Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Denis Mukwege— dokter kandungan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dari Republik Demokratik Kongo yang terkenal karena membantu korban perkosaan—mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai presiden pada Desember.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbicara di auditorium yang penuh sesak di ibu kota negara Afrika tengah, Kinshasa pada Senin, dokter berusia 68 tahun tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa dia ingin menyelamatkan negara yang dilanda ketidakamanan dan kepemimpinan yang buruk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Negara kami sedang dalam keadaan buruk,” kata Mukwege. “Kami tidak sabar untuk bertindak. Besok sudah terlambat.”
Mukwege bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2018 bersama aktivis Yazidi Nadia Murad atas upayanya mengakhiri kekerasan seksual sebagai senjata perang.
Pada 2012, Mukwege diserang oleh orang-orang bersenjata - ia yakin ini merupakan konsekuensi dari kritik terhadap kebijakan pemerintah Republik Demokratik Kongo mengenai kekerasan berbasis gender.
Dikenal sebagai "Dr Miracle", dokter kandungan ini menjadi terkenal di dunia internasional karena melakukan operasi rekonstruksi terhadap wanita yang diperkosa dan disiksa di wilayah timur yang dilanda perang.
Rumah sakit tempat ia bekerja sejauh ini telah merawat lebih dari 50.000 orang yang selamat dari kekerasan seksual, dan ia telah mengukuhkan dirinya sebagai salah satu ahli terkemuka di dunia dalam bidangnya.
Pada 1998, ia mendirikan klinik di kota kelahirannya. Rumah Sakit Panzi sejatinya diperuntukkan bagi kesehatan ibu hamil maupun ibu melahirkan. Namun, ketika perang pecah, semakin banyak perempuan yang datang ke klinik dengan luka parah akibat kekerasan seksual yang dilakukan oleh berbagai kelompok bersenjata.
“Setelah diperkosa, peluru ditembakkan ke alat kelamin dan pahanya,” kata Dr Mukwege tentang penyintas pemerkosaan pertama yang datang ke kliniknya. "Kejutan sesungguhnya terjadi tiga bulan kemudian. 45 perempuan datang kepada kami dengan cerita yang sama."
Bersama rekan-rekannya, Dr Mukwege telah merawat puluhan ribu korban dan menjadi "spesialis terkemuka dunia dalam pengobatan kekerasan seksual di masa perang", menurut Hadiah Nobel.
Rumah sakit Panzi sekarang merawat lebih dari 3.500 wanita setiap tahunnya. Selain perawatan medis, para penyintas kekerasan seksual juga dapat mengakses bantuan psikologis dan hukum.
Pada 2012, dalam pidatonya di PBB, Dr Mukwege mengkritik pemerintahan Presiden Joseph Kabila dan negara-negara lain karena tidak berbuat cukup untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai "perang tidak adil yang menggunakan kekerasan terhadap perempuan dan pemerkosaan sebagai strategi perang".
Bulan berikutnya dia menjadi sasaran orang-orang bersenjata yang masuk ke rumahnya dan sempat menyandera putrinya. Menurut situs organisasinya, teman kepercayaannya dan penjaga keamanan tewas dalam serangan itu.
Dia kemudian melarikan diri bersama keluarganya ke Swedia, lalu ke Belgia. Setelah kampanye yang dilakukan oleh perempuan setempat yang mengumpulkan dana untuk membayar tiketnya, dia kembali ke Kongo setahun kemudian.
Pilihan Editor: Denis Mukwege dan Nadia Murad Dapat Penghargaan Nobel Perdamaian
REUTERS