JUMAT pekan ini tak kurang dari 32.000 anggota polisi metropolitan Tokyo dikerahkan untuk mengamankan acara pemakaman Kaisar Hirohito. Diperkirakan sekitar satu juta warga Jepang tumplek di sepanjang jalan antara Tokyo dan Kota Hachioji, berjarak 50 km, menyaksikan iring-iringan mobil yang membawa jenasah, keluarga mendiang, dan tamu-tamu negara yang mengikuti upacara pemakaman. Pengamanan ketat itu dilakukan polisi mengingat adanya tanda-tanda kelompok ekstrem kiri Kakuroyo (Asosiasi Buruh Revolusioner) akan melancarkan aksi teror untuk mempermalukan pemerintah Jepang di hadapan tamu-tamu negara. Soalnya sejak Hirohito jatuh sakit September lalu kelompok ini tercatat sudah 17 kali melakukan aksi teror, antara lain serangan bom molotov di makam ayah Hirohito Kaisar Taisho, pemotongan kabel jalur kereta api di sekitar Tokyo, dan pengeboman Kuil Togo. Sejauh ini belum terlihat tanda-tanda kelompok ekstrem kiri paling ditakuti Chukaku-ha (Fraksi Inti) -- memiliki senjata roket dengan jarak capai 3 sampai 5 km akan beraksi. Meski demikian, petugas keamanan tak mau ambil risiko. Sejak Rabu hingga Ahad pekan ini seluruh hotel berbintang lima di Tokyo tak diperkenankan menerima tamu umum, kecuali kepala-kepala negara dan tamu-tamu penting lainnya. Hotel Imperial -- terletak tak jauh dari Istana Kaisar, yang akan ditempati 30 kepala negara, termasuk Presiden Soeharto -- misalnya, sejak Sabtu lalu sudah diaduk-aduk petugas keamanan. "Mereka memeriksa secara ketat hingga ke balik langit-langit kamar," kata seorang staf humas Hotel Imperial. Pemeriksaan tak cuma dilakukan petugas keamanan di sepanjang jalan upacara dan di tempat tamu-tamu negara menginap. Polisi bahkan sampai menyelam di perairan di sekitar Bandar Udara Haneda untuk berjaga-jaga, siapa tahu, kelompok ekstrem kiri menempatkannya di dalam laut. Sementara itu, Departemen Perhubungan Jepang memerintahkan kepada seluruh perusahaan penerbangan untuk membatalkan 206 jadwal penerbangan mereka selama lima hari, Rabu hingga Ahad, agar pesawat tamu-tamu negara tak terganggu. Bahkan sejak Januari lalu kantor-kantor pos polisi di setiap distrik Tokyo telah membagi-bagikan selebaran berisi imbauan agar masyarakat segera melaporkan kepada petugas keamanan bila mereka melihat orang atau kendaraan yang dicurigai membawa bahan peledak. Tamu-tamu penting yang tumplek di Tokyo datang berbagai belahan dunia. Di antaranya Presiden George Bush, Presiden Francois Mitterand, Presiden Soeharto, Perdana Menteri Benazir Bhutto, Presiden Corazon Aquino, Raja Hassanal Bolkiah (Brunei), Raja Don Juan Carlos I (Spanyol) Raja Baudouin (Belgia), dan Pangeran Phillips yang mewakili Ratu Elizabeth. Ironisnya, upacara penguburan Hirohito, yang disebut-sebut sebagai upacara pemakaman terbesar abad ini, tak menarik perhatian anak-anak muda Jepang. Mereka seperti tak peduli dengan kematian Hirohito -- yang oleh enerasi tua diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Pada hari Jumat yang dinyatakan sebagai hari libur itu mereka malah pergi bermain ski atau bertamasya ke luar kota. Mereka ini diperkirakan golongan yang mewakili 35% suara, sebagaimana hasil pemungutan suara yang dilakukan harian terkemuka Asahi Shimbun yang menyatakan "tak begitu dekat dengan Kaisar." Mereka juga boleh dibilang mewakili 10% suara yang menyatakan "sistem kekaisaran lebih baik dihapuskan." Tapi, bagi PM Noboru Takeshita, kehadiran kepala-kepala negara asing itu merupakan peluang untuk memulihkan popularitasnya yang merosot akibat Skandal Rccruit. Menurut pengumpulan pendapat yang diadakan Yomiuri Shimbun, saat ini Takeshita cuma mendapat dukungan rakyat sebesar 27,4% -- angka yang cukup kritis bagi seorang perdana menteri untuk melanjutkan pemerintahan. Seiichi Okawa (Tokyo) dan Didi P (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini