Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya 102 demonstran kelompok Rompi Kuning ditahan oleh aparat berwenang kota Paris, Prancis, Sabtu, 13 Januari 2019. Langkah penahanan dilakukan setelah unjuk rasa yang dilakukan kelompok ini ricuh dengan aparat kepolisian yang bertugas mengamankan jalannya demonstrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari aa.com.tr, Minggu 13 Januari 2019, bentrokan terjadi pada Sabtu pagi dimana aparat kepolisian menggunakan gas air mata dan tembakan air saat ketegangan semakin memburuk antara aparat kepolisian dengan para demonstran. Tindakan aparat kepolisian itu dibalas dengan lemparan batu oleh para demonstran Rompi Kuning.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unjuk rasa kelompok Rompi Kuning di Prancis dilakukan sebagai bentuk protes atas kenaikan pajak bahan bakar yang diterapkan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Unjuk rasa terus berlanjut kendati pemerintah Prancis telah menyerukan agar aksi tersebut dihentikan.
Pengunjuk rasa yang mengenakan rompi kuning sebagai simbol pengendara di Prancis, ditembak meriam air oleh polisi antihuru-hara selama saat berdemo di Arc de Triomphe, 1 Desember 2018.[REUTERS]
Selain di kota Paris, unjuk rasa Rompi Kuning juga terjadi di Bourges, sebuah wilayah tengah Prancis. Di kota itu, sekitar 500 demonstran berusaha menduduki pusat kota yang bersejarah, padahal pemerintah kota Bourges telah melarang dilakukan unjuk rasa.
Unjuk rasa Rompi Kuning pertama kalinya meletup di Prancis pada 17 November 2019. Ribuan demonstran menggunakan rompi kuning berkumpul di kota-kota penjuru Prancis, termasuk jantung kota Paris. Unjuk rasa itu untuk memprotes kebijakan kontroversial Presiden Macron yang menaikkan pajak bahan bakar dan ekonomi Prancis yang terus memburuk.
Para demonstran menutup jalan-jalan utama sehingga membuat kacau lalu-lintas. Mereka juga memblokade pintu keluar - masuk hampir semua stasiun pengisian bahan bakar dan pabrik-pabrik pengelolaan bahan bakar di penjuru Prancis.
Para demonstran Rompi Kuning umumnya hidup di wilayah pinggir Prancis karena harga sewa tempat tinggal di jantung kota sangat mahal. Mereka menyerukan kepada Presiden Macron agar menurunkan pajak bahan bakar dan melonggarkan kesulitan ekonomi yang berdampak pada mereka. Menjawab tuntutan ini, Presiden Macron mengumumkan kenaikan UMR, namun tetap memberlakukan kenaikan pajak bahan bakar.
Sejak pertama kali unjuk rasa Rompi Kuning terjadi, setidaknya 10 orang tewas dan sudah 5.500 demonstran ditahan serta lebih dari seribu orang mengalami luka-luka.