. Sidang dakwaan akan digelar pada 11 April mendatang. Awalnya, proyek ini hanya bernilai US$ 130 juta (Rp 1,1 triliun), tapi angkanya menggelembung hampir tiga kali lipat.

Arroyo dan kroninya juga dijerat pelanggaran Kode Etik dan Standar Etika untuk Pejabat Publik. Beberapa kali mereka bertemu dengan pejabat ZTE saat bermain golf dan makan siang pada 21 April 2007. Seusai pertemuan itu, proyek disetujui. Arroyo akan dihadirkan bersama tersangka lainnya, Jose Miguel "Mike" Arroyo, suaminya; bekas Komisi Pemilihan Umum Benjamin Abalos, serta bekas Menteri Komunikasi dan Transportasi Leandro Mendoza. Di sidang sebelumnya, Mike Arroyo membantah menerima suap. "Tak ada pelanggaran, apalagi proyek itu telah dibatalkan," katanya.

Namun ombudsman Filipina telah mengantongi bukti korupsinya. Bekas Menteri Perencanaan Ekonomi Romulo Neri menuturkan, Abalos menawari uang agar menyetujui kontrak ZTE dengan para pejabat. Jose de Venecia III, orang yang gagal masuk proyek, mengungkapkan Mike pernah menjanjikan komisi US$ 70 juta (Rp 630 miliar) jika lolos. Keterangan dari pejabat ZTE pun sudah masuk.

Arroyo melawan. Ia sempat melarang bekas pejabat tinggi, termasuk Neri, memberikan kesaksian dalam proses penyelidikan. Namun Presiden Benigno Aquino III telah memerintahkan ombudsman menyelidiki dan membawanya ke pengadilan antikorupsi. Pengadilan bergerak cepat dengan mengeluarkan surat perintah penangkapan kepada Arroyo dan kroninya.

Arroyo, melalui pengacaranya, mengajukan penangguhan penahanan dengan jaminan. Jika terbukti bersalah, bekas presiden dan kroninya itu menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara. "Kami ingin memberantas korupsi di pemerintahan dimulai dengan penuntasan kasus Arroyo dan kroninya," kata Aquino.

Eko Ari (GMA News, Inquirer, Macau Daily Times, Gulf Times)


Daftar Tuduhan Itu

  • Kasus pembangunan Macapagal Boulevard seluas 5,1 kilometer persegi dengan reklamasi 1.500 hektare lahan di Teluk Manila. Proyek ini ditaksir merugikan negara 700 juta peso (Rp 149 miliar) dan membebani anggaran 1,1 miliar peso (Rp 234 miliar).
  • Proyek rehabilitasi pembangkit listrik tenaga air di Kalayaan serta pengembangan tanaman Caliraya dan Botocan dengan biaya US$ 400 juta (Rp 3,6 triliun).
  • Kasus pembangunan Terminal 3 Bandar Udara Internasional Ninoy Aquino, yang menelan 780 juta peso (Rp 166 miliar).
  • Penyelewengan dana Yayasan Hiburan Filipina yang dialihkan ke dana sosial presiden sebesar 1,1 miliar peso (Rp 234 miliar).
  • Dana pembangunan Kementerian Kehakiman pada 2001 sebesar 300 juta peso (Rp 64 miliar) lenyap.
  • Dugaan penyalahgunaan dana dari Lembaga Undian dan Amal Filipina sebesar 325 juta peso (Rp 68 miliar).
  • Penyimpangan dana pupuk 730 juta peso (Rp 155 miliar) untuk kampanye presiden Arroyo pada 2004.
  • Pengalihan dana Administrasi Kesejahteraan Pekerja Luar Negeri sebesar 550 juta peso (Rp 117 miliar) untuk Yayasan PhilHealth selama kampanye pemilihan presiden 2004.
  • Dugaan suap mengamankan Arroyo dari tekanan kongres pada 2007 sekitar 500 ribu peso (Rp 106 juta).
  • Penyimpangan program pembiakan babi oleh Kementerian Pertanian dengan menunjuk tiga perusahaan tanpa tender. Proyek ini menelan anggaran 2,25 miliar peso (Rp 480 miliar). Sebagian anggaran diduga diselewengkan untuk kampanye presiden 2004.

    EA (arroyocorruption.pbworks.com, GMA News)

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus