Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Perdana Menteri Pakistan Imran Khan akhirnya ditahan oleh Badan Pengawas Anti-gratifikasi. Ia ditahan di Pengadilan Tinggi Islamabad pada Selasa, 9 Mei 2023. Kasus gratifikasi yang dituduhkan terhadap Imran Khan adalah salah satu dari lebih 100 kasus yang terdaftar untuk melawannya sejak ia dilengserkan dari kekuasaan April tahun lalu. Ia menjalani empat tahun dari masa jabatan lima tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, Imran Khan adalah seorang pahlawan kriket yang berubah menjadi politisi. Ia mendapatkan dukungan rakyat di tengah inflasi yang tinggi selama puluhan tahun dan ekonomi yang melambat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun pria berusia 70 tahun itu tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah meski ia terluka dalam serangan November tahun lalu saat memimpin pawai protes ke Islamabad menyerukan pemilihan umum dipercepat. Khan selama berbulan-bulan menghindari penangkapan dalam sejumlah kasus yang didaftarkan terhadapnya. Kasus itu antara lain mencakup tuduhan menghasut massa untuk melakukan kekerasan. Ada protes besar-besaran terhadap sebelumnya untuk menangkapnya.
Imran Khan lengser dari jabatan perdana menteri pada April tahun lalu di tengah frustrasi publik atas inflasi tinggi, meningkatnya defisit, dan korupsi endemik.
Sebelum menjadi pemimpin Pakistan, ia adalah bintang kriket yang meraih satu-satunya kemenangan di Piala Dunia pada 1992. Khan menjadi pemimpin paling populer di negara itu meski lengser dari jabatan, menurut jajak pendapat lokal.
Ia naik ke puncak kekuasaan pada 2018, lebih dari dua dekade setelah pertama kali meluncurkan partai politiknya, Pakistan Tehreek-i-Insaf (PTI), atau Partai Gerakan untuk Keadilan Pakistan, pada 1996. Terlepas dari ketenaran dan statusnya sebagai pahlawan di Pakistan yang gila kriket, PTI tidak memenangkan kursi selain kursi Khan selama 17 tahun.
Pada 2011, Imran Khan mulai menarik kerumunan besar anak muda Pakistan yang kecewa dengan korupsi endemik, kekurangan listrik yang kronis, dan krisis dalam pendidikan serta pengangguran. Dia mendapat dukungan yang lebih besar di tahun-tahun berikutnya. Ekspatriat Pakistan yang berpendidikan meninggalkan pekerjaan mereka untuk bekerja di partainya. Musisi pop serta aktor juga bergabung dalam kampanyenya.
Kepada para pendukungnya pada 2018, Khan menjanjikan akan mengubah Pakistan dari sebuah negara dengan sekelompok kecil orang kaya dan lautan orang miskin, menjadi contoh untuk sistem yang manusiawi, sistem yang adil, dan negara Islami yang sejahtera.
Ia memenangkan pemilu pada 2018, menandai kenaikan langka oleh seorang pahlawan olahraga ke puncak politik. Namun para pengamat memperingatkan bahwa musuh terbesarnya adalah retorikanya sendiri, yang telah meningkatkan harapan para pendukung setinggi langit.
Lahir pada tahun 1952, ia adalah putra seorang insinyur sipil. Imran Khan tumbuh dengan empat saudara perempuan dalam keluarga Pashtun perkotaan yang makmur di Lahore, kota terbesar kedua di Pakistan.
Dia mengenyam pendidikan yang istimewa. Ia lulus dari Universitas Oxford dengan gelar di bidang Filsafat, Politik dan Ekonomi. Saat karir kriketnya berkembang, dia juga terkenal sebagai playboy di London pada akhir 1970-an.
Pada 1995, dia menikahi Jemima Goldsmith, putri taipan bisnis James Goldsmith. Pasangan yang memiliki dua putra ini bercerai pada 2004. Pernikahan keduanya dengan jurnalis TV Reham Nayyar Khan juga berakhir dengan perceraian.
Pernikahan ketiganya dengan Bushra Bibi, seorang pemimpin spiritual yang dikenal Khan selama kunjungannya ke kuil abad ke-13 di Pakistan, mencerminkan ketertarikannya yang mendalam pada tasawuf. Begitu berkuasa, Khan memulai rencananya membangun negara "kesejahteraan" dengan meniru apa yang dia katakan sebagai sistem ideal di dunia Islam sekitar 14 abad sebelumnya.
Namun semangat antikorupsinya dikritik habis-habisan sebagai alat untuk meminggirkan lawan politik. Banyak lawan politik Khan dipenjara atas tuduhan korupsi.
Para jenderal Pakistan juga tetap kuat. Perwira militer, pensiunan dan yang masih berdinas, ditempatkan untuk memimpin lebih dari selusin institusi sipil.
Ia digulingkan menyusul hubungan yang memburuk antara Imran Khan dan panglima militer Jenderal Qamar Javed Bajwa. Adapun militer mengatakan tetap netral dalam politik.
REUTERS
Pilihan Editor: Putin: Rakyat Rusia Bersatu dalam Pertempuran Sakral Melawan Barat