Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Npa mengamuk di mana-mana

Gelombang demonstrasi kelompok kiri menyerbu manila, dibarengi serangan-serangan gerilyawan npa di pulau luzon & cebu. buntut dari kematian tokoh kiri alejandro. kelompok bisnis & militer dicurigai.

3 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA pembunuh tokoh kiri Alejandro? Desas-desus mengatakan, pembunuh itu adalah orang suruhan Kolonel Gregorio "Gringo " Honasan. Andai kata benar, maka lengkapkah citra Gringo sebagai pemetik picu kegentingan yang kini melanda Filipina. Kudetanya telah digagalkan, tapi berbuntut pada krisis kabinet dan militer. Pekan lalu gelombang demonstrasi kelompok kiri kembali melanda Manila, dibarengi serangan-serangan gerilyawan NPA di Pulau Luzon dan Cebu. Setelah beberapa hari melancarkan aksi massa, Jumat sore lalu, 5.000 demonstran kiri mencoba mendekati Istana Malacanang. Manila pun kembali tegang. Kantor dan toko-toko segera ditutup lebih awal dari biasanya. Namun, demo tidak sampai menjadi insiden. Pasukan pengawal Istana berhasil membendung gerak mereka, dengan menutup rapat jalan menuju Istana. Demonstran lalu berbelok ke Kapel Universitas Filipina tempat jenazah Alejandro disemayamkan -- sebelum dikremasikan Selasa pekan ini. Alejandro, sekretaris jenderal partai kiri Partindong Bayan, ditembak mati dua pekan lalu oleh orang-orang tidak dikenal. Kelompok kiri menuduh pemerintah dan militer yang melakukan perbuatan keji itu. Ketika demonstran mencoba menembus barikade pertahanan Malacanang, Presiden bersama stafnya mengadakan pertemuan khusus dengan departemen pertahanan dan AFP (angkatan bersenjata Filipina). Pokok pembicaraan: upaya mengatasi pemberontakan komunis di berbagai daerah. Kecaman golongan kiri akhirnya ditujukan pada Presiden Cory Aquino -- yang untuk kesekian kali terjepit pada posisi sulit. Kelompok kiri beranggapan, Ny. Presiden itu semakin dekat dengan militer dan kaum elite. Tergesernya Joker Arroyo, yang dikenal sebagai pembela hak asasi manusia, ditafsirkan sebagai bukti bahwa Cory kian jauh dari rakyat. Pengganti Arroyo, Macraig, berasal dari golongan pengusaha kuat. Cory dan Kastaf AFP Jenderal Ramos tampaknya seperti tak punya pilihan. Karena aksi-aksi kekacauan tak kunjung reda, keduanya terpaksa bersikap lunak kepada militer. Berulang kali kelompok baju hijau melancarkan kudeta, toh tidak ada sanksi. Cory tetap toleran, mungkin karena dalam situasi yang belum menentu kini, tenaga mereka sangat dibutuhkan. Jumat pekan lalu Jenderal Ramos mengumumkan jumlah anggota AFP yang terlibat kudeta 28 Agustus. "Seluruhnya ada 2.240 prajurit dari semua jajaran," ujar Ramos. "Itu berarti 1,4% dari 160.000 kekuatan AFP." Dari jumlah 2.240 itu, 1.300 tertangkap atau menyerahkan diri. Mereka sebagian besar sudah dikembalikan ke kesatuan masing-masing. "Mereka hanya terkena hasutan Kolonel Honasan," kata jenderal berbintang empat itu. Namun, di tingkat atas AFP, Ramos mengadakan pembersihan besar-besaran, juga restrukturisasi jajaran staf AFP. Ramos memecat 17 perwira yang terlibat kudeta El Gringo. Gringo, yang kini belum tertangkap, diperkirakan masih punya sekitar 1.000 pendukung yang terpencar. Tapi tanpa amunisl. Menurut Ramos, senjata cadangan yang disiapkan untuk