NAMA U Ne Win tak akan banyak lagi diserukan di Birma. Ia,
terhitung 9 November, tak lagi jadi presiden--jabatan yang
dipegangnya selama 19 tahun. "Kemampuan manusia ada batasnya,"
kata Ne Win.
Tapi Ne Win, 70 tahun, yangbelakangan ini sering sakit, masih
menjabat Ketua Partai Program Sosialis Birma (PPSB), organisasi
politik yang didirikannya di tahun 1962. Dengan kedudukan ini
diduga dia akan tetap memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan di sana. Menurut pengamat politik di Rangoon, ibukota
Birma, posisi Ketua PPSB bakal dipercayakan pada Ne Win sampai
mati.
Dugaan itu didasarkan pada kepopuleran Ne Win di PPSB. Ia dalam
Kongres IV PPSB masih berhasil merebut suara terbanyak untuk
kursi ketua partai. Keberhasilan Ne Win melakukan rekonsiliasi
dengan lawan politiknya membuat dirinya masih disukai. Tahun
1980 Ne Win mencanangkan pengampunan umum terhadap musuh
politiknya. Termasuk bekas PM U Nu, 74 tahun, yang setelah
tinggal di India, kembali ke Rangoon memenuhi seruan pemerintah.
U Nu adalah orang yang digulingkan dan ditahan Ne Win, dua
dekade silam.
Ne Win juga mengubah wajah ekonomi Birma. Ia mengumumkan
berlakunya Sosialisme a la Birma. Langkah yang dilakukannya
menasionalisasi semua perusahaan asing dan mematahkan dominasi
ekonomi perantau Cina dan India. Di awal pemerintahannya, Ne Win
telah mengusir sekitar 300.000 turunan asing dari Birma. Kini
pendapatan per-kapita rakyat Birma adalah US$134 setahun. Tapi
orang memang bisa hidup sederhana di sana. Pensiun pejabat
seperti U Nu, misalnya, cuma Rp 16.325 sebulan.
Untuk menjaga kelangsungan sosialisme a la Birma, Ne Win telah
menyiapkan orang untuk menggantikannya sebagai kepala negara. Ia
adalah Sekretaris Dewan Negara U San Yu --tokoh Nomor 2 di
Birma. San Yu telah dilantik oleh Majelis Rakyat, yang
didominasi oleh PPSB, pekan lalu.
Jenderal (Purnawirawan) San Yu, 63 tahun, memang dikenal dekat
dengan pendahulunya. Walau sebelum ini perannya di pemerintahan
tak begitu menonjol, San Yu termasuk kelompok militer yang
melakukan kudeta tak berdarah di tahun 1962. Ia juga loyal
terhadap Ne Win. Tentang loyalitas San Yu, menurut sumber PPSB,
tak perlu diragukan. Ibarat hamba dengan raja.
Mengenai pandangan politik San Yu, yang menyebut diri nasionalis
tulen, juga tak berbeda dengan Ne Win. Ia juga tidak pro-Barat
atau pro-Komunis. Cita-cita mereka sama: menghindari Birma
terlibat dalam pertikaian internasional maupun regional.
Kebijaksanaan politik Birma, menurut San Yu, berdasarkan prinsip
nonblok murni.
Yang diragukan orang dari San Yu adalah kebijaksanaan dalam
negerinya. Ia bagaimanapun tak sekuat Ne Win. San Yu
dikhawatirkan akan dirongrong oleh kekuatan komunis yang
berpangkalan di perbatasan Birma dan Muangthai.
Tantangan lain muncul dari orang Islam. Tahun 1979 sekitar
200.000 umat Islam Birma telah lari ke Bangladesh karena merasa
tertindas. Waktu Ne Win mengumumkan pengampunan umum tak semua
"pengungsi" yang kembali. Sebagian masih di Bangladesh. Sebagian
lagi ada yang memilih tinggal di hutan--bergerilya.
Belum terhitung pemberontakan suku--yang memang sudah berakar
sejak lama di Birma. Dalam mengatasi masalah kekuatan oposisi,
sebagian bersenjata, dikabarkan San Yu akan bersikap moderat.
Memilih jalan damai.
Belakang Layar
Di sektor ekonomi langkah yang akan ditempuh San Yu tampak
masih tetap pada penggalakan di bidang agraria. Hasil utama
Birma adalah beras, tebu, tembakau, yute--sebagian besar
diekspor ke Eropa. Untuk tahun anggaran 1980-1981, Birma
diperkirakan surplus 93 juta kyat --sekitar USS13 juta. Laju
pertumbuhan ini tercatat 9,5%.
Tentang bantuan luar negeri, Birma banyak mendapatkannya dari
Jerman Barat dan Jepang. Tahun 1980, misalnya, Birma mendapat
bantuan sebesar sekitar US$55 juta untuk pembangunan tenaga
listrik.
Pengamat politik di Rangoon optimistis pertumbuhan ekonomi Birma
akan tetap menanjak di tangan San Yu.
Tokoh kunci di Birma sekarang ini, selain San Yu, adalah U Aye
Ko, Sekretaris PPSB, dan U Maung Maung, Ketua Dewan
Menteri--mereka ini juga dilantik pekan lampau. Sementara Ne Win
akan memainkan peran di belakang layar.
Yang menarik lagi dari kepala negara baru Birma bahwa San Yu
diperkirakan akan lebih banyak tampil di depan publik. Berbeda
dengan Ne Win.
Ne Win, yang di masa mudanya dikenal gemar judi dan playboy,
walau populer sekali di mata rakyat Birma, ia selalu cemas
terhadap musuh politiknya. Ia jarang sekali muncul di muka umum
dan tak pernah mengadakan konperensi pers. Ne Win, yang tinggal
di villanya di pinggir kota Rangoon, bila bepergian selalu
dikawal ketat. Ia memang sudah beberapa kali diancam pembunuhan.
Tapi Ne Win tetap selamat dan masih berkuasa--hingga ia memilih
saat yang tepat untuk turun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini