Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Kyrgyzstan pada Jumat mengatakan mau menggunakan tonik herbal sebagai obat Covid-19, meski ahli medis mengatakan tanaman itu mengandung racun dan berpotensi mematikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengumuman menteri kesehatan muncul setelah presiden Kyrgyzstan memuji obat tersebut, meskipun ada peringatan dari seorang ahli medis bahwa obat itu mengandung racun mematikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Reuters, 18 April 2021, Menteri Kesehatan Alymkadyr Beishenaliyev meminum larutan yang terbuat dari ekstrak akar aconitum soongaricum pada sebuah pertemuan online untuk menunjukkan bahwa itu aman.
"Mereka dengan gejala ringan sembuh dalam satu hari, mereka dengan penyakit yang lebih akut membutuhkan tiga sampai empat hari," katanya, dikutip dari Reuters, 18 April 2021.
Presiden Sadyr Japarov secara pribadi telah memberi dokter resep yang diturunkan kepadanya oleh ayahnya, dan mereka sudah menggunakannya, kata Beishenaliyev.
Tetapi Bermet Baryktabasova, seorang ahli obat-obatan dan mantan penasihat kementerian kesehatan, mengatakan aconitum sebagai tanaman paling beracun di Kyrgyzstan.
"...Bahkan dosis terkecil dari ekstraknya memiliki efek negatif yang kuat pada tubuh dan orang tersebut bisa cepat mati," katanya. "Kita jatuh lagi ke Abad Pertengahan."
Sehari sebelumnya, Presiden Sadyr Japarov mengumumkan di Facebook bahwa negaranya menemukan metode yang "efektif" untuk mengobati Covid-19.
Dilaporkan Radio Free Europe/Radio Liberty, Japarov mengunggah video di Facebook yang menunjukkan pria tanpa peralatan pelindung membuat larutan dalam botol dengan ekstrak akar aconite, memperingatkan bahwa meminum larutan saat dingin dapat mengakibatkan kematian.
Saat mempromosikan aconitum soongaricum, Japarov juga mendesak warga Kyrgyzstan untuk memakai masker dan vaksinasi, dengan mengatakan bahwa sejauh ini hanya 4.000 orang yang menerima vaksin Covid-19 di negara berpenduduk enam juta itu.
Kyrgyzstan telah melaporkan lebih dari 90.000 kasus Covid-19 dengan lebih dari 1.500 kematian.
Para pemimpin beberapa negara telah meremehkan atau menghindari vaksin sebagai pengobatan virus corona. Mantan Presiden Tanzania John Magufuli, yang meninggal pada Maret, mengecam mereka sebagai bagian dari konspirasi Barat untuk merebut kekayaan Afrika. Sementara mantan Presiden AS Donald Trump, dalam komentar yang kemudian diklaimnya sarkastik, menyarankan menyuntikkan pemutih sebagai obat Covid-19.