meneruskan perlawanan sudah ditemukan. Amunisi cadangan itu ternyata cukup potensial: 1.400 pucuk senjata panjang berbagai jenis, sejumlah bazoka 90 milimeter, dan beberapa peluncur granat. "Tapi sebagian besar prajurit AFP masih setia," ujar Ramos. Bersama dengan pernyataan itu, ia mengeluarkan perintah harian agar semua jajaran AFP bersiap memerangi komunis. Instruksi ini dibarengi semacam perangsang, kenaikan gaji. Masih Jumat pekan lalu, anggota Kongres Rolando Andaya mengumumkan, Kongres telah menyetujui rencana penambahan dana militer sebesar 2,5 juta peso khusus untuk kenaikan gaji prajurit. Dalam daftar gaji baru itu, seorang jenderal bintang empat akan mendapat 9.500 peso sebulan, dan prajurit terendah 483 peso. Sementara ini, Ramos memang bisa mengatasi keadaan. Tidak hanya menguasai militer setelah kudeta, tapi juga bisa menggerakkannya untuk menghadapi gerilya komunis di Pulau Luzon dan Cebu. Di kedua pulau itu, satuan komunis bersenjata (NPA) melancarkan serangan gencar setelah menuduh pemerintahan Cory semakin menjauhi cita-cita People Power. Jenderal Ramos memperhitungkan, komunis kini sedang mencoba membangun ofensif besar-besaran ke Luzon dan Cebu yang merupakan sektor perekonomian penting. Sebagai bukti, ia menunjuk sejumlah instalasi perhubungan vital yang dihancurkan. Karena itu, pekan lalu satuan Ranger, yang merupakan pasukan khusus terbaik AFP, diterjunkan ke distrik-distrik Bicol, Albay, dan Carmines Sur, Provinsi Isabela di Lembah Cagayan, Luzon. Di kawasan ini sudah meletus perang terbuka militer lawan komunis. Satu batalyon Ranger, yang diperkuat dengan satuan helikopter tempur, membantu tiga batalyon reguler di bawah pimpinan Brigjen Luis San Andres. Panglima itu melaporkan, satuan pemberontak telah menguasai sebagian besar daerah pertanian. Pekan lalu, 40 keluarga -- sebanyak 300 orang -- melakukan evakuasi ke Kota Naga. Ini rombongan pelarian terbesar setelah pengungsi mengalir terus sepanjang minggu dari berbagai distrik. Kehidupan di tiga distrik di jantung Luzon nyaris mati. Sekolah ditutup, ekonomi macet. Keadaan paling parah terjadi di Distrik Bicol, 150 kilometer arah tenggara Manila. Karena itu, Ketua Kamar Dagang Naga, Adolfo Olivan, yang didukung 100 pengusaha dan industriwan kota itu, meminta Cory memberlakukan keadaan darurat di Distrik Bicol. Namun, Ketua Kongres Ramon Mitra keberatan. Akhir minggu lalu, Batalyon ke-2 Ranger melakukan mobilisasi umum di Provinsi Isabela. Kontak senjata selama 12 jam berhasil memukul mundur satuan NPA. Dan suasana di kota-kota Distrik Bicol pun kembali tenang. "Keadaan sementara sudah bisa dikuasai," ujar Letnan Kolonel Gregorio Asuncion, Komandan Distrik Militer Bicol. Presiden Cory Aquino menyambut kemenangan itu di Istana Malacanang dalam sebuah pertemuan dengan anggota Kongres. "Unjuk kekuatan ini harus ditempuh," katanya, "bukan sebagai langkah militer saja, tapi juga sebagai upaya menyelamatkan perekonomian di sektor lokal." Cory memutuskan untuk menempuh tindakan ofensif militer dalam upaya mengamankan negeri dari serangan komunis dan ancaman pukulan gelap para pemberontak militer. Tapi tetap tanpa Undang-Undang Darurat Perang. Jim Supangkat (Jakarta), Bayu Pratama (Manila)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus