Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pendukung Donald Trump Marah, Ancam Bikin Rusuh Usai Vonis Bersalah

Donald Trump akan menjadi presiden AS pertama yang divonis bersalah. Putusan tersebut membuat pendukungnya marah besar.

31 Mei 2024 | 18.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Vonis bersalah yang dijatuhkan terhadap Donald Trump, membuat pendukungnya marah. Donald Trump bekas presiden Amerika Serikat yang maju lagi dalam pilpres AS itu divonis bersalah atas 34 tuduhan kejahatan oleh juri New York.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendukung Donald Trump marah dan membanjiri situs-situs pendukung Trump dengan seruan untuk melakukan kerusuhan, revolusi, dan pembalasan dengan kekerasan.
Trump adalah presiden AS pertama yang dihukum karena kejahatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para pendukungnya menanggapi putusan itu dengan puluhan unggahan online yang berisi kekerasan, di tiga situs web seperti platform Truth Social milik mantan presiden itu sendiri, Patriots.Win dan Gateway Pundit.

Beberapa menyerukan serangan terhadap hakim yang menangani perkara ini, Juan Merchan, atau perang saudara dan pemberontakan bersenjata. “Seseorang di New York yang tidak mempunyai beban apa pun perlu menjaga Merchan,” tulis seorang komentator di Patriots.Win. “Mudah-mudahan dia bertemu dengan imigran ilegal dengan parang,” kata postingan tersebut mengacu pada imigran ilegal.

Di Gateway Pundit, salah satu pendukung Donald Trump menyarankan penembakan terhadap kaum liberal setelah putusan dijatuhkan. “Saatnya untuk mulai membatasi beberapa pemain sayap kiri,” kata postingan tersebut. “Ini tidak dapat diperbaiki melalui pemungutan suara.”

Juri yang beranggotakan 12 orang memutuskan Trump bersalah pada hari Kamis karena memalsukan dokumen untuk menutupi pembayaran guna membungkam kisah seorang bintang porno Stormy Daniels tentang hubungan seksual menjelang pemilu 2016.

Hukuman ditetapkan pada 11 Juli, beberapa hari sebelum Partai Republik dijadwalkan secara resmi mencalonkan Trump sebagai presiden menjelang pemilu 5 November. Trump membantah melakukan pelecehan seksual dan diperkirakan akan mengajukan banding.

Donald Trump melanjutkan serangannya secara online setelah putusan tersebut.
Di Truth Social, dia menyebut Hakim Juan Merchan “SANGAT KONFLIK.” Ia juga mengkritik instruksi juri sebagai tidak adil. Salah satu komentator menanggapinya dengan memposting gambar platform algojo dan tali dengan tulisan: “MOBSTER PENGkhianat SISTEM KEADILAN!!”

Ancaman kekerasan dan retorika yang mengintimidasi, melonjak setelah Trump kalah dalam pemilu 2020. Ia secara keliru mengklaim bahwa suaranya telah dicuri. 

Saat berkampanye untuk masa jabatan Gedung Putih yang kedua, Donald Trump tanpa dasar telah menyebut para hakim dan jaksa dalam persidangannya sebagai alat korup dari pemerintahan Biden. Tujuannya adalah menyabotase pencalonannya sebagai presiden. Para loyalisnya merespons dengan kampanye ancaman dan intimidasi yang menargetkan hakim dan pejabat pengadilan.

Setelah putusan pada hari Kamis, banyak pendukung Donald Trump juga mengatakan bahwa hukuman yang dijatuhkan kepadanya adalah bukti bahwa sistem politik Amerika telah rusak. Hanya tindakan kekerasan yang dapat menyelamatkan negara.

“1.000.000 orang (bersenjata) harus pergi ke Washington dan menggantung semua orang. Itulah satu-satunya solusi,” kata salah satu poster di Patriots.win. 

Pendukung yang lain menambahkan: “Trump seharusnya sudah tahu bahwa dia memiliki pasukan yang bersedia berperang dan mati untuknya jika dia mengucapkan kata-kata itu. Saya akan mengangkat senjata jika dia memintanya.”

Seorang peneliti yang mempelajari milisi ekstremis mengatakan bahwa putusan bersalah Donald Trump dapat menginspirasi kekerasan. Alasannya, para pendukung Trump yakin bahwa dia adalah korban konspirasi yang diatur oleh musuh-musuhnya.

“Saya pikir banyak dari orang-orang ini telah mencari alasan untuk melakukan mobilisasi untuk sementara waktu,” kata Amy Cooter dari Pusat Terorisme, Ekstremisme dan Kontraterorisme di Middlebury Institute of International Studies. “Saya harap saya salah. Namun, saya sudah mengatakan sejak lama bahwa saya tidak akan terkejut melihat kekerasan dihasilkan dari putusan bersalah, baik yang ditujukan kepada juri atau orang lain yang terkait dengan kasus tersebut," ujarnya.

Dewi Rina Cahyani

Dewi Rina Cahyani

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus