Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perang Rusia Ukraina, Eks PM Sri Lanka Sebut Indonesia Bisa Inisiasi KTT Asia

Eks PM Sri Lanka berharap Indonesia bisa menginisiasi KTT Asia guna meredam perang Rusia Ukraina.

17 Maret 2022 | 20.09 WIB

Mantan Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe berbicara soal perang Rusia Ukraina dalam wawancara khusus dengan Tempo via telekonferensi, Kamis, 17 Maret 2022. (TEMPO | DANIEL AHMAD)
Perbesar
Mantan Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe berbicara soal perang Rusia Ukraina dalam wawancara khusus dengan Tempo via telekonferensi, Kamis, 17 Maret 2022. (TEMPO | DANIEL AHMAD)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, berharap Indonesia bisa menginisiasi konferensi tingkat tinggi (KTT) negara-negara di Asia, untuk menanggapi invasi Rusia terhadap Ukraina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut Ranil, Indonesia memiliki posisi yang baik untuk mewujudkan wacana KTT Asia ini. Sebab nilai historis dan semangat perdamaian KTT Asia Afrika Bandung pada zaman Sukarno, bisa direplikasikan dengan kondisi saat ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Posisi Indonesia yang memegang ketua G20, kata Ranil, juga merupakan kelebihan untuk mengkomunikasikan pesan ini kepada para pemimpin negara Asia lainnya. KTT ini, ujarnya, dapat diadakan atas dua isu dasar yaitu sebuah penegasan Asia dalam menjaga perdamaian dunia, dan mencegah dampak krisis terhadap ekonomi kawasan.

"Kita tidak ingin ada Perang Dunia. Kita baru saja melewatinya. Kita tidak menginginkannya lagi, jadi sebaiknya kita bersikap sendiri," kata Ranil saat wawancara khusus dengan Tempo via teleconference, Kamis, 17 Maret 2022.

Selain Indonesia, Politisi United National Party itu juga menyebut negara-negara seperti Cina, Uni Emirat Arab, dan India, sebagai kekuatan Asia penting yang bisa mendorong terbentuknya KTT. Tujuan yang hendak dicapai, adalah menemukan kekuatan alternatif dalam identitas bernama Asia.

"Lebih baik kita tidak mengambil sisi. Fokus bersama Asia membangun sebuah identitas. Kita tidak berada di belakang Amerika, kita tidak berada di belakang Rusia, kita berada di belakang Asia," ujar Ranil.

Indonesia beberapa kali menyampaikan pendapat yang menentang perang Rusia Ukraina. Presiden Joko Widodo dua kali memperingatkan dampak yang terjadi dari konflik geopolitik itu melalui pernyataan di Twitter.

Rusia menginvasi Ukraina sejak Kamis, 24 Februari 2022. Konflik di lapangan terus memburuk dan belum ada solusi yang dicapai atas krisis ini.

Setelah kota seperti Kharkiv dan Mariupol digempur hebat pasukan Rusia, Pemerintahan Ukraina mengatakan, Kyiv memasuki situasi sulit dan berbahaya pada Selasa. Pengumuman itu menyusul penembakan dahsyat Rusia di ibu kota kyiv Selasa pagi, yang menewaskan sedikitnya dua warga sipil.

Rusia telah dihujani paket sanksi oleh negara Barat atas manuver ke negara tetangganya itu. Amerika Serikat paling keras mengutuk Negeri Beruang Merah itu, salah satunya dengan menghentikan pasokan impor minyak.

Baca: Rusia Dituduh Tembak 10 Warga Ukraina yang Sedang Antre Roti

Daniel Ahmad Fajri

Daniel Ahmad Fajri

Bergabung dengan Tempo pada 2021. Kini reporter di kanal Nasional untuk meliput politik dan kebijakan pemerintah. Bertugas di Istana Kepresidenan pada 2023-2024. Meminati isu hubungan internasional, gaya hidup, dan musik. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus