Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pemenang Nobel Muhammad Yunus Kembali ke Bangladesh, Siap Pimpin Pemerintahan Sementara

Muhammad Yunus kembali ke Bangladesh pada Kamis 8 Agustus 2024 untuk memimpin pemerintahan sementara.

8 Agustus 2024 | 18.09 WIB

Peraih Nobel Muhammad Yunus, yang direkomendasikan oleh para pemimpin mahasiswa Bangladesh sebagai kepala pemerintahan sementara di Bangladesh, melambaikan tangan di bandara Paris Charles de Gaulle di Roissy-en-France, Prancis, pada 7 Agustus 2024. Reuters
Perbesar
Peraih Nobel Muhammad Yunus, yang direkomendasikan oleh para pemimpin mahasiswa Bangladesh sebagai kepala pemerintahan sementara di Bangladesh, melambaikan tangan di bandara Paris Charles de Gaulle di Roissy-en-France, Prancis, pada 7 Agustus 2024. Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Muhammad Yunus kembali ke Bangladesh pada Kamis 8 Agustus 2024 untuk memimpin pemerintahan sementara. Ini setelah unjuk rasa yang dipimpin mahasiswa Bangladesh sejak Juli berhasil mengakhiri kekuasaan mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina selama 15 tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yunus mendarat di Dhaka dengan penerbangan dari Paris melalui Dubai tak lama setelah pukul 2:00 siang waktu setempat. Ia dijadwalkan dilantik sebagai pemimpin baru negara itu pada Kamis malam untuk memulai apa yang telah dijanjikan oleh kepala militer sebagai "proses demokrasi yang indah."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Prospek Yunus, 84 tahun, berdiri di samping para pemimpin militer hampir tak terbayangkan seminggu yang lalu, ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan mematikan ke arah pengunjuk rasa yang turun ke jalan menuntut Hasina mengundurkan diri.

Namun, militer mengancam menangkap Hasina pada akhir pekan sehingga ia terpaksa melarikan diri ke negara tetangga India - saat jutaan warga Bangladesh merayakan pemakzulannya.

Militer kemudian menyetujui tuntutan mahasiswa agar Yunus - yang memenangkan Nobel pada 2006 untuk pekerjaan perintisnya di bidang pembiayaan mikro - memimpin pemerintahan sementara.

"Saya ingin segera pulang, melihat apa yang terjadi dan bagaimana kita dapat mengatur diri kita sendiri untuk keluar dari masalah yang kita hadapi," kata Yunus kepada wartawan di Paris saat ia berangkat ke Dhaka.

Akademisi veteran itu telah bepergian ke luar negeri tahun ini saat dibebaskan dengan jaminan setelah dijatuhi hukuman enam bulan penjara atas tuduhan yang divonis bermotif politik. Ia dibebaskan oleh pengadilan Dhaka pada Rabu.

Yunus dijerat lebih dari 100 kasus pidana dan kampanye kotor oleh lembaga Islam yang dipimpin negara yang menuduhnya mempromosikan homoseksualitas, dengan pengadilan dituduh menyetujui keputusan pemerintah Hasina yang digulingkan.

Kepala Angkatan Darat Jenderal Waker-Uz-Zaman mengatakan dia mendukung Yunus dan berharap dia akan dilantik untuk memimpin pemerintahan sementara pada Kamis malam.

"Saya yakin dia akan mampu membawa kita melalui proses demokrasi yang indah," kata Waker.

Yunus mengatakan dia ingin mengadakan pemilihan umum "dalam beberapa" bulan.

Momen Seismik

Beberapa rincian lain tentang pemerintahan yang direncanakan telah dirilis, termasuk peran militer.

Namun, warga Bangladesh menyuarakan harapan saat mereka bergabung dalam unjuk rasa di Dhaka pada Rabu untuk mantan oposisi Partai Nasional Bangladesh (BNP).

"Saya berharap bahwa pemerintahan nasional akan dibentuk dengan persetujuan semua orang dengan cara yang indah," kata Moynul Islam.

“Saya berharap negara ini dijalankan dengan baik, dan kepolisian direformasi sehingga mereka tidak dapat mengganggu orang.”

Hasina, 76 tahun, yang telah berkuasa sejak 2009, mengundurkan diri pada Senin ketika ratusan ribu orang membanjiri jalan-jalan Dhaka.

Massa yang gembira kemudian menyerbu dan menjarah istananya.

Peristiwa Senin adalah puncak dari kerusuhan selama lebih dari sebulan, yang dimulai sebagai protes terhadap rencana kuota pekerjaan pemerintah tetapi berubah menjadi gerakan anti-Hasina.

Hasina, yang dituduh melakukan kecurangan pemilu Januari dan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, mengerahkan pasukan keamanan untuk meredakan protes.

Setidaknya 455 orang tewas dalam kerusuhan tersebut, berdasarkan data polisi, pejabat pemerintah, dan dokter rumah sakit.

“Protes tersebut merupakan momen seismik dalam sejarah Bangladesh,” kata analis International Crisis Group Thomas Kean.

“Negara ini benar-benar berisiko menjadi negara satu partai, dan melalui gerakan damai berbasis jalanan yang dipimpin oleh mahasiswa Gen Z berusia 20-an, mereka berhasil menggulingkannya dari kekuasaan.”

Langkah Militer

Peralihan kesetiaan militer merupakan faktor penentu dalam kejatuhannya. Sejak saat itu, militer menyetujui berbagai tuntutan lain dari para pemimpin mahasiswa.

Presiden membubarkan parlemen pada Selasa, tuntutan utama para mahasiswa dan BNP.

Kepala kepolisian, yang oleh para pengunjuk rasa disalahkan sebagai dalang penindakan keras Hasina, dipecat pada Selasa.

Kepala kepolisian yang baru, Mainul Islam, menyampaikan permintaan maaf pada Rabu atas perilaku petugas dan berjanji untuk melakukan “penyelidikan yang adil dan tidak memihak” atas pembunuhan “mahasiswa, masyarakat umum, dan polisi.”

Mantan perdana menteri dan ketua BNP Khaleda Zia, 78 tahun, juga dibebaskan dari tahanan rumah selama bertahun-tahun, sementara beberapa tahanan politik dibebaskan.

Militer telah menurunkan pangkat beberapa jenderal yang dianggap dekat dengan Hasina dan memecat Ziaul Ahsan, seorang komandan pasukan paramiliter Batalyon Aksi Cepat yang ditakuti.

Polisi mengatakan massa telah melancarkan serangan balas dendam terhadap para perwira dan sekutu Hasina, dan juga membebaskan lebih dari 500 narapidana dari sebuah penjara.

Para pengunjuk rasa menerobos masuk ke gedung parlemen dan membakar stasiun-stasiun TV. Yang lainnya menghancurkan patung ayah Hasina, Sheikh Mujibur Rahman, pahlawan kemerdekaan negara itu.

Namun, sejak Selasa, jalan-jalan di ibu kota sebagian besar damai.

REUTERS | AL ARABIYA

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus