Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Missouri - Pengacara pihak penggugat, Mark Lanier, mengatakan perusahaan bedak Johnson & Johnson mengetahui kalau produk bedak talc mereka terkontaminasi dengan asbes dan menyimpan informasi ini dari publik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan ini saat menutup argumentasinya saat persidangan di pengadilan di Missouri, Amerika Serikat, Rabu, 11 Juli 2018 seperti dilansir Time. Johnson & Johnson dituding berusaha melindungi citra bedak bayinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Sementara itu, juru bicara Johnson & Johnson, Carol Goodrich, membantah produk perusahaannya mengadung asbes dan menyebabkan kanker ovarium. Goodrich memperkirakan putusan dalam persidangan itu akan dibatalkan.
"Ada banyak kesalahan dalam persidangan ini dan lebih buruk dari persidangan sebelumnya,” kata Goodrich.
Dilansir dari Reuters, sebelumnya Johnson & Johson berhasil menang dalam persidangan atas produknya, yang digugat karena mengandung talc setelah mengajukan banding.
Mahkamah Agung Amerika Serikat membatasi tuntutan atas cedera pribadi dalam jumlah tertentu. Maka, pihak Johnson & Johnson kini merasa keberatan dengan adanya proses pengadilan gabungan 22 perempuan yang dilaksanakan di Missouri.
Sementara itu, Mark Lanier dalam sebuah pernyataan setelah putusan sidang menyerukan Johson & Johnson untuk segera menarik produk bedak talc dari pasar. Dia menyebut produk talc harus ditarik sebelum menyebabkan penderitaan, bahaya, dan kematian lebih lanjut dari penyakit yang mengerikan.
Baca:
"Jika Johnson & Johnson bersikeras terus menjual talc, mereka harus menandainya dengan peringatan serius," kata Lanier seperti dikutip oleh Reuters.
Mayoritas tuntutan hukum yang dihadapi Johnson & Johnson berbunyi bahwa talc menyebabkan kanker ovarium. Tetapi sejumlah kecil kasus menunjukkan bedak talc yang terkontaminasi menyebabkan mesothelioma atau kanker jaringan yang terkait erat dengan paparan asbes.
Kasus-kasus yang diadili di Missouri menggabungkan klaim-klaim itu dengan menuduh talc yang terkontaminasi asbes menyebabkan kanker ovarium.
Pengadilan atas kasus talc sebelumnya telah menghasilkan putusan denda sebesar $ 417 juta untuk Johnson & Johnson. Namun, putusan pada 2017 itu, yang diputus juri dari California dan Missouri, dibatalkan pada saat memasuki pengadilan banding. Setidaknya masih ada lima putusan pengadilan yang masih tertunda.
The U.S. Food and Drug Administration sebelumnya telah melakukan penelitian atas berbagai sampel talc dari 2009 hingga 2010, termasuk bedak bayi dari Johnson & Johnson. Hasilnya tidak ada asbes yang ditemukan di salah satu sampel talc.
Namun, Lanier selama persidangan mengatakan kepada juri bahwa laboratorium dan Johnson & Johnson telah menggunakan metode pengujian yang salah dan tidak memungkinkan untuk mendeteksi serat asbes dengan tepat. Talc, batuan paling lembut di dunia, adalah mineral yang terkait erat dengan asbes dan kedua zat itu dapat muncul di dekat bumi.
Penggugat mengklaim keduanya dapat menjadi bercampur dalam proses penambangan sehingga tidak mungkin untuk menghilangkan zat karsinogenik yang terkandung. Johnson & Johnson membantah tuduhan itu, mengatakan proses pengujian dan pemurnian yang ketat memastikan talc-nya aman.
ERVIRDI RAHMAT