Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hassan Ra’ad, 52 tahun, warga asli Jubah, Nabatiyah, Libanon Selatan. Ia sarjana filsafat Universitas Libanon. Pada 1982 ia ikut mendirikan Hizbullah, dan kini menjadi Ketua Fraksi Hizbullah di parlemen Libanon. Ra’ad adalah seorang guru, juga Pemimpin Redaksi Surat Kabar Al-Ahad.
Pada Rabu, 7 Februari silam, ia menerima Tempo di ruang kerjanya, di lantai empat sebuah bangunan di Harit Tariq, Beirut. Rambut dan berewoknya memutih, mengenakan kaus tanpa kerah dan celana serba hijau, tangan kirinya tak berhenti menggerakkan tasbih ungu. Ia bercerita banyak tentang konflik di Libanon, sikap Hizbullah, pasukan Indonesia di Libanon Selatan, dan dua serdadu Israel yang ditahan Hizbullah yang lalu menyulut perang Israel-Hizbullah itu. Berikut penuturannya kepada Faisal Assegaf dari Tempo.
Bagaimana prospek pemerintahan persatuan nasional?
Konflik di Libanon saat ini disebabkan oleh pemerintah yang berkuasa sekarang tidak memiliki legitimasi legal dan bekerja berdasar dukungan negara-negara asing. Padahal, separuh rakyat Libanon menolak kebijakan politik negara-negara asing itu. Pihak oposisi yang mewakili lebih dari separuh rakyat Libanon menuntut suatu pemerintahan yang kemitraan total dan partisipasi secara nasional agar mampu membendung intervensi kekuatan asing terhadap kebijakan pemerintah persatuan nasional. Amerika Serikat dan Prancis menolak pembentukan pemerintah persatuan yang menjadi tuntutan kaum oposisi karena akan memutus pintu masuk intervensi mereka terhadap Libanon.
Anda yakin pemerintah persatuan bisa dibentuk?
Kami akan terus berusaha. Kendala utamanya adalah Amerika dan Prancis.
Artinya, Hizbullah akan berusaha menjatuhkan pemerintah saat ini?
Kami tidak bermaksud menjatuhkan pemerintah. Yang kami tuntut adalah perluasan pemerintahan, Fuad Siniora tetap menjadi perdana menteri, dan oposisi memiliki peran yang cukup dalam membuat keputusan bersama.
Bagaimana dengan tuduhan terbaru Israel bahwa Hizbullah sedang menyiapkan operasi militer?
Tuduhan itu tidak benar sama sekali. Yang benar, Hizbullah sedang mempersiapkan pertahanan jika Israel melakukan serangan pada musim panas (Mei-September).
Anda yakin Israel akan menyerang Libanon lagi?
Mereka sendiri yang berkoar-koar akan melakukan serangan pada musim panas mendatang. Tentu saja ini bukan pernyataan resmi. Tapi suasana dalam negeri Israel mengindikasikan bahwa operasi militer akan dilaksanakan pada musim panas.
Hizbullah masih mampu menahan serangan Israel?
Saat ini ada UNIFIL di perbatasan. Jika UNIFIL tidak mampu menghadapi serangan Israel, rakyat kami yang akan melawannya.
Bagaimana sikap Hizbullah terhadap keikutsertaan Indonesia di UNIFIL?
Pertama, Hizbullah sangat berkomitmen pada resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 dan siap bekerja sama secara positif dengan UNIFIL. Kami menyambut baik keterlibatan Indonesia di UNIFIL. Apalagi waktu itu Israel sempat menentangnya. Kami sangat menghargai dukungan rakyat Indonesia terhadap rakyat Libanon dalam mempertahankan diri dari serangan barbar Israel. Tidak ada persoalan antara UNIFIL, khususnya pasukan Indonesia, dengan Hizbullah maupun penduduk Libanon di wilayah selatan. Pasukan Indonesia disambut dengan sangat baik oleh Hizbullah maupun rakyat Libanon.
Bagaimana dengan nasib dua tentara Israel yang ditawan Hizbullah?
(Menahan napas...). Terbukti dari temuan tim pencari fakta Israel, sebenarnya serangan yang dilancarkan Israel ke Libanon bukan untuk membebaskan dua tawanan Israel itu. Ini juga diungkapkan Menteri Pertahanan Amir Peretz. Target dari serangan itu untuk membantu tercapainya strategi besar Amerika dalam proyek Timur Tengah baru yang dimulai dari Libanon sebagai pintu masuknya.
Apakah dua tentara Israel itu dalam keadaan sehat?
Sebenarnya, masalah ini sudah menjadi persoalan khusus yang hanya berhak ditangani langsung oleh Sayyid Hasan Nasrallah. Tidak seorang pun berwenang membicarakan masalah ini secara terperinci, karena ini merupakan bagian dari perundingan yang sedang berlangsung dan melibatkan utusan khusus PBB. Untuk menjaga agar perundingan bisa mencapai hasil yang diinginkan, masalah ini tak perlu diketahui umum.
Anda tidak bosan berperang terus dengan Israel?
Kami menganggap rezim Zionis ini sebagai perampok hak bangsa Palestina. Kami tidak mengakui legalitas keberadaan Israel. Tentu saja tidak ada seorang pun yang menginginkan perang. Tapi kami tidak akan pernah lelah dalam mempertahankan hak dan negara kami.
Anda tidak sedih melihat penderitaan yang dialami warga sipil akibat perang?
Tidak, justru kami merasa bangga dengan kegigihan dan semangat juang rakyat kami. Kami merasa sebagai bangsa yang besar lantaran mampu melawan serangan paling hebat yang dilakukan Israel dan didukung kekuatan negara-negara asing secara militer. Israel merasa akan menang perang yang layaknya Perang Dunia Kedua.
Anda memimpikan Libanon menjadi negara yang damai?
Tentu saja kami menginginkan hal itu. Tapi kami harus kuat terlebih dulu sehingga mampu mengatasi segala ancaman dan mempertahankan diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo