Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Video dan foto-foto yang beredar di dunia maya dilaporkan menunjukkan gudang amunisi dan rudal Emirat di Wad Madani, Sudan, setelah militer negara itu merebut kota strategis tersebut dari Pasukan Pendukung Cepat (Rapid Support Forces/RSF).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Video-video tersebut menunjukkan anggota militer Sudan berjalan di sekitar gudang, yang dipenuhi dengan kotak-kotak besar, dan seorang tentara Sudan mengatakan bahwa semua senjata tersebut berasal dari Uni Emirat Arab (UEA).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Middle East Eye telah menghubungi kedutaan besar UEA di Washington DC untuk mengomentari video-video ini, namun, kedutaan tersebut belum memberikan tanggapan hingga berita ini diterbitkan.
Pada Sabtu, militer Sudan mengatakan bahwa mereka, bersama dengan kelompok-kelompok bersenjata sekutu, telah merebut Wad Madani, ibu kota negara bagian al-Jazira di Sudan.
Selama satu tahun, kota ini berada di bawah kendali RSF, pasukan paramiliter yang saat ini memerangi tentara Sudan dalam perang saudara yang telah berlangsung sejak April 2023.
Pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal luas sebagai Hemeti, mengakui kekalahan di Wad Madani tetapi terus mengatakan bahwa perang belum berakhir.
"Kami kehilangan Wad Madani, tapi kami akan merebutnya kembali. Orang-orang hanya perlu berkumpul kembali, menata ulang, dan menilai kembali diri mereka sendiri," ujarnya, seperti dikutip Al Jazeera.
Konflik Sudan antara tentara Sudan dan RSF telah membuat lebih dari 11 juta orang mengungsi, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB, dan lebih dari delapan juta orang berada di ambang kelaparan menurut PBB.
Amerika Serikat mendeklarasikan genosida di Sudan
Pada Selasa, pemerintah AS mengumumkan bahwa mereka menyatakan bahwa genosida sedang terjadi di Sudan, dan bergerak untuk memberikan sanksi kepada Dagalo dari RSF dan keluarganya.
RSF telah dituduh melakukan kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas di seluruh negara bagian, dengan Middle East Eye melaporkan beberapa kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh kelompok paramiliter tersebut.
Tentara Sudan mengatakan telah merebut ibukota negara bagian al-Jazira yang dikuasai RSF
Para pejuang dari kedua belah pihak yang bertikai juga telah mengambil keuntungan dari perang ini melalui penyelundupan dan penjualan barang-barang penting termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Negara-negara asing juga telah terlibat dalam perang ini, termasuk UEA yang mendukung pasukan RSF.
Sumber-sumber sebelumnya mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dukungan militer Emirat untuk RSF telah membuat kelompok tersebut "terus berjuang dan memungkinkan mereka untuk mempertahankannya, tanpa akhir yang terlihat".
Reuters melaporkan pada Desember bahwa puluhan penerbangan dari UEA mendarat di sebuah lapangan terbang di Chad yang telah digunakan untuk menyalurkan senjata melintasi perbatasan ke Sudan.
Panel ahli PBB pada Januari 2024 mengatakan, mengutip tuduhan "kredibel", bahwa UEA menyediakan pasokan militer untuk konflik tersebut melalui jalur udara Chad.
UEA membantah hal ini, dengan mengatakan bahwa mereka telah mengirim bantuan ke Sudan, tetapi bukan senjata.
Seorang pejabat Barat sebelumnya mengatakan kepada MEE dengan syarat tidak disebutkan namanya bahwa banyak pejabat AS memandang UEA sebagai "pemicu" perang. Namun, pemerintah selalu "terlalu ragu-ragu" untuk secara serius menekan Abu Dhabi atas dukungan ini.