Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mesir telah mendiskusikan rencana dengan Amerika Serikat dan negara lain untuk memberikan bantuan kemanusiaan melalui perbatasannya dengan Jalur Gaza tetapi menolak setiap langkah untuk membangun koridor aman bagi pengungsi yang melarikan diri dari daerah kantong tersebut, kata sumber keamanan Mesir pada Rabu, 11 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gaza, wilayah pesisir kecil yang terjepit di antara Israel di utara dan timur serta Mesir di barat daya, adalah rumah bagi sekitar 2,3 juta orang yang hidup di bawah blokade sejak kelompok Islam Palestina Hamas mengambil alih kekuasaan di sana pada 2007.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mesir telah lama membatasi aliran warga Gaza ke wilayahnya, bahkan dalam konflik-konflik paling sengit.
Kairo, yang kerap menjadi mediator antara Palestina dan Israel, selalu menegaskan kedua belah pihak menyelesaikan konflik di dalam perbatasan mereka, dan mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya cara Palestina dapat mengamankan hak mereka atas kenegaraan.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan AS telah mengadakan konsultasi dengan Israel dan Mesir mengenai gagasan jalur aman bagi warga sipil dari Gaza, yang dilanda serangan besar-besaran Israel sebagai tanggapan atas serangan Hamas yang mematikan ke Israel. Konsultasi tersebut sedang berlangsung, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Rabu.
Salah satu sumber keamanan Mesir, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan Mesir menolak gagasan koridor aman bagi warga sipil untuk melindungi “hak warga Palestina untuk mempertahankan perjuangan dan tanah mereka”.
Beberapa negara Arab masih memiliki kamp untuk pengungsi Palestina yang merupakan keturunan dari mereka yang melarikan diri atau meninggalkan rumah mereka selama perang seputar pembentukan negara Israel pada tahun 1948. Palestina dan negara-negara Arab lainnya mengatakan kesepakatan perdamaian akhir harus mencakup hak para pengungsi untuk kembali, sebuah langkah yang selalu ditolak Israel.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada Rabu bahwa pasokan penting untuk menyelamatkan nyawa, termasuk bahan bakar, makanan dan air, harus diizinkan masuk ke Gaza.
“Kami membutuhkan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan sekarang,” katanya kepada wartawan, sambil berterima kasih kepada Mesir “atas keterlibatan konstruktifnya dalam memfasilitasi akses kemanusiaan melalui penyeberangan Rafah dan membuat bandara El Arish tersedia untuk bantuan penting.”
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan: “Warga sipil harus dilindungi. Kami tidak ingin melihat eksodus besar-besaran penduduk Gaza.”
Gencatan Senjata Terbatas
Mesir telah mengintensifkan upayanya untuk mengendalikan situasi di Gaza, kata Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi kepada Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani dalam pertemuan di Kairo, kata sebuah pernyataan dari kantor Sisi.
Menurut sumber keamanan Mesir, pembicaraan antara Mesir dan Amerika Serikat, Qatar dan Turki membahas gagasan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui penyeberangan Rafah antara Gaza dan Semenanjung Sinai Mesir di bawah gencatan senjata yang terbatas secara geografis.
Presiden Turki mengatakan upaya penyaluran bantuan sudah mulai dilakukan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Penyeberangan Rafah, yang merupakan pintu keluar utama dari Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel, telah ditutup sejak Selasa setelah pengeboman Israel menghantam wilayah Palestina, menurut para pejabat di Gaza dan sumber-sumber Mesir.
Mesir telah membuat pernyataan berulang kali minggu ini yang memperingatkan kemungkinan bahwa serangan Israel di Gaza dapat menyebabkan perpindahan penduduk dari daerah kantong tersebut ke wilayah Mesir.
Duta Besar Israel di Mesir, Amira Oron, mengatakan dalam postingan di media sosial bahwa Israel "tidak memiliki niat sehubungan dengan Sinai, dan tidak meminta warga Palestina untuk pindah ke sana... Sinai adalah wilayah Mesir."
Ditanya tentang prospek pengungsian setelah pertemuan dengan Tajani, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan: “Mesir sangat ingin membuka penyeberangan Rafah untuk memberikan bantuan kemanusiaan, makanan dan obat-obatan, namun ketidakstabilan dan perluasan konflik menyebabkan lebih banyak kesulitan dan lebih banyak pengungsi ke wilayah aman, termasuk Eropa."
REUTERS