Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan asal Korea Selatan, Jeju Air mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, pada Minggu, 29 Desember 2024. Berdasarkan laporan kantor berita Yonhap yang dilansir SBS Australia, pesawat yang mengangkut 181 orang tersebut ke luar dari landasan pacu dan menabrak tembok di bandara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kecelakaan pesawat yang membawa 175 penumpang dan enam awak dari ibu kota Thailand, Bangkok itu diduga akibat roda pendaratan yang tidak berfungsi setelah bertabrakan dengan burung. Berdasarkan laporan terakhir, jumlah korban tewas pesawat Jeju Air mencapai 179 orang. Sedangkan korban selamat dua orang, yang saat ini sedang di rawat di rumah sakit dengan kondisi luka sedang hingga luka parah.
“Hanya bagian ekor pesawat yang masih terlihat bentuknya, sisanya sudah tak bisa dikenali lagi,” kata Kepala Bandara Muan International Airport Lee Jung-hyun. Lantas, bagaimana profil Jeju Air?
Profil Jeju Air
Melansir laman resminya, Jeju Air mulai beroperasi pada 2005 sebagai maskapai berbiaya rendah (low-cost carrier). Maskapai yang mulai bergabung dengan Value Alliance pada 2016 tersebut mempunyai basis pelayanan di Jeju City, Jeju-do, Korea Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2018, Jeju Air mencatatkan pelayanan terhadap 7,3 juta penumpang internasional dan 4,7 juta penumpang domestik, Lalu lintas domestik maskapai tersebut relatif datar sejak 2016, karena hampir sepenuhnya berfokus pada ekspansi internasional.
Nama Jeju Air sendiri terinspirasi dari sebuah pulau di Provinsi Jeju, Korea Selatan. Pulau yang terletak di Selat Korea, tepatnya di bawah Semenanjung Korea tersebut menjadi rumah bagi beberapa situs warisan dunia, seperti Pulau Vulkanik Jeju dan Tabung Lava.
Jeju Air kini berada di bawah pimpinan CEO Kim Yi-bae. Menurut mk.co.kr, Kim Yi-bae sendiri memenangkan penghargaan Korea CEO Hall of Fame 2024 kategori penerbangan yang diselenggarakan oleh Korea Institute for Industrial Policy, yaitu penghargaan yang diberikan kepada pimpinan perusahaan yang dianggap berkontribusi besar terhadap pengembangan industri dan ekonomi nasional.
Daftar Kecelakaan Pesawat Jeju Air
Selain menimpa pesawat Boeing tipe 737 MAX 8 dengan nomor penerbangan 7C2216, Jeju Air tercatat beberapa kali mengalami insiden yang menambah daftar panjang kecelakaan di dunia aviasi, meliputi:
Jeju Air DH8D (7 Agustus 2007)
Mengutip The Aviation Herald, Jeju Air de Havilland Dash 8-400 (DH8D) yang mengudara dari Jeju ke Busan, Korea Selatan dengan 74 penumpang dan lima awak, menyimpang dari landasan pacu pada 7 Agustus 2007. Pesawat kehilangan arah dan berbelok ke kiri dari landasan pacu, sehingga empat penumpang mengalami luka ringan.
Jeju Air Q400 (12 Agustus 2007)
Pesawat Bombardier Q400 milik Jeju Air tergelincir dari landasan saat mendarat di Busan pada Minggu, 12 Agustus 2007. Pesawat dengan nomor registrasi HL5256 yang membawa 74 penumpang tersebut berhenti di selokan di antara dua landasan utama, sehingga menyebabkan enam penumpang mengalami luka ringan dan 10 lainnya luka memar.
Jeju Air B738 (4 Desember 2011)
Sebuah pesawat Boeing 737-800 dengan nomor registrasi HL7796 yang melakukan penerbangan dari Seoul Gimpo ke Jeju mengalami getaran mesin yang parah setelah menabrak kawanan bebek mallard. Pesawat yang beroperasi pada 4 Desember 2011 dengan membawa 160 orang tersebut berhasil selamat dan mendarat sekitar 25 menit setelah mengudara.
Jeju Air B738 (4 Maret 2016)
Boeing 737-800 milik Jeju Air juga pernah mengalami mati mesin saat terbang pada 4 Maret 2016. Pesawat dengan nomor registrasi HL8033 yang terbang dari Seoul ke Saipan, Kepulauan Mariana Utara tersebut dialihkan untuk pendaratan darurat di Pangkalan Udara Iwo Jima, Bandawa Iwoto, Jepang, karena mengalami getaran hebat.
Jeju Air B738 (24 Desember 2015)
Pesawat Boeing 737-800 dengan nomor registrasi HL8049 yang terbang dari Seoul Gimpo ke Jeju kehilangan tekanan kabin pada 24 Desember 2015. Pada akhirnya, pesawat kembali ke Bandara Gimpo untuk melakukan pendaratan, sekitar 50 menit setelah keberangkatan dengan tiga penumpang menderita luka ringan.
Jeju Air B738 (16 Oktober 2018)
Pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C-107 dari Seoul Gimpo ke Jeju mengalami ban pecah saat mendarat pada 16 Oktober 2018. Salah satu ban utama sebelah kanan pesawat yang mengangkut 189 orang tersebut pecah ketika melalui belokan dengan kecepatan tinggi.
Jeju Air B738 (12 Juni 2019)
Boeing 737-800 Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C4606 dari Angeles, Filipina ke Seoul mengalami masalah tekanan kabin pada 12 Juni 2019. Akibatnya, pesawat yang membawa 149 orang tersebut kembali ke Angeles untuk melakukan pendaratan yang aman, sekitar 40 menit setelah keberangkatan.
Jeju Air B738 (10 Maret 2021)
Ujung sayap sebelah kiri pesawat milik Jeju Air bertipe Boeing 737-800 dengan nomor penerbangan 7C264 patah karena menghantam landasan pacu ketika mendarat pada 10 Maret 2021. Pesawat yang mengudara dengan 138 orang tersebut berhasil mendarat tanpa korban jiwa.
Jeju Air 8738 (26 Januari 2023)
Mesin sebelah kanan pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air mengeluarkan suara keras dan percikan api saat terbang dari Sapporo, Jepang ke Seoul pada Kamis, 26 Januari 2023. Pesawat yang membawa 187 penumpang dan enam awak tersebut terpaksa kembali ke Sapporo untuk pendaratan darurat, sekitar 80 menit setelah keberangkatan.
Dewi Rina Cahyani, Suci Sekarwati, Ni Kadek Trisna Cintya Dewi berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Kecelakaan Jeju Air Disebut yang Terburuk, 179 Tewas Terbakar