Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Penampar Emmanuel Macron Penggemar Sejarah dan Pendiri Klub Adu Pedang

Pria yang menampar Presiden Prancis Emmanuel Macron menjalankan klub untuk penggemar adu pedang abad pertengahan dan tidak memiliki catatan kriminal.

10 Juni 2021 | 12.30 WIB

Reaksi warga saat Presiden Macron ditampar seorang pria dalam sebuah kunjungan pada 8 Juni 2021. Seusai peristiwa ini, Macron kembali melakukan kunjungan ke sejumlah daerah di negaranya. BFMTV/ReutersTV
Perbesar
Reaksi warga saat Presiden Macron ditampar seorang pria dalam sebuah kunjungan pada 8 Juni 2021. Seusai peristiwa ini, Macron kembali melakukan kunjungan ke sejumlah daerah di negaranya. BFMTV/ReutersTV

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pria yang menampar wajah Presiden Prancis Emmanuel Macron menjalankan klub untuk penggemar adu pedang abad pertengahan dan tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya, menurut dua sumber yang akrab dengan penyelidikan mengatakan pada Rabu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu sumber polisi mengidentifikasi tersangka sebagai Damien Tarel, 28 tahun, dikutip dari Reuters, 10 Juni 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kenalan Tarel di kampung halamannya di Saint-Vallier, di tenggara Prancis, menggambarkan Tarel seorang pria yang menyukai permainan reka ulang sejarah dan tidak pernah membuat masalah.

Namun saat ini Tarel sedang diselidiki atas penyerangan terhadap seorang pejabat publik, kata jaksa setempat.

Macron, yang sedang melakukan blusukan setelah pandemi dan dengan waktu kurang dari satu tahun sebelum pemilihan presiden berikutnya, ditampar Tarel pada hari Selasa saat berjalan-jalan di Prancis selatan ketika ia menyapa kerumunan kecil penonton.

Presiden mengulurkan tangan untuk menyambut seorang pria, yang meneriakkan "Turunkan Macronia" dan "Montjoie Saint Denis", seruan perang tentara Prancis ketika negara itu masih menjadi monarki, dan menampar pipi Macron.

Satu sumber yang dekat dengan penyelidikan menggambarkan Tarel sebagai seseorang yang culun dan penggemar berat game.

Tarel dan seorang pria kedua masih dalam tahanan polisi pada hari Rabu, sumber tersebut menambahkan. Tuduhan penyerangan terhadap pejabat publik membawa hukuman maksimal tiga tahun penjara dan denda 45.000 euro atau sekitar Rp779 juta (kurs Rp 17.321 per euro).

Reaksi Presiden Prancis Emmanuel Macron seusai ditampar seorang pria dalam kunjungan kerja di Tain-L'Hermitage, Prancis, 8 Juni 2021. Pria bernama Damien Tarel, 28 tahun, sedang diselidiki atas penyerangan terhadap pejabat publik. BFMTV/ReutersTV

Tarel mengelola klub lokal yang berfokus pada praktik seni bela diri Eropa bersejarah, termasuk ilmu adu pedang tradisional, dan telah mendirikan klub permainan papan yang disebut "The Knights of the Square Table".

Aurélien Laniece, seorang teman Tarel, mengatakan dia mengenal Tarel sebagai orang baik yang siap membantu tetangga dan suka menyebar semangatnya kepada orang lain.

Laniece terkejut atas laporan di media Prancis bahwa akun media sosial Tarel menunjukkan dia mengikuti kelompok sayap kanan dan monarki. Tidak diketahui apakah akun Tarel ini dibuat oleh Tarel sendiri.

"Dia bukan tipe pria yang melakukan itu (memukul seseorang)," kata Laniece. "Lockdown itu sulit, tetapi dia ingin semuanya dibuka kembali."

Pejabat pemerintah telah menyatakan keprihatinannya dalam beberapa pekan terakhir tentang frustrasi terpendam yang muncul setelah lockdown. Prancis telah memberlakukan jam malam selama lebih dari tujuh bulan.

Macron mengatakan dia tidak mengkhawatirkan keselamatannya, dan terus berjabat tangan dengan anggota masyarakat setelah dia dipukul.

"Anda tidak dapat memiliki kekerasan, atau kebencian, baik dalam ucapan atau tindakan. Jika tidak, demokrasi itu sendiri yang terancam," katanya kepada surat kabar lokal setelah insiden itu.

Macron telah menjadi sasaran sebelumnya oleh warga yang kecewa. Dia dilempari telur oleh serikat pekerja atas reformasi perburuhan ketika dia menjadi menteri ekonomi pada 2016. Dua tahun kemudian Emmanuel Macron didemo oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah yang dikenal demonstrasi rompi kuning.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus