Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemenang Nobel bidang ekonomi 2008 dan kolumnis di New York Times Paul Krugman menyarankan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden agar melakukan hal yang benar dengan mengundurkan diri dari pilpres AS 2024. Politikus Partai Demokrat dan donatur kelas kakap di Partai itu juga menyerukan hal sama, mereka waswas setelah kinerja Biden dalam debat calon presiden (capres) pada 27 Juni 2024 melawan Donald Trump berakhir bencana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam tulisan kolom pada Senin, 8 Juli 2024, Krugman menilai Biden telah diperlakukan tidak wajar dan menggelikan karena melakukan kesalahan verbal dan kondisi fisiknya. Baginya, Biden harus menepi sebagai capres dari Partai Demokrat. Dia pun menyarankan wakil presiden AS Kamala Harris untuk mengisi posisi capres tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Krugman dalam tulisan kolomnya menyebut dalam debat capres pada bulan lalu, Biden sebenarnya mendapatkan kesempatan untuk bersinar, bersikap tenang dan meyakinkan (calon pemilih) Amerika Serikat dalam menghadapi Trump. Namun Biden gagal dalam ujian tersebut.
Dalam acara debat capres yang ditayangkan CNN, Biden tampak bingung, mengumpat, dan kesulitan menyelesaikan kalimatnya. Gedung Putih beralasan buruknya kinerja Biden karena dia sedang flu dan sibuk kunjungan kerja pada awal Juni 2024. Beberapa donatur Partai Demokrat dan politikus liberal meyerukan agar Presiden ke 46 Amerika Serikat itu menghentikan kampanyenya. Beberapa media yang sebelumnya pro-Biden juga pada akhirnya menuntut Biden mengundurkan diri.
Biden, 81 tahun, sudah menyatakan menolak mengundurkan diri dari ‘pertandingan’. Dalam wawancara dengan MSNBC pada Senin, 8 Juli 2024, Biden mengatakan dia tidak akan meninggalkan bursa capres AS, bahkan besumpah akan melanjutkan kampanye. Dia pun berkeras sebagai kandidat terbaik yang akan mengalahkan Trump.
Sebuah survei yang dilakukan CBS News/YouGov paska-debat capres memperlihatkan ada 72 persen responden tidak yakin Biden punya kondisi mental dan kesehatan kognitif yang diperlukan untuk mengabdi sebagai presiden.
Sumber: RT.com
Pilihan editor: Presiden Iran Terpilih Tegaskan Tetap Dukung Hizbullah
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini