MENLU Muangthai Siddhi Savetsila kedatangan tiga tamu penting Senin pekan ini, seorang diantaranya adalah Menlu Uni Soviet Eduard Shevardnadze, 59. Sejak Gorbachev berkuasa, 1985, Shev merupakan tokoh penting pertama yang diutus Moskow ke kawasan ini. "Kami masih perlu berdialog lebih banyak, terutama sekitar penyelesaian masalah Kamboja," kata Shevardnadze sebelum bertemu PM Prem Tinsulanonda. Wakil Dirjen Penerangan Somphan Kokilanonda, yang hadir dalam pembicaraan itu, menjelaskan, Uni Soviet dan Muangthai sama-sama menyetujui perlunya penyelesaian damai. Hanya saja kedua pihak terbentur perbedaan pendapat, mengenai satu hal yang cukup prinsipiil. Moskow sebegitu jauh memandang penguasa Heng Shamrin sebagai pemerintahan yang sah, sebalaiknya Muangthai dan ASEAN masih tetap mengakui Pangeran Norodom Sihanouk sebagai pimpinan Kamboja. Tapi kenyataan ini tidak merintangi Savetsila untuk meminta jasa baik Shevardnadze. Ia berharap Menlu Soviet ini bersedia membujuk Vietnam agar melangkah ke meja perundingan. Dan Shevardnadze pun bertanya apa pola penyelesaian di Afghanistan tidak bisa diterapkan di Kamboja. "Kami menyambut baik usaha itu," ujar Siddhi tapi beberapa diplomat kurang setuju dengan pola Afghanistan. "Pola itu," ujar seorang diplomat negara ASEAN, "memang menarik. Tapi tak bisa diterapkan di Kamboja. Misalnya pada tahap pembicaraan awal, pihak-pihak mana yang terlibat, Vietnam atau Phnom Penh ?" Namun, kunjungan singkat Shevardnadze dinilai Muangthai sebagai satu kesempatan yang cukup berarti. Adapun penyelesaian masalah Kamboja yang ditawarkan Soviet -- menurut beberapa diplomat -- merupakan langkah awal supremo Mikhail Gorbachev untuk mengadakan hubungan lebih erat dengan negara-negara nonkomunis di ASEAN. Langkah Gorbachev ini disambut baik oleh Menlu Indonesia, Mochtar Kusumaatmadja, yang akan bertemu dengan Shevardnadze di Jakarta, Kamis pekan ini. "Selain masalah Kamboja, kita mengharapkan sesuatu yang baru dari kunjungan ini," kata Mochtar, yang juga dikenal sebagai penghubung ASEAN dalam masalah Kamboja. Sebelum ke Indonesia, Menlu Soviet Eduard Shevardnadze singgah di Australia. Kehadirannya di gedung parlemen -- sebelum memulai pembicaraan dengan Menlu Bill Hayden -- disambut sekitar 400 demonstran Afghanistan dan Yahudi, yang memprotes tindakan Soviet khususnya terhadap kaum Yahudi Rusia di samping ekspansinya ke Afghanistan. "Orang Yahudi hidup tenang, kok," jawabnya ketika diberondong pertanyaan. Dan "kami datang ke sini untuk merundingkan masalah perlucutan senjata serta mencari jalan agar kawasan Pasifik dan Asia bisa terjamin sebagai daerah yang tenang dan tenteram," kata Shevardnadze. Sementara itu, masalah pengungsi Kamboja masih menggayuti Muangthai. Ahad pekan ini, sebanyak 230 pengungsi, dengan pengawalan Pasukan Task Force 80 AD Muangthai, dipindahkan dari Kamp Khao-I-Dang ke dekat Kamp Site B, di kawasan Kamboja. Tahap pertama ini merupakan realisasi rencana pemindahan 26.000 pengungsi Kamboja oleh pemerintah Muangthai, sebagai tindak pembalasan terhadap beberapa negara Barat, yang tak mau lagi menerima pengungsi Kamboja. Peristiwa tragis itu tak sampai menimpa pengungsi Kamboja yang kini tinggal di Pulau Bidong, Malaysia. Sebab, 3.000 jiwa pengungsi Kamboja asal Campa itu tergolong ras Melayu dan beragama Islam. Tanpa kesulitan, mereka berbaur dengan penduduk setempat. Tentang pengungsi Vietnam yang ditampung di Pulau Galang, Indonesia, tinggal 3.214 jiwa -- 41 di antaranya orang Kamboja. "Sebagian besar sudah dikirimkan ke negara penerima seperti AS, Australia, Kanada," ujar sebuah sumber TEMPO di Jakarta. Didi Prambadi, Laporan Yuli I. (Bangkok), Ekram H.A. (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini