Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Presiden Marcos dan Sara Duterte Tak Lagi Satu Pendapat

Dosen Universitas Padjadjaran mengungkap Presiden Filipina condong terhadap Amerika Serita, namun Sara Duterte lebih berpihak ke Cina.

18 Desember 2024 | 15.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Arfin Sudirman, mengungkap perbedaan preferensi politik di balik perseteruan antara Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr. dan Wakil Presiden Sara Duterte karena memiliki kedekatan yang bertolak belakang di panggung politik internasional. Meskipun memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, keduanya memiliki preferensi kebijakan luar negeri yang berbeda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arfin dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo, Senin, 2 Desember 2024, menuturkan Marcos memiliki kecenderungan untuk mendukung Amerika Serikat. Hal ini terlihat dari dukungan yang diberikannya pada penyelidikan Mahkamah Pidana Internasional atau ICC terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte, ayah Sara, atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan selama kampanye perang melawan narkoba di Filipina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebaliknya, preferensi kebijakan luar negeri Sara lebih condong ke Cina sebagaimana yang juga melekat pada ayahnya. Menurut Arfin, Sara juga memiliki kecenderungan untuk enggan bekerja sama dengan Amerika Serikat.

Arfin melihat perbedaan sikap dinasti politik Sara dan Bongbong turut membuat kondisi dalam negeri menjadi semakin kompleks. Meski bertolak belakang, kedua dinasti itu memiliki pengaruh yang besar di Filipina. Walaupun keluarga Marcos pernah diusir dari Filipina melalui pemberontakan rakyat pada 1986, mereka masih berpengaruh secara politik, terutama di kawasan perkotaan dan wilayah utara Filipina. Melalui pengaruh di kongres, kekuatan oligarki, populisme, serta penggunaan platform media sosial untuk menyebarkan disinformasi kepada pemilih, Marcos memperoleh dukungan. Di sisi berseberangan, Arfin menilai Sara berpengaruh cukup besar untuk masyarakat di wilayah selatan Filipina dan kawasan perdesaan. 

Dalam kawasan regional, Arfin memperkirakan konflik internal kedua dinasti di Filipina itu tak membawa pengaruh banyak bagi negara-negara anggota ASEAN. Sebab ASEAN cenderung akan tetap menghormati politik domestik Filipina berdasarkan prinsip non intervensi sehingga kerjasama ekonomi dan budaya masih tetap berjalan. 

“Krisis politik di Filipina ini tidak dapat dianggap seperti layaknya krisis politik dan kemanusiaan di Myanmar yang menuntut ASEAN untuk mengisolasi keanggotaan Myanmar,” ujarnya.

Polemik antara Marcos dan Sara memuncak usai Sara Duterte mengancam jika dirinya terbunuh, maka dia akan membunuh Bongbong sebagai balasannya. Pernyataan yang disampaikan oleh putri mantan Presiden Rodrigo Duterte pada Sabtu, 23 November lalu itu menjadi sorotan publik.

"Saya sudah bicara dengan seseorang. Saya bilang, ‘Kalau saya terbunuh, bunuh saja Marcos, (ibu negara) Liza Araneta, dan (Ketua DPR) Martin Romualdez.’ Tidak main-main, saya sudah memberikan instruksi," kata Sara, dikutip dari Anadolu.

Ucapan Sara langsung direspons oleh Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina di hari yang sama. Menurut kantor kepresidenan, pernyataan Sara menegaskan bahwa dia telah mengontrak seorang pembunuh bayaran untuk membunuh Marcos jika dugaan rencana pembunuhan terhadap dirinya berhasil. Sekretaris eksekutif kepresidenan menyatakan akan segera mengambil tindakan yang tepat untuk menanggapi ancaman ini.

Tak hanya itu, Istana Kepresidenan Filipina juga menyebut ancaman Sara terhadap Marcos sebagai ancaman aktif yang bisa mengarah ke ranah pidana. "Jika bukti-bukti mendukung, ini bisa mengarah pada penuntutan," kata keterangan kantor Presiden Marcos, seperti yang dilaporkan Reuters.

Sara terancam dimakzulkan akibat perseteruan dinasti Duterte dan Marcos ini. Perseteruan mereka tergambar dalam artikel “Mengapa Bongbong Marcos dan Sara Duterte Berseteru” yang terbit dalam Majalah Tempo pekan ini. 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